Datang ke JICT, Syarif Rafiq Menunggu Hasil Pencarian Jasad sang Istri

KalbarOnline.com – Syarif Rafiq Yusop Al Idrus berusaha tegar saat menginjakkan kaki di Dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT), Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, kemarin (14/1). Dia datang ke posko search and rescue (SAR) karena ingin tahu perkembangan pencarian korban jatuhnya Sriwijaya Air PK-CLC nomor penerbangan SJ182 rute Jakarta–Pontianak.

Melihat ribuan orang bahu-membahu dalam operasi SAR tersebut, Syarif berulang-ulang menyampaikan terima kasih. Meski jenazah sang istri, Panca Widya Nursanti, belum ditemukan, dia merasa tim SAR sudah bekerja dengan baik. ”Terima kasih sekali karena apa pun yang terjadi sudah Tuhan yang atur,” kata dia pelan.

Sudah dua hari Syarif berada di Jakarta. Sebelum ke JICT, dia mendatangi Rumah Sakit Polri Kramat Jati untuk menyerahkan data-data yang dibutuhkan tim dokter Polri. Hingga kemarin, dia masih menunggu kepastian jenazah Nursanti.

”Kalau sudah ditemukan, kami bawa langsung (ke Pontianak),” imbuhnya.

Pria 49 tahun itu ingin segera memakamkan jenazah istrinya di kampung halaman. Dia dan keluarga sudah ikhlas. Kali terakhir dia melihat istrinya pada 22 Desember tahun lalu sebelum terbang ke Jawa.

Di JICT, Syarif sempat melihat langsung pecahan pesawat yang dikumpulkan tim SAR gabungan. Dia juga menyaksikan kantong-kantong jenazah korban. Tidak pernah terbayang olehnya, video call beberapa saat sebelum Sriwijaya Air PK-CLC take off dari Bandara Internasional Soekarno–Hatta menjadi perbincangan terakhir dengan Nursanti.

Syarif hanya satu dari banyak keluarga korban yang sampai saat ini masih menunggu kepastian dari RS Polri Kramat Jati. Hingga kemarin petugas masih bekerja. Kantong jenazah terus berdatangan dari JICT.

Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Purnawirawan Bagus Puruhito menyatakan, tidak kurang dari 98 kantong jenazah berhasil dikumpulkan kemarin. Selain itu, ada sembilan kantong serpihan pesawat dan lima potongan besar pesawat yang dibawa ke JICT.

Baca Juga :  Partai Golkar Bakal Buka Pendaftaran Calon Kepala Daerah dan Wakil se-Kalbar

Hasil operasi SAR tersebut menambah jumlah kantong jenazah yang dikumpulkan tim SAR gabungan. Yakni, 239 kantong jenazah, 40 kantong serpihan pesawat, dan 33 potongan besar pesawat. Itu belum termasuk black box berisi flight data recorder (FDR) yang sudah dibawa Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

Bagus mengatakan, regu pencari masih berusaha mengumpulkan temuan dari titik jatuh. Termasuk cockpit voice recorder (CVR). Tidak hanya penyelam, tim SAR gabungan juga menurunkan remotely operated vehicle (ROV) untuk menemukan CVR. ”Dan masih belum ada hasil yang kami dapatkan,” jelas Bagus. Setelah menerjunkan penyelam dan ROV, tadi malam tim mencari kotak hitam tersebut dengan menggunakan sonar.

Dia mengakui, lepasnya underwater locator beacon yang berfungsi mengirim sinyal ping dari black box menjadi salah satu kendala. Selain itu, arus di bawah permukaan laut yang berpotensi menggeser posisi benda tersebut turut memengaruhi proses pencarian.

Sejauh ini, kata Bagus, baru bungkus CVR yang ditemukan penyelam. CVR-nya masih dicari. Kemarin KR Baruna Jaya IV milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melaporkan berhasil menemukan lokasi yang diduga kokpit dan ekor Sriwijaya Air yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu.

Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT Djoko Nugroho yang berada di KR Baruna Jaya IV menyatakan, ada sejumlah temuan signifikan. Hasil penyisiran oleh ROV dalam radius 53 meter persegi menemukan 34 titik potongan pesawat. Potongan terjauh berjarak 53 meter dari titik FDR ditemukan.

Hasil pemantauan tim BPPT dan KNKT juga mencatat, dua titik di antara 34 titik lokasi potongan pesawat SJ182 diduga bagian dari kokpit pesawat. ’’Melalui monitor ruang kendali ROV di kapal Baruna Jaya IV, diduga bagian tersebut adalah throttle,’’ jelasnya. Kemudian, terdapat sebuah bagian besar yang diduga kuat merupakan ekor pesawat. Seperti diketahui, di bagian ekor pesawat inilah dua kotak hitam, CVR dan FDR, berada.

Baca Juga :  Putra Amien Rais dan Wakil Ketua KPK Ribut, Begini Kata Dirut Garuda

Temuan 34 titik, termasuk titik yang diduga kokpit dan ekor, itu diteruskan kepada tim penyelam. Dengan begitu, bisa dilakukan penyisiran secara lebih detail. Sepanjang pagi hingga siang kemarin, personel TNI-AL terus menjalankan misi penyelaman. ”Dengan memprioritaskan pada dua titik yang diduga bagian ekor dan kokpit pesawat,” jelasnya.

Sementara itu, meski tidak terlalu mengganggu operasi penyelaman seperti dua hari lalu (13/1), cuaca dan gelombang di perairan Kepulauan Seribu di sekitar area SAR Sriwijaya SJ182 diperkirakan masih bergelombang. BMKG memperkirakan cuaca pada hari ketujuh operasi SAR (15/1) akan diwarnai hujan ringan pada dini hari dan siang. Sementara pada pagi dan sore diperkirakan hanya berawan. Tinggi gelombang di sekitar area pencarian berkisar 0,5; 1,25; hingga 1,5 meter. ’’Dengan gelombang setinggi 1,5 meter memang agak merepotkan pada operasi penyelaman,” kata Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo kepada Jawa Pos kemarin.

Untuk hari berikutnya, yakni 16 Januari 2021, jika pencarian masih berlanjut, tim SAR diperkirakan menghadapi gelombang setinggi 0,5 hingga 1,25 meter dengan cuaca yang relatif lebih baik. Yakni, cerah pada pagi dan berawan pada siang hingga sore.

Menurut Eko, tinggi gelombang tidak akan melebihi 1,5 meter. Kecuali memang ada pertumbuhan awan cumulonimbus (CB) yang biasanya terbentuk secara cepat dan mendadak. ”Tapi, biasanya tidak akan berlangsung lama,” kata Eko.

Operasi SAR memang baru akan dievaluasi setelah pencarian hari ini selesai. Namun, Basarnas memprediksi misi kemanusian itu diperpanjang. ”Situasi memungkinkan kami memperpanjang pelaksanaan operasi SAR tersebut,” kata Bagus. (syn/tau/wan/c6/fal)

Comment