Ekonomi di Indonesia Diharapkan Segera Pulih setelah Vaksin Tiba

KalbarOnline.com – Kedatangan vaksin Covid-19 tahap kedua dari Sinovac, Tiongkok, di Indonesia pada pengujung 2020 menjadi harapan di awal 2021 untuk segera mengakhiri pandemi di Tanah Air.

Vaksin tersebut menjadi asa baru bagi masyarakat untuk bisa kembali bergerak normal seperti sebelum Covid-19. Apalagi, pelaksanaan vaksinasi akan dilakukan secara gratis.

Pemerintah sudah mengantongi anggaran vaksinasi Covid-19 gratis sebesar Rp54,44 triliun, yang berasal dari cadangan Rp18 triliun dan anggaran kesehatan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional 2020 yang diperkirakan tidak dieksekusi senilai Rp36,44 triliun.

Meski vaksinasi belum terealisasi, setidaknya hal itu meningkatkan psikologis masyarakat bahwa ekonomi nasional pada 2021 akan tumbuh positif setelah negatif pada 2020 akibat terpukul pandemi. Diproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 berada dalam rentang negatif, yakni minus 2,2 hingga minus 1,7 persen.

Vaksin dinilai menjadi salah satu instrumen memperbaiki perekonomian pada masa mendatang. Masuknya vaksin ke Indonesia membawa dampak psikologis yang positif awal 2021 ini. Pada Kamis (31/12/2020), sebanyak 1,8 juta dosis vaksin Covid-19 buatan perusahaan farmasi asal Tiongkok, Sinovac itu tiba di Indonesia.

Vaksin itu merupakan paket pengiriman vaksin Sinovac batch kedua setelah sebelumnya sebanyak 1,2 juta dosis telah dikirimkan pada 6 Desember 2020. Artinya, sudah ada 3 juta vaksin Sinovac di Indonesia.

Pada Rabu (30/12/2020), BUMN farmasi, yakni PT Biofarma (Persero) dan PT Indofarma Tbk juga sudah menandatangani pembelian vaksin dari Novavax, perusahaan asal Amerika Serikat dan Kanada, dan AstraZeneca (Inggris) masing-masing sebesar 50 juta dosis.

Baca Juga :  Edi Tekankan OPD Tangani Dampak Sosial Akibat Covid-19

Secara pararel pembicaraan berkesinambungan juga terus dilakukan dengan perusahaan vaksin lainnya seperti Pfizer yang berasal dari AS dan BioNTech, Jerman.

Sejak awal, pemerintah telah menjalin komunikasi untuk mengamankan suplai dari berbagai sumber. Diplomasi yang dilakukan pemerintah juga terus bergerak untuk mendukung ketersediaan dan ketercukupan vaksin Covid-19 di Indonesia.

Wakil Menteri I BUMN Pahala Mansyuri menyampaikan bahwa Biofarma yang menjalin kesepakatan pembelian vaksin dengan AstraZeneca, dan Indofarma Tbk dengan Novavax, masing-masing sebanyak 50 juta dosis menjadi langkah awal untuk mengakhiri pandemi.

’’Kita bersyukur dan menyambut baik kesepakatan Novavax dengan Indofarma, serta AstraZeneca dengan Biofarma untuk mengamankan ketersediaan keragaman akses vaksin untuk Indonesia,’’ ucapnya, seeprti dikutip dari Antara.

Pembelian vaksin Covid dari dua perusahaan besar dunia itu memberikan variasi yang cukup untuk rakyat Indonesia atas produk vaksin yang nantinya bisa digunakan bagi seluruh warga Indonesia.

Dalam menghadapi pandemi ini, Kementerian BUMN juga melakukan sinergi dengan sejumlah kementerian dan lembaga hingga nantinya Indonesia bisa melakukan standardisasi manajemen klinis.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang memberikan standardisasi kepada Biofarma untuk memproduksi vaksin Covid-19 merupakan pengakuan kesiapan, komitmen, dan kemampuan BUMN untuk menghadapi pandemi.

Baca Juga :  Vaksinasi Covid-19 Wajib, Pejabat Singapura Minta Jangan Pilih Merek

Dari sisi ekonomi, Kementerian BUMN pun terus berupaya keras membantu sektor UMKM agar dapat bertahan, mulai dari penyaluran program kemitraan BUMN bagi UMKM hingga pembukaan akses pasar internasional. Hal itu dikarenakan UMKM dinilai menjadi kunci sukses dalam rangka pemulihan perekonomian nasional.

’’Langkah demi langkah sudah dilakukan, dan kami juga berharap kerja sama yang dilakukan bisa memberikan harapan baru. Tentunya, adanya ketersediaan vaksin merupakan awal dari harapan untuk bisa menyongsong 2021 untuk lebih baik,’’ kata Pahala, seperti dikutip dari Antara.

Di sisi lain, Biofarma pun siap memproduksi vaksin Merah Putih. Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Airlangga (Unair) akan menyerahkan bibit Vaksin Merah Putih kepada Bio Farma pada triwulan I 2021.

Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) juga memastikan untuk mempercepat uji klinis vaksin Merah Putih agar bisa segera diproduksi secara massal untuk masyarakat.

Menristek Bambang PS Brodjonegoro mengatakan pihaknya sudah melakukan komunikasi dengan Biofarma dan BPOM untuk melakukan upaya percepatan uji klinis.

”Saat ini, ada tujuh lembaga yang mengembangkan vaksin Merah Putih, yaitu Eijkman, Universitas Airlangga, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Padjajaran dengan masing-masing platform yang berbeda,” terang Bambang. (*)

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment