Pengobatan Kanker Selama Pandemi Sebaiknya Tidak Ditunda

Pandemi COVID-19 telah menyebabkan terganggunya banyak layanan kesehatan, termasuk layanan untuk penderita kanker. Masalah ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di Asia selama setahun terakhir.

Bahkan meskipun layanan tetap tersedia, beberapa pasien menunda melakukan janji temu, pengobatan, serta janji tindak lanjut karena takut tertular virus. Dr. Muhamad Yusuf SpOG, Ahli Onkologi Ginekologi menjelaskan, di Rumah Sakit Kanker Dharmais, Jakarta , terjadi penurunan angka kunjungan pasien, sampai dengan 37%.

Terdapat penurunan 9% dalam kunjungan untuk konsultasi pertama dan 30% penurunan konsultasi tindak lanjut di National University Cancer Institute, Singapura (NCIS) antara Februari dan Maret 2020, meskipun angka-angka ini telah kembali pulih.

Selain itu, dalam survei terhadap 480 para ahli bedah di seluruh India, diperkirakan 192.000 pasien kemungkinan mengalami keterlambatan dalam diagnosis kanker secara tepat waktu. Apa dampak tertundanya pengobatan bahkan skrining terhadap pasien kanker?

Baca juga: 4 Jenis Kanker Payudara dan Pengobatannya

Kematian Pasien Kanker dengan COVID-19 Meningkat

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal The Lancet tahun 2020 ini menemukan bahwa angka kematian pasien kanker dengan COVID-19 meningkat hampir 39% dibandingkan 8% yang tidak terkena COVID-19.

Menurut dr. Yusuf, saat pasien kanker terinfeksi COVID-19, gejalanya memang lebih berat. Selain itu, perburukan gejala juga lebih cepat. sehingga angka kematiannya pasien akhirnya menjadi lebih tinggi. “Bahkan, pasien COVIS-19 dengan kanker yang memiliki riwayat pengobatan kemoterapi dan radiasi memiliki risiko kematian hingga 75% lebih tinggi,” jelasnya dalam webinar dalam rangka Kampanye New Normal, Same Cancer, Kamis (10/12)

Baca Juga :  Hipotiroid Kongenital Sebabkan Retardasi Mental. Kenali Gejalanya pada Bayi Baru Lahir!

Mengingat risiko yang sangat berbahaya, wajar jika pada akhirnya pasien kanker menunda ke rumah sakit. Seperti dikatakan dr. Yusuf, selama berlakunya masa PSBB di Jakarta, terjadi penurunan jumlah pasien kanker, bahkan pasien yang harusnya menjalani operasi pun terpaksa menundanya.

Begitu pula pasien yang seharusnya menjalani radioterapi, atau sekadar kunjungan janji temu dengan dokter. Setelah era PSBB berakhir, pasien mulai kembali ke rumah sakit dan ini menimbulkan masalah baru.

“Saat PSBB transisi, pasien yang datang terlalu banyak sehingga sulit melakukan social distancing. Selain itu ada keterbatasan tenaga medis dan fasilitas di rumah sakit yang tidak memadai, misalnya ruang rawat dan ICU bertekanan negatif yang belum ada.” tambah dr. Yunus.

Tak hanya pasien yang sudah didiagnosis kanker saja yang mengalami masalah. Selama pandemi, skrining atau deteksi dini kanker pun turun hingga 60% dibandingkan tahun 2019 sebelum pandemi. Hal ini tentunya menjadi masalah, karena semakin tertunda deteksi dini, akan menunda pula potensi pengobatan kanker sedini mungkin.

Baca Juga :  Diare, Salah Satu Gejala Covid-19 di Saluran Pencernaan

Baca juga: Rumah Singgah, Dukungan bagi Pasien Kanker Selama Pengobatan

Pengobatan Kanker Selama Pandemi

Bagaimanapun, pandemi tidak seharusnya membuat skrining dan pengobatan pasien kanker tertunda. Guna membantu melindungi orang-orang yang mengunjungi klinik kanker, banyak fasilitas kesehatan yang telah menyesuaikan praktik mereka dan menerapkan solusi baru untuk meminimalisasi risiko penularan COVID-19.

Guna membantu melindungi masyarakat yang mengunjungi klinik kanker, banyak fasilitas perawatan kesehatan telah menyesuaikan praktik mereka dan menerapkan solusi baru untuk meminimalisasi risiko penularan COVID-19. Bagi banyak negara, telehealth atau telemedicine telah menjadi bagian penting dari layanan pasien, yang memungkinkan para tenaga kesehatan seperti ahli onkologi untuk memeriksa pasien mereka dan melakukan skrining jarak jauh tanpa pasien perlu meninggalkan rumah.

Para ahli onkologi di Asia Tenggara membuat sebuah koalisi bersama komunitas penyintas kanker, mengajak para pasien untuk tidak menunda melakukan akses layanan kanker sebagai bagian dari kampanye New Normal, Same Cancer.

Meskipun dampak jangka panjang pada pasien belum sepenuhnya diketahui, penelitian terbaru menunjukkan bahwa dengan penundaan satu bulan pengobatan dapat menyebabkan peningkatan risiko kematian sebesar 6%.

Baca juga: Tips Menjaga Imunitas Anak dengan Kanker Selama Pandemi

Comment