Opsi Terbaik Bagi Suzuki adalah Membajak Bos-Bos Tim Pesaing

KalbarOnline.com − Kepergian Manajer Tim Suzuki Ecstar Davide Brivio meninggalkan celah di balik layar tim juara dunia 2020 itu.

Meski, sebenarnya masih ada Pemimpin Proyek Suzuki Shinichi Sahara yang bekerja sama dengan Brivio dalam mengembangkan GSX-RR.

Biasanya, ketika tim MotoGP membutuhkan manajer anyar, mereka akan mencari sosok yang tepat dari lingkungan terdekat. Misalnya, mempromosikan sosok terkait dari proyek sejenis lainnya.

Baca Juga: Memimpin Delapan Tahun, Saat Timnya Juara Justru Memilih Mundur

Dalam kasus yang dialami Ducati dan Yamaha, mereka mempromosikan staf senior dari proyek di WSBK. Tetapi, dalam hal ini, Suzuki tampaknya belum punya kandidat kuat untuk mengisi peran yang ditinggalkan Brivio.

Baca Juga :  Terserang Flu, Ganda Nomor 1 Indonesia Mundur dari Simulasi Piala Uber

Opsi terbaik adalah membajak bos-bos tim pesaing yang ada saat ini. Atau menggaet mantan pimpinan tim MotoGP. Seperti Livio Suppo. Dia adalah mantan bos Ducati dan Honda yang turut memberikan gelar kepada dua tim tersebut.

’’Jika Suzuki meneleponku, aku akan mendengarkan,’’ kata Suppo dilansir Crash.

Menggaet bos tim balap pesaing di MotoGP menjadi hal yang lumrah. Suppo misalnya yang meninggalkan Ducati dan beralih ke Honda pada 2010. Selain itu, ada Gigi Dall’Igna yang pindah dari Aprilia ke Ducati pada 2013.

Baca Juga :  Anak Kandung Michael Schumacher Bisa Naik Kelas Musim Depan

Suppo menjadi pilihan strategis untuk menggantikan peran Brivio. Bersama Ducati, dia turut mengantarkan Casey Stoner juara pada 2007. Bersama Honda, dia juga turut mengawal Marc Marquez merengkuh empat gelar pada 2013, 2014, 2016, dan 2017.

Setelah itu, dia memutuskan meninggalkan tim pabrikan Jepang tersebut. ’’Jangan katakan tidak pernah (mungkin),’’ papar Suppo terkait kans kembali ke MotoGP.

Sebelumnya, Suzuki Ecstar harus merelakan Brivio pergi. Kabar beredar, pria Italia itu menerima pinangan Alpine (sebelumnya Renault) sebagai CEO mereka menuju musim baru F1 2021.

Comment