Gus Yaqut: Agama Bukan Alat Politik

KalbarOnline.com – Saat Fachrul Razi yang berlatar belakang militer dipilih sebagai menteri agama, tidak sedikit kiai NU yang protes dan kecewa. Kemarin (22/12) kekecewaan itu terobati lantaran tokoh NU kembali dipercaya untuk memimpin Kementerian Agama. Presiden Joko Widodo menunjuk Yaqut Cholil Qoumas. “Gus Yaqut adalah titik temu dan muara dari aspirasi warga NU,” ucap Wakil Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) Masduki Baidlowi.

Sebagai ketua GP Ansor, kata Masduki, Yaqut memiliki jaringan yang kuat, baik di sektor kemasyarakatan, keagamaan, maupun kepemudaan. Selain itu, dia berpengalaman sebagai anggota DPR dari Fraksi PKB. Kapasitasnya tidak perlu diragukan lagi.

Sebagai Menag baru, menurut Masduki, setidaknya Yaqut memiliki dua tugas utama. Salah satunya memajukan pendidikan agama Islam. Dia mengakui, kualitas ratusan ribu madrasah di tanah air masih jomplang jika dibandingkan dengan institusi pendidikan umum.

Tugas kedua adalah menanggulangi radikalisme. Tidak semata-mata melakukan perlawanan fisik, tapi juga mengadakan penanggulangan-penanggulangan di hulu. ’’Kalau urusan gebuk-menggebuk itu kan domainnya aparat. Ada yang lebih urgen, yakni menanggulangi dari hulu. Misalnya, terorisme itu kan kompleks. Ada faktor ekonomi, kemiskinan, pendidikan, dan sebagainya,’’ jelas Masduki.

Setelah diumumkan sebagai menteri agama yang baru, Yaqut menyatakan akan memulai tugas dengan memperbaiki penerapan kehidupan beragama di Indonesia. Yakni, menjadikan agama sebagai inspirasi, bukan aspirasi. ’’Agama sebisa-bisanya tidak lagi digunakan menjadi alat politik, baik untuk menentang pemerintah maupun merebut kekuasaan,’’ ujarnya.

Baca Juga :  Viral Azan Serukan Jihad, Wamenag Ajak Pimpinan Ormas Beri Pencerahan

Berikutnya, Yaqut berjanji meningkatkan ukhuwah islamiah. Dia mengingatkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia memeluk agama Islam. ’’Maka, negara ini akan damai dan tenteram jika sesama muslim memiliki ukhuwah atau persatuan di antara mereka,’’ lanjut Yaqut.

Baca juga: Jokowi Reshuffle Kabinet: Risma Jadi Mensos, Sandiaga Uno Menparekraf

Selanjutnya adalah meningkatkan ukhuwah wathaniyah atau persaudaraan sesama warga bangsa. Sebab, Indonesia lepas dari penjajahan atas perjuangan semua agama, bukan hanya Islam. Harapannya, tidak ada satu agama pun yang mengklaim atau merasa paling memiliki negara ini. Terakhir adalah ukhuwah bashariyah atau persaudaraan sesama umat manusia. Dengan begitu, agenda pembangunan bisa lebih mudah diwujudkan.

Dalam programnya nanti, Yaqut juga berjanji memajukan pendidikan agama untuk seluruh agama di Indonesia. Pondok pesantren, misalnya, didorong untuk mandiri sehingga melahirkan kader terbaik bangsa.

Baca juga: Jabat Menparekraf, Ini Tugas Sandiaga Uno dari Presiden-Wapres

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Marsudi Syuhud menyebut tiga hal utama yang menjadi pekerjaan rumah Menag baru. Pertama, memberikan pencerahan keagamaan kepada bangsa Indonesia yang majemuk. Tujuannya, semua golongan bisa menerima dan menyadari kebangsaan yang didasari pada Bhinneka Tunggal Ika.

Baca Juga :  Gus Yaqut: Banser Telah Diterjunkan Jaga Rumah Ibunda Mahfud MD

Kedua, Marsudi berharap ukhuwah islamiah dan ukhuwah wathaniyah bisa dijaga bersama-sama demi kesatuan dan persatuan Republik Indonesia. Ketiga, dia berharap Kemenag konsisten menjaga sikap tawasut atau berada di tengah-tengah. Dengan sikap tawasut itu, Kemenag diharapkan dapat mengakomodasi dan merangkul semua umat beragama. ’’Jangan terlalu ke kanan-kanan dan jangan ke kiri-kiri sekali. Itu yang penting,’’ tegasnya.

Baca juga: PBNU Yakin Gus Yaqut Mampu Emban Tugas Menteri Agama

Sementara itu, Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abas menyebut keputusan Presiden Joko Widodo menunjuk Yaqut Cholil Qoumas sebagai hal yang menarik. Sebab, relatif jarang posisi menteri agama diisi tokoh muda. ’’Itu hak prerogatif presiden, kita harus hormati. Itu pasti sudah beliau pertimbangkan matang-matang,’’ ujarnya.

Sebagai Menag, kata Anwar, Yaqut diharapkan bisa mendengar lebih banyak pandangan yang beragam. Hal itu penting untuk memastikan semua kebijakan yang diambil lebih komprehensif. Dengan demikian, gesekan-gesekan dapat dikurangi dan kehidupan keagamaan di Indonesia bisa teduh.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment