Perilaku Agresif saat Mengemudi Bisa Memicu Kemarahan di Jalan

Beberapa hari lalu peristiwa penabrakan yang dilakukan oleh seorang pengemudi mobil Daihatsu Ayla terhadap pemotor Honda CBR 1000 RR SP ramai menjadi perbincangan di semua media. Peristiwa yang diketahui terjadi di Purwokerto, Jawa Tengah ini, bermula dari unggahan yang dibagikan oleh seorang warganet ke media sosial. Cikal bakal peristiwa yang seharusnya tidak terjadi itu berawal dari kesalahpahaman antara pengemudi mobil dan pengendara motor.

Pengemudi mobil tidak terima lantaran merasa digeber oleh pengendara motor dengan harga yang fantastis tersebut sehingga aksi kejar-kejaran dan adu mulut pun sempat terjadi dan berakhir mobil diduga dengan sengaja menabrak motor. Akibatnya pemgendara motor sempat terjatuh dan terseret sejauh beberapa meter. Beruntung nyawanya masih selamat meskipun mengalami patah tulang di lengan kiri dan luka-luka di beberapa bagian tubuhnya.

Berdasarkan berita terkini kasus ini berakhir damai. Pengemudi Ayla yang semula dituntut oleh pengemudi Honda CBR 1000 RR SP akan memberikan uang ganti rugi sesuai dengan kemampuannya setelah sebelumnya sang ibu menawarkan rumah dan mobil yang dimiliki agar anaknya tidak dipenjara.

Penyidikan dihentikan seiring dengan keputusan kedua belah pihak untuk menempuh jalur damai pada proses mediasi yang diinisiasi Polresta Banyumas.

Baca juga: Hindari Mata Kering saat Mengemudi!

Perilaku Agresif saat Mengemudi dan Kemarahan di Jalan

Ada dua istilah umum yang dikenal jika membahas perihal pengelolaan emosi saat berkendara, yaitu mengemudi dengan agresif (aggresive driving) dan kemarahan di jalan (road rage). Kedua istilah ini memiliki perbedaan yang tipis. Pasalnya cara mengemudi yang agresif menyebabkan kemarahan di jalan baik di pihak pengemudi atau di pihak korban. Pengemudi yang agresif merasa “menguasai jalan” sehingga berlaku sembrono dan tidak terlalu memperhatikan pengguna jalan lainnya.

Baca Juga :  9 Cara Membahagiakan Diri Sendiri

Pengemudi yang agresif biasanya menyimpan banyak kemarahan, kebencian, dan frustrasi yang dibawa saat berada di belakang kemudi kendaraan. Umumnya mereka memiliki tingkat stres yang tinggi dan ketidakberdayaan untuk mengatasi kondisi stres tersebut.

Sementara itu, kemarahan di jalan adalah hasil dari kebiasaan mengemudi yang agresif dan dapat timbul dengan cara berikut:

  1. Pengemudi yang agresif menunjukkan perilaku berbahaya dan pengemudi lain mencoba menghentikan perilaku tersebut. Pengemudi yang agresif menjadi marah dengan amarah yang tidak terkendali karena menganggap si pengemudi lain melawannya
  2. Pengemudi yang agresif menunjukkan perilaku berbahaya dan pengemudi lain menjadi marah atas kecerobohan tersebut dengan cara yang mengancam sehingga memicu insiden kemarahan di jalan.

Baca juga: Salah Asuh Menyebabkan Orang Dewasa Sulit Kendalikan Emosi

Tips Mengelola Emosi dan Amarah Saat Berkendara

Dari peristiwa ini kita bisa belajar bahwa mengelola emosi dan kemarahan selama berkendara adalah hal yang penting dan tidak boleh lagi disepelekan karena nyawa manusia bisa jadi taruhannya. Tentu saja kita tidak selalu dapat mengontrol tindakan orang lain. Namun, penting untuk memantau perilaku diri kita sendiri. Karena itu simak beberapa tips yang dapat Geng Sehat lakukan untuk meredam emosi dan kemarahan saat berkendara.

  1. Ingatlah bahwa keamanan selama berkendara adalah nomor satu.
  2. Menerima fakta bahwa kesalahan bisa terjadi dan dilakukan oleh siapa saja.
  3. Tetap menjunjung etika dan sopan santun. Berteriak, mengumpat, atau pun gestur tubuh lainnya yang menimbulkan kesan konfrontasi hanya akan membuat situasi semakin buruk.
  4. Tidak membiarkan siapa pun termasuk pengemudi lain untuk mendikte suasana hati dan mempengaruhi kualitas hati.
  5. Meninggalkan terlebih dulu masalah pribadi saat berada di belakang kemudi.
  6. Ingatlah bahwa hanya petugas polisi yang memiliki kewenangan untuk menghukum orang lain arena melanggar peraturan lalu lintas.
  7. Jika emosi mulai tersulut, segera atur napas. Fokuslah pada keluar masuknya udara saat bernapas dan pertahankan ritme pernapasan untuk mengendalikan amarah dan keinginan untuk membalas.
  8. Jika emosi tidak dapat dikendalikan, cari yang tempat aman untuk menepi, berhenti dan atur pernapasan untuk sedikit relaksasi. Jika dengan cara ini emosi masih tidak dapat dikendalikan, berkonsultasi dengan dokter. Kemarahan di jalan dan ketidakmampuan untuk mengendalikan emosi mungkin merupakan gejala gangguan kesehatan lainnya.
Baca Juga :  Mengenal Tokofobia, Ketakutan Hamil dan Melahirkan yang Berlebihan
Baca juga: Mengapa Penting Menyenangkan Diri Sendiri?

Referensi:

Landrum, Sarah. Controlling Your Anger on the Roads. https://psychcentral.com/blog/controlling-your-anger-on-the-roads/

Sreenivasan, Shoba and Weinberger, Linda E. Driving While Angry. https://www.psychologytoday.com/us/blog/emotional-nourishment/201705/driving-while-angry

Managing Aggressive Drivers and Road Rage. https://www.hpw.qld.gov.au/__data/assets/pdf_file/0022/9751/managingroadrage.pdf

Comment