Suplai Vaksin AstraZeneca Tersendat, Jerman Lirik Vaksin Tiongkok

KalbarOnline.com – Jerman memutar otak. Kurangnya suplai dari AstraZeneca diperkirakan membuat vaksinasi di negara tersebut tak sesuai dengan jadwal. Karena itulah, beberapa pemimpin negara bagian mulai melirik vaksin yang diproduksi Rusia dan Tiongkok.

”Saya pikir mengevaluasi vaksin itu penting dan memungkinkan jika memang sudah tersedia. Kalau aman dan berfungsi, mereka harus digunakan,” tegas Dietmar Woidke, pemimpin wilayah Brandenburg, seperti dikutip The Guardian.

Dia menjelaskan, vaksin milik Rusia dan Tiongkok itu tentu saja harus lebih dulu lulus uji keamanan dari regulator di UE dan Jerman. Langkah tersebut mungkin bisa dilakukan dengan cepat sama halnya seperti ketika UE menyetujui penggunaan darurat Pfizer-BioNTech, Moderna, serta AstraZeneca. Hal senada disampaikan pemimpin Bavaria Markus Soder beberapa hari sebelumnya.

Baca juga: Ahli Singapura Sebut Efek Samping jadi Bukti Vaksin Covid-19 Bekerja

Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mau menerima vaksin buatan Rusia dan Tiongkok jika regulator UE menyetujui. ”Vaksin itu bisa membantu mengakhiri pandemi,” ujarnya ketika diwawancarai media lokal Frankfurter Allgemeine Sonntagszeitung.

Para pemimpin di Jerman memang sedang berada dalam tekanan. Suplai vaksin terancam macet. Gara-garanya, AstraZeneca mengurangi pasokan vaksin untuk UE. Awalnya, hanya seperempat bagian dari total perjanjian yang akan dikirim. Sebab, salah satu pabrik mereka bermasalah. Namun, setelah berbagai negosiasi dan tekanan, perusahaan farmasi yang berbasis di Inggris itu sepakat menambah lagi pengiriman ke UE sebesar 30 persen.

Baca Juga :  BPOM Keluarkan Izin penggunaan Vaksin Covid-19 Produksi Bio Farma

”AstraZeneca setuju mengirim 9 juta dosis tambahan dan mulai pengiriman sepekan lebih awal dari jadwal,” terang Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada Minggu (31/1).

AstraZeneca juga bakal meningkatkan kapasitas produksi pabriknya di Eropa. Pengiriman pertama dilakukan pada pekan kedua bulan ini.

Mayoritas vaksin, terutama buatan Eropa dan Amerika, sudah diborong negara-negara maju. Negara-negara berkembang hanya mampu membeli sisanya lewat skema Covax, yaitu sistem berbagi kuota vaksin yang diprakarsai WHO. Sebagian akhirnya memilih membeli vaksin buatan Tiongkok.

Selain Indonesia, Pakistan adalah salah satunya. Kemarin mereka mengerahkan pesawat militernya untuk mengangkut vaksin dari Sinopharm buatan Tiongkok.

”Saya salut kepada petugas medis garis depan atas segala upaya mereka dan mereka akan menjadi orang pertama yang divaksin,” tutur Menteri Kesehatan Pakistan Faisal Sultan seperti dikutip Agence France-Presse. Vaksinasi di Pakistan dimulai pekan ini.

Baca Juga :  Gunakan Vaksin Covid-19 Sputnik V, Rusia Memulai Vaksinasi di Moskow

Pakistan sudah memesan 500 ribu dosis dan meminta tambahan 1 juta dosis Sinovac. Melalui Covax, Pakistan meminta 17 juta dosis vaksin AstraZeneca. Sekitar 6 juta juta dosis bakal tiba pada akhir Maret dan sisanya pada pertengahan tahun. Jumlah itu jauh dari kata cukup. Sebab, jumlah penduduk Pakistan sekitar 220 juta orang. Total kasus di negara tersebut mencapai 546.428 kasus dan 11.683 orang meninggal. Pakistan juga berencana membeli vaksin Sputnik-V milik Rusia.

Sementara itu, pemerintah Jepang berencana memperpanjang status daruratnya. Tujuannya, menekan angka penularan Covid-19 di Tokyo dan beberapa area di sekitarnya.

Di tempat yang populasi dan penularannya rendah seperti Prefektur Tochigi, status darurat akan dicabut. Berdasar polling yang dilakukan Nikkei, sekitar 90 persen responden setuju memperpanjang status darurat. Pemerintah berdiskusi dengan para pakar pada pekan ini sebelum membuat keputusan.

Status darurat di Jepang diberlakukan mulai bulan lalu dan bakal berakhir pada Minggu (7/2). Jepang harus mampu mengontrol penularan. Rencananya, Olimpiade Tokyo tetap dihelat pada 23 Juli nanti. Sejauh ini belum ada rencana pengunduran jadwal.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment