Kasus Covid-19 Melonjak, Satgas Ingatkan Bahaya Tidak Disiplin Prokes

KalbarOnline.com – Pandemi Covid-19 di Indonesia masih pada tarap membahayakan. Sampai dengan 24 Desember 2020 kasus aktif teecatat sebayak 108.269 atau 15,6 persen. Sedangkan rata-rata dunia 27,40 persen. Sementara itu, jumlah kesembuhan 563.980 atau 81,4 persen dibandingkan rata-rata dunia 70,39 persen. Kemudian pasien meninggal 20.589 kasus atau 2,97 persen lebih tinggi dari rata-rata dunia 2,19 persen.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menilai kasus aktif Covid-19 mengalami tren memburuk, kenaikannya terbilang semakin parah. Kondisi ini diduga turut dipengaruhi oleh ketidakpatuhan terhadap protokol kesehatan dan masa libur panjang.

“Dapat disimpulkan, dalam setiap kenaikan kasus aktif selalu diiringi oleh kenaikan persentase daerah yang tidak patuh protokol kesehatan. Dan selalu berawal dari even libur panjang,” kata Wiku beberapa waktu lalu.

Dari grafik perkembangan, pada periode Maret – Juli 2020, kasus aktif meningkat dari 1.107 kasus menjadi 37.342 kasus. Peningkatan pada periode ini membutuhkan waktu selama 4 bulan. Pada periode ini juga, peningkatan kasus aktif dibarengi dengan peningkatan testing Covid-19 secara mingguan hingga 50 persen. Dan juga terdapat masa libur panjang Idul Fitri.

Baca Juga :  Bamsoet Dorong Penggunaan E-Voting di Pilkada dan Pemilu

Pada periode selanjutnya, Agustus – Oktober, kasus aktif meningkat dari 39.354 menjadi 66.578 kasus. Peningkatan ini terlihat hanya dalam waktu 2 bulan. Testing mingguan periode ini meningkat 40 persen, dan persentase daerah yang tidak patuh protokol kesehatan juga meningkat, dari 28,57 persen menjadi 37,12 persen. Pada periode ini juga terjadi libur panjang pada 17, 20 – 23 Agustus 2020.

“Kenaikan tertinggi dalam waktu yang tersingkat, terjadi pada periode bulan November hingga Desember ini. Kasus aktif meningkat dua kali lipat dari 54.804 kasus, menjadi 103.239 kasus hanya dalam waktu satu bulan,” jelas Wiku.

Bahkan kenaikan kasus aktif ini, malah dibarengi dengan peningkatan testing yang lebih rendah dari sebelumnya yakni 40 persen. Sedangkan persentase daerah yang tidak patuh protokol kesehatan juga meningkat 48,01 persen. Pada periode ini juga terdapat masa libur panjang pada 28 Oktober hingga 1 November 2020.

Baca Juga :  Mensesneg Tepis Isu Presiden Jokowi akan Lakukan Reshuffle Kabinet

Saat ini, kata Wiku, meskipun angka testing mingguan meningkat, tetapi tidak dibarengi dengan penurunan kasus aktif. Seharusnya ketika testing meningkat, angka kasus aktif harus terus menurun. Hal ini menunjukkan, kondisi saat ini masih tingginya laju penularan sehingga masih banyak kasus baru yang ditemukan dari hasil pemeriksaan.

Selain itu, situasi seperti ini menunjukkan bahwa masyarakat masih ceroboh. Sehingga mereka membahayakan diri sendiri dan orang lain di tengah pandemi yang belum berakhir ini.

Momentum libur Natal dan Tahun Baru 2021 yang sedang berjalan ini, harusnya dapat dijadikan pembuktian bagi masyarakat untuk dapat berjalan dari pengalaman burukbyang sudah terjadi pada masa libur panjang sebelumnya. Dengan mendukung upaya pemerintah dalam menekan laju kasus dan menurunkan angka kasus aktif.

“Mari kita menjadi kelompok masyarakat yang berperan dalam menyelamatkan diri sendiri, dan orang terdekat yang kita cintai dengan memilih untuk tidak berpergian dan menghindari kerumunan,” pungkas Wiku.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment