Hilang di Laut Bali, TNI AL Duga KRI Nanggala-402 Alami Blackout

Hilang di Laut Bali, TNI AL Duga KRI Nanggala-402 Alami Blackout

KalbarOnline, Nasional – Upaya pencarian terhadap KRI Nanggala-402 di Laut Bali masih terus dilakukan. TNI AL sudah mengkonfirmasi titik koordinat keberadaan kapal tersebut. Sejumlah armada sudah dikirim ke lokasi untuk melakukan penyusuran.

Melalui keterangan resmi, TNI AL memastikan jika KRI Nanggala-402 dalam keadaan layak menyelam. Kapal membawa 53 orang. Terdiri dari 49 ABK, 1 Komandan Satuan, dan 3 personel Arsenal.

“Dalam pelayaran ini kondisi material dan personel siap,” tulis TNI AL dalam keterangan resminya seperti dilansir KalbarOnline dari JawaPos.

Baca Juga :  Program Bantuan Hukum Jadi Prioritas Otto Hasibuan untuk Peradi

Penyebab teggelamnya KRI Nanggala-402 diduga karena kegagalan sistem. Sehingga menyebabkan kapal tidak bisa dikendalikan dan jatuh ke dasar laut.

“Kemungkinan saat menyelam statis terjadi black out sehingga kapal tidak terkendali dan tidak dapat dilaksanakan prosedur kedaruratan,” tulis TNI AL.

TNI AL menyebut, harusnya ada tombol darurat untuk menghembus, supaya kapal bisa timbul ke permukaan. Namun, karena prosedur kedaruratan gagal dilakukan, maka kapal tenggelam.

Sebelumnya, Kapal selam KRI Nanggala-402 hilang kontak di perairan dekat Bali. KRI Nanggala-402 diketahui satu dari lima kapal selam yang dimiliki angkatan bersenjata Indonesia.

Baca Juga :  HDI 2020 Pertegas Komitmen Penyediaan Akses TIK Penyandang Disabilitas

“Tadi subuh (hilang kontak) KRI Nanggala,” kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama Julius Widjojono saat dikonfirmasi, Rabu (21/4).

KRI Nanggala-402 ini awalnya hendak mengikuti latihan penembakan di laut Bali, pada Kamis (22/4) besok. Insiden hilang kontak ini diduga terjadi saat KRI Nanggala sedang melakukan gladi resik.

Sebagai informasi, KRI Nanggala-402 merupakan salah satu kapal selam dari lima kapal selam yang dimiliki Indonesia. Kapal ini diproduksi perushaan Jerman pada 1979. Dan dibeli oleh Indonesia pada 1981.

 

Comment