Rehabilitasi Lahan, Pemerintah Siapkan 16 Juta Bibit Pohon

KalbarOnline.com – Kawasan-kawasan yang rawan bencana hidrologi seperti banjir dan longsor akan direhabilitasi besar-besaran. Pemerintah menyiapkan jutaan bibit untuk ditanam di kawasan-kawasan tersebut. Selain mencegah bencana, rehabilitasi itu bisa memberikan nilai tambah bagi warga setempat.

Kemarin (27/11) Presiden Joko Widodo mengecek persiapan salah satu lokasi pembibitan di Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Bibit-bibit pohon di lokasi tersebut disiapkan oleh sejumlah ahli di bidangnya secara hati-hati, demi memastikan kualitas pohon yang nanti ditanam. Ribuan bibit terlihat disiapkan di sejumlah petak lahan.

Sebagian lagi masih dikembangkan di laboratorium.

Presiden menargetkan program pembibitan itu bisa selesai dan mulai berproduksi tahun depan. Jumlahnya ditargetkan sekitar 16 juta bibit pohon. ’’Bibit-bibit ini nantinya kita sebar di lokasi-lokasi yang sering banjir, kabupaten dan kota yang sering longsor,’’ ujarnya setelah mengecek persiapan pembibitan.

Yang disiapkan adalah tanaman-tanaman yang akarnya kuat dan bisa menahan laju air. Selain itu, tanaman harus memiliki nilai ekonomi sehingga bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

Jokowi menyebut beberapa pohon yang akan ditanam. Di antaranya, abesia, eukaliptus, mahoni, kaya, merbau, eboni, hingga pohon jati. ’’Dan juga tanaman buah-buahan, baik itu durian dan lain-lainnya,’’ urai mantan gubernur DKI Jakarta itu.

Menurut Jokowi, pembangunan nursery tersebut tidak hanya dilakukan di Bogor. Beberapa lokasi lain juga disiapkan. Yakni, Toba, Mandalika, Labuan Bajo, hingga Likupang. Juga akan ada persiapan lokasi pembibitan khusus untuk hutan mangrove. ’’Akan kita kerjakan kurang lebih 630.000 hektare mangrove,’’ lanjutnya.

Lokasi-lokasi itu tidak hanya disiapkan untuk jangka pendek. Melainkan juga untuk jangka panjang di mana Indonesia akan fokus pada green economy. Program bertujuan melindungi lingkungan, tetapi tetap memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat.

Baca Juga :  Soroti Kerumunan saat Pandemi, LPOI: Aparat Keamanan Harus Tegas

Program persemaian tersebut adalah tindak lanjut dari kerja sama Indonesia dan Korsel yang berakhir tahun lalu. ’’Kita akan menggunakan teknik kultur jaringan dalam pengembangannya,’’ terang Kepala Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Ciliwung-Citarum Pina Ekalipta.

Lewat teknik kultur jaringan, diharapkan kualitas bibit yang dihasilkan sesuai dengan induknya. Di mana induknya adalah pohon-pohon terpilih yang sudah tersertifikasi karena memiliki keunggulan, khususnya untuk pembibitan.

Perawatannya akan memaksimalkan teknologi dan mengurangi peran manusia untuk mempercepat waktu. ’’Misalnya, penyiraman bisa menggunakan timer atau pengembunan,’’ lanjutnya. Harapannya, keberlanjutan penyiraman terus terjaga sehingga pertumbuhan tanaman bisa lebih meningkat.

  • Baca juga: Jokowi Minta Laporan Soal Pembayaran Vaksin Covid-19

Fasilitas persemaian skala besar di Rumpin, Bogor, akan dibangun dengan luas 128 hektare (ha). Beberapa fasilitas serupa akan dibangun di beberapa tempat. Yakni, Kalimantan Timur (120 hektare) untuk mendukung ibu kota negara yang baru serta di sekitar kawasan pariwisata Danau Toba, Sumatera Utara (37,25 hektare); Labuan Bajo, NTT (30 hektare); Mandalika, NTB (32,25 hektare); dan Likupang, Sulawesi Utara (30,33 hektare).

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya menjelaskan, setiap unit persemaian akan memproduksi bibit hingga di atas 10−15 juta per tahun dengan tanaman yang bernilai ekologis dan ekonomis sesuai arahan presiden. ”Pembangunan persemaian dilakukan pada Januari 2021 dan akan ditata manajemen perbenihan yang baik,” jelas Siti kemarin.

Khusus di Rumpin, akan dikembangkan dari fasilitas persemaian yang sudah dibangun pada 2008−2019 atas kerja sama Indonesia-Korea Selatan. ”Yang ada ini masih terbatas pada bobot teknik kultur jaringan dan kebun bibit percobaan, bukan skala produksi, hanya skala lab untuk pelatihan,’’ terangnya.

Baca Juga :  Sekjen PDI Perjuangan Seruput Kopi Asiang Pontianak

Menurut Siti, Pusat Perbenihan dan Riset Hutan Tropika Rumpin ini akan menjadi pedoman teknis pembangunan paralel pada 5 (lima) persemaian modern lainnya di Indonesia. ’’Semua akan dibangun start 2021. Diawali Rumpin pada bulan Januari, kemudian menyusul paralel di lima lokasi lainnya. Rancangan dan anggaran sudah ada, semua siap dilaksanakan dan akan disesuaikan dengan arahan presiden,’’ ungkap Siti.

  • Baca juga: Kembangkan Green Economy, Jokowi Tinjau Pusat Sumber Benih di Rumpin

Kebijakan untuk membangun persemaian dilakukan dalam konsep yang utuh. Meliputi pembangunan fisik produksi bibit, didukung oleh kebijakan kelembagaan sebagai persemaian nasional bahkan internasional, manajemen persemaian, serta peningkatan sumber daya manusia ahli benih dan bibit tanaman kehutanan.

Sejak 2019, lanjut Siti, pemerintah telah melakukan langkah korektif dalam hal pemulihan lingkungan. Terutama rehabilitasi hutan dan lahan (RHL). Meski, Siti mengakui bahwa jumlah pusat-pusat persemaian dengan pola kebun bibit rakyat, kebun bibit desa, dan persemaian permanen yang ada selama ini masih sangat terbatas dibandingkan dengan kebutuhan mengatasi kerusakan lingkungan. Hal ini turut mendasari pemerintah membangun persemaian skala besar di beberapa wilayah.

  • Baca juga: Jokowi: Indonesia Butuh Banyak Inovator di Berbagai Sektor

Kegiatan RHL dengan dana APBN juga ditingkatkan dari 23.000 hektare rata-rata per tahun sampai dengan 2018 menjadi 230.000 hektare pada 2019. Namun, dengan adanya pandemi Covid-19, terdapat penyesuaian sehingga hanya terlaksana 168.000 hektare atas dukungan APBN 2020 dan rehabilitasi kewajiban swasta pemegang izin tambang.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment