Relawan IDRT, Rela Hadapi Risiko Kematian demi Misi Kemanusiaan

KalbarOnline.com – Proses evakuasi pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang diduga jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta terpaksa ditunda karena perairan Kepulauan Seribu diguyur hujan deras. Tetapi, hal ini tidak menyurutkan tekad tim search and rescue (SAR) gabungan untuk melakukan proses pencarian korban serta puing pesawat Boeing 737-500.

Secangkir kopi hitam menjadi penyemangat para tim SAR yang berada di Kapal Basudewa milik Basarnas. Relawan penyelam dari Indonesia Divers Rescue Team (IDRT) merelakan hari liburnya untuk membantu proses evakuasi.

Perlengkapan selam menjadi modal utama dalam proses evakuasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-128. Terjangan ombak disertai hujan di perairan Kepulauan Seribu, bukan permasalahan utama dalam misi kemanusiaan tersebut.

Koordinator IDRT Bayu Wardoyo menuturkan, risiko terberat melakukan penyelaman adalah kematian. Hal ini diantisipasi dengan menjaga kondisi fisik, selain itu para penyelam juga harus terus meningkatkan pengetahuan dan pengalaman.

’’Alat selam kalau sudah dirakit beratnya 15 kilogram. Rata-rata penyelaman 45 menit, risiko kematian paling tinggi,’’ ucap Bayu kepada KalbarOnline.com di Kapal Basudewa yang berlayar di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Minggu (10/1).

Baca Juga :  Pesawat Sriwijaya Air Kecelakaan, Komisi V Akan Panggil Kemenhub

Meninggalkan keluarga di rumah pada saat hari libur bukan suatu masalah. Bayu bersama 10 rekannya lebih memilih ingin membantu Basarnas untuk melakukan proses pencarian korban, hingga bangkai pesawat Boeing 737-500 yang hilang kontak pada Sabtu (9/1) sekitar pukul 14.40 WIB. ’’Kami ini swadaya, kita nggak di-support siapa-siapa. Intinya kami membantu dengan keahlian yang kita punya,’’ ucap Bayu.

Bayu menceritakan, IDRT sudah membantu Basarnas dalam proses evakuasi penyelaman selama 15 tahun. Anggotanya memiliki pengalaman menyelam paling lama 20 tahun, sehingga bukan suatu hal baru menghadapi setiap risiko penyelaman.

Bahkan Bayu menyatakan, IDRT telah tiga kali melakukan proses pencarian korban dan bangkai pesawat yang jatuh di laut. Yaitu pesawat Air Asia QZ8501 yang jatuh di sekitar Laut Jawa pada 28 Desember 2014, Lion Air JT610 jatuh di laut Jawa pada 29 Oktober 2018 dan Sriwijaya Air SJ128 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada 9 Januari 2021.

Baca Juga :  Setelah Tiga Pekan Isolasi, Doni Monardo Dinyatakan Negatif Covid-19

Bayu mengungkapkan, saat ini membawa 10 orang rekannya untuk melakukan proses evakuasi jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ128. Dia menyebut akan membagi lima tim untuk melakukan proses pencarian.

Karena itu, Bayu menekankan agar masyarakat Indonesia pada umumnya untuk sama-sama membantu proses evakuasi dari berbagai pengalaman. Karena misi kemanusiaan ini, bukan hanya dari pihak para penyelam tapi juga dari berbagai bidang. ’’Kami saling support, kami juga dibantu rekan-rekan dari WOF untuk transportasinya, ada teman kami yang koki juga bersedia untuk menyediakan makanan,’’ beber Bayu.

Seperti diketahui, pesawat Sriwijaya SJ-182 rute Jakarta-Pontianak dilaporkan hilang kontak pada pukul 14.40 WIB, Sabtu (9/1). Pesawat yang bertolak dari Bandara Soekarno-Hatta tersebut mengangkut penumpang sebanyak 56 penumpang, terdiri dari 46 dewasa, 7 anak-anak dan 3 bayi. (*)  

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment