Black Box Sriwijaya Air SJ-182 Diduga Tertimbun Puing Pesawat

KalbarOnline.com – Regu penyelam TNI-AL semakin dekat dengan lokasi black box Sriwijaya Air PK-CLC. Dalam operasi search and rescue (SAR) kemarin (11/1), mereka mempersempit area pencarian menjadi 14.000 meter persegi.

Area tersebut sudah ditandai dengan triangle border. Langkah itu dilakukan setelah KRI Rigel-933 mengevaluasi upaya pencarian yang dilaksanakan sepanjang Minggu (10/1).

Untuk melihat langsung kerja keras jajarannya, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono merapat ke KRI Rigel-933. Dia bertolak dari Dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta Utara, ke lokasi pencarian di perairan Kepulauan Seribu menggunakan KRI Kurau-856. ”Sektor (pencarian black box) tinggal satu. Kami buat (tanda) segitiga,” katanya.

Yudo mengungkapkan, tanda segitiga itu dibuat berdasar deteksi multibeam echosounder yang ada di KRI Rigel-933. ”Hasil multibeam echosounder telah dipetakan, tinggal satu segitiga di sini (titik jatuh), panjangnya kurang lebih 140 x 100 meter,” jelasnya. Dengan area yang sudah ditandai, mantan panglima Komando Armada (Koarmada) I itu optimistis black box segera ditemukan.

Meski demikian, orang nomor satu di TNI-AL itu menyatakan bahwa mencari dan mengangkat black box dari dasar laut bukan perkara mudah. Meski sinyal kotak hitam sudah ditemukan, penyelaman tetap butuh waktu. Berdasar pengalaman memimpin operasi SAR Lion Air PK-LQP, kata Yudo, sangat mungkin black box berada di bawah puing pesawat.

Untuk itu, pencarian black box juga dilakukan bersamaan dengan pengangkatan bagian bodi pesawat yang mengalami kecelakaan dalam penerbangan Jakarta–Pontianak itu. ”Akan kami ambil terus (puing-puing pesawat) karena di bawah masih banyak,” jelasnya. Serupa dengan operasi SAR yang dilakukan Minggu, bagian-bagian pesawat yang sudah terpecah-pecah dibawa ke JICT.

Yudo sempat menunjukkan beberapa bagian pesawat yang dirinya lihat langsung di atas KRI Rigel-933. Ada juga barang-barang milik korban yang sudah diambil penyelam dari dasar laut. Sesuai perintah Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, kemarin kapal-kapal TNI-AL yang dilengkapi crane berkekuatan besar didatangkan ke lokasi pencarian. Di antara kapal-kapal itu, ada KRI Teluk Cirebon-543 dan KRI Mentawai-959. ”Kapal yang mempunyai kemampuan mengangkut (muatan dengan crane) sampai berat 5 ton,” jelas Yudo. Kapal-kapal itu, lanjut dia, dibutuhkan bila tim gabungan harus mengangkat bagian-bagian pesawat yang berukuran besar. ”Seperti kemarin (Minggu, Red) ada turbin. Itu kan kami nggak kuat angkat,” tambahnya.

Baca Juga :  Lembaga Kemanusiaan Gelar Aksi Bela Palestina di Kabupaten Bogor

Pria yang pernah mengurusi kepulangan WNI dari Wuhan ke Natuna, Kepulauan Riau, itu menyatakan, tim gabungan yang bersama-sama melaksanakan operasi SAR Sriwijaya Air PK-CLC tidak akan berhenti sampai semua target ditemukan. Utamanya korban dan bagian-bagian pesawat. Keyakinan tersebut dirasakan Yudo lantaran operasi SAR Lion Air di medan yang dinilai lebih sulit pun bisa mereka selesaikan. ”Sama dengan Lion Air dulu, sama. Hanya kedalaman (laut) yang berbeda,” imbuhnya. Di Kepulauan Seribu, perairannya lebih dangkal.

Di lokasi pencarian, kapal-kapal milik TNI-AL, Badan SAR Nasional (Basarnas), Polri, dan instansi lainnya tampak bekerja serempak. Beberapa kapal meninggalkan titik jatuh untuk membawa aneka temuan ke posko di JICT. Menurut Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Bagus Puruhito, sampai pukul 19.30 kemarin operasi SAR berjalan lancar.

Bagus menyebutkan, tidak kurang 27 kantong jenazah dibawa dari perairan Kepulauan Seribu ke JICT. ”Sehingga total hari ini (kantong jenazah) yang sudah kami dapatkan berjumlah 45,” katanya. Sementara itu, potongan-potongan kecil bagian dan komponen pesawat bertambah menjadi 22 kantong. Dia menekankan, fokus pencarian adalah korban.

Tugas itu dilaksanakan sembari mencari objek lain seperti bagian pesawat dan black box. ”Fokus evakuasi korban tanpa mengurangi atensi pada hal lain,” tegas perwira tinggi bintang tiga itu. Dia pun menyebutkan, mencari objek di bawah permukaan laut bukan perkara mudah. Sebab, potensi perpindahan posisi black box seperti yang disampaikan Yudo sangat mungkin terjadi. Apalagi, cuaca di lokasi pencarian kerap berubah.

Baca juga: 74 Kantong Jenazah Berhasil Dievakuasi Hingga Senin Malam

Direktur Operasi Basarnas Brigjen TNI (Mar) Rasman menyebutkan, area pencarian yang semula dibagi empat sektor ditambah menjadi enam sektor kemarin. Kapal yang ikut andil dalam misi SAR itu juga bertambah menjadi total 53 unit. Salah satu kapal tambahan yang kemarin berangkat ke lokasi pencarian adalah KRI Semarang-594.

Baca Juga :  Jamaah Haji 2021 Wajib Jalani PCR Tiga Kali

Kapal bantu rumah sakit tersebut bakal menjadi tempat istirahat bagi para penyelam yang bekerja sepanjang hari. Selain itu, kapal tersebut bisa difungsikan menjadi kapal komando di titik jatuh. Kemarin kapal itu bertolak dari JICT pada pukul 10.30. Kekuatan itu juga ditambah dengan personel TNI-AU yang membantu pencarian dari udara. Rasman menyatakan bahwa 13 pesawat ikut ambil bagian.

Jenazah yang ditemukan langsung dibawa ke Rumah Sakit (RS) Polri Kramat Jati untuk diidentifikasi. Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri menerima 17 kantong jenazah hingga kemarin sore. Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Rusdi Hartono menjelaskan bahwa DVI mencocokkan data posmortem dari 17 kantong jenazah dengan antemortem yang didapatkan dari keluarga. ”Identifikasi dan pengumpulan data korban terus dilakukan,” ujarnya.

Baca juga: Serpihan Pesawat jadi Kendala Pencarian Black Box Sriwijaya Air

Hingga kemarin, tim DVI mendapatkan 53 sampel DNA dari keluarga. Dia menuturkan bahwa pengumpulan sampel DNA yang semakin cepat akan semakin membantu proses identifikasi. Tim DVI yang bergerak cepat telah mengidentifikasi seorang korban jatuhnya Sriwijaya Air PK-CLC. Kepala Pusat Inafis Polri Brigjen Hudi mengungkapkan bahwa seorang korban yang telah teridentifikasi bernama Okky Bisma. ”Laki-laki dengan golongan darah 0 dan belum menikah sesuai KTP,” terangnya.

Menurut dia, dalam pencocokan data antemortem dengan body part, terdapat 12 kesamaan. Salah satunya, sampel sidik jari telunjuk tangan kanan yang hasilnya identik dengan sidik jari di e-KTP. ”Itu meyakinkan kami,” tegasnya.

Upaya mencocokkan jenazah korban dengan data-data yang diperoleh dari keluarga inti korban bakal terus dilakukan. Mengingat, jenazah yang ditemukan di lokasi jatuhnya pesawat juga terus bertambah.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment