Survei: Lebih dari Separuh Warga Singapura Bersedia Divaksin Covid-19

KalbarOnline.com – Warga Singapura bersedia mematuhi pelaksanaan vaksinasi untuk melawan Covid-19. Sedikitnya lebih dari 55 persen warga Singapura mau divaksin. Singapura sudah memutuskan akan memakai vaksin Pfizer-BioNTech dengan tingkat kemanjuran di atas 90 persen, bahkan vaksinnya sudah tiba beberapa hari lalu.

Dilansir dari Straits Times, Kamis (24/12), menurut survei oleh Nanyang Technological University (NTU), lebih dari separuh responden atau sekitar 55 persen, mengatakan, mereka bersedia divaksinasi ketika vaksin Covid-19 tersedia di Singapura. Sekitar 11 persen mengatakan mereka tidak akan divaksinasi. Sementara sekitar 34 persen ragu-ragu.

“Kepercayaan pada berita palsu dapat mempengaruhi kesediaan beberapa individu untuk divaksinasi, tetapi ada juga faktor lain yang berperan, yang masih perlu kita pahami,” kata Ketua Peneliti Associate Professor Edson Tandoc Jr di sekolah tersebut.

Baca Juga: Mutasi Virus Korona Jenis Baru dari Inggris Sudah Sampai Singapura

Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengumumkan pada 14 Desember bahwa vaksin Covid-19 bersifat sukarela dan akan diberikan gratis untuk semua warga Singapura dan penduduk jangka panjang. “Mendengar Perdana Menteri sendiri mengatakan bahwa dia akan mendapatkan vaksinasi membantu meningkatkan kepercayaan publik terhadap vaksin tersebut,” kata Prof Tandoc.

Baca Juga :  Mantan Perdana Menteri Jepang Tewas Ditembak Saat Pidato

Lebih dari 60 persen dari mereka yang disurvei berpikir vaksin itu akan efektif. Sehingga mereka percaya bahwa vaksin tersebut manjur.

Banyak Hoaks Soal Vaksin

Studi lain yang dipimpin oleh Prof Tandoc dan peneliti James Lee Chong Boi menemukan bahwa anak muda Singapura mendapat berita tentang virus dari media sosial dan platform seperti WhatsApp selama tahap awal wabah Covid-19. Hal ini membentuk kekhawatiran mereka tentang bahaya berita palsu seputar Covid-19 daripada ancaman kesehatan yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut. Sementara kepercayaan pada informasi yang salah bahwa virus itu berisiko bagi generasi yang lebih tua tetapi tidak berlanjut.

Penemuan ini memberi kesan terlalu percaya diri pada orang dewasa muda dalam kemampuan mereka untuk membedakan informasi dan risiko yang ditimbulkan oleh virus. “Pertimbangan penting dari temuan ini adalah bagaimana membuat anak muda yang merasa tidak rentan terhadap Covid-19 tetap melakukan perilaku proaktif melawan virus,” kata Prof Tandoc.

Baca Juga :  Di Tengah Perang Dingin, Apple Asal AS Justru Jadi Jawara di Tiongkok

Salah satu contoh berita palsu yakni hampir 1 dari 4 penduduk yang disurvei di Singapura percaya klaim palsu bahwa vaksin Covid-19 mengubah DNA. Responden yang lebih tua juga lebih cenderung percaya kebohongan ini beredar di media sosial, meskipun itu dibantah di situs web pengecekan fakta termasuk The Straits Times, menurut hasil dari survei yang sedang berlangsung yang dilakukan oleh Sekolah Komunikasi dan Informasi Wee Kim Wee universitas.

Survei tersebut dilakukan pada 999 orang dengan usia rata-rata 40 tahun. Sekitar 51 persen dari mereka adalah laki-laki. “Ini adalah sesuatu yang terus kami pelajari,” katanya.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment