Jelang Lengser, Donald Trump Beri Ampunan Terdakwa Kasus Pilpres 2016

KalbarOnline.com – Presiden AS Donald Trump memanfaatkan kekuasaannya dengan baik menjelang lengser. Pada Rabu (25/11), dia memberikan ampunan penuh kepada mantan penasihat keamanan negara Michael Flynn. Menurut Trump, memberikan grasi kepada Flynn adalah sebuah kehormatan.

’’Selamat @GenFlynn dan keluarganya yang luar biasa,’’ cuit Trump menginformasikan grasi Flynn lewat akun Twitter pribadinya sebagaimana dikutip Agence France-Presse.

Flynn yang senang dengan keputusan itu langsung mencuit dengan mengutip ayat Injil dan memasang emoji bendera AS. Grasi itu membuat Flynn lolos dari hukuman penjara yang bakal dijatuhkan pengadilan federal.

  • Baca juga: Manuver Donald Trump Dinilai Konyol, Elite Partai Republik Mulai Gerah

Dalam pernyataannya, Gedung Putih menegaskan bahwa Trump memutuskan untuk mengakhiri pengejaran tiada henti kepada orang yang tidak bersalah. Penyelidikan terhadap Flynn dianggap sebagai upaya terkoordinasi untuk merusak hasil Pemilu 2016 dan mengacaukan pemerintahan Trump di setiap kesempatan.

Keputusan Trump itu menuai kontroversi. Flynn mengaku bersalah pada Desember 2017 karena berbohong kepada FBI terkait dengan keterlibatan Rusia dalam pemilu AS. Dia berusaha menutupi fakta bahwa tim kampanye Trump berhubungan dengan agen Rusia. Flynn sepakat dengan penyidik khusus Robert Mueller untuk membantu penyelidikan.

Baca Juga :  Joe Biden Optimis AS Merdeka dari Covid-19 Pada 4 Juli

Namun, Flynn berubah pikiran dan menarik pengakuan bersalahnya pada Januari tahun ini. Dia mengajukan banding. Hukuman untuk Flynn beberapa kali ditangguhkan. Yang terakhir pada 10 Februari lalu.

Trump menyebut kasus Flynn bermuatan politis. Jaksa Agung Bill Barr pada Mei lalu bahkan menyatakan akan membatalkan kasus Flynn. Barr adalah kepala Departemen Kehakiman yang dipilih Trump.

Ampunan untuk Flynn sudah diperkirakan para pengamat. Flynn adalah yang pertama, tetapi bukan yang terakhir. Mereka yang masuk antrean adalah kepala tim kampanye Trump Paul Manafort; pengacara pribadinya, Rudy Giuliani; serta mantan penasihat Gedung Putih Steve Bannon dan Roger Stone. Nama-nama itu terlibat dalam skandal campur tangan Rusia di Pemilu AS yang diselidiki Mueller.

Para politikus Demokrat geram. Mereka mengecam grasi yang diberikan Trump. Ketua House of Representative Nancy Pelosi menyebutnya sebagai tindak penyalahgunaan kekuasaan.

’’Sayangnya, ampunan ini adalah bukti lebih lanjut bahwa Trump berencana memanfaatkan hari-hari terakhirnya untuk merusak supremasi hukum setelah kepemimpinannya sebagai presiden gagal,’’ ujar Pelosi.

Baca Juga :  AS Kunjungi Filipina Ungkit Laut China Selatan, Tiongkok Marah Besar

Sementara itu, negara-negara yang sebelumnya menahan diri memberikan ucapan selamat kepada Joe Biden kini berubah sikap. Satu per satu mulai mengakui kemenangan presiden terpilih dari Partai Demokrat tersebut. Tiongkok, salah satunya.

Presiden Tiongkok Xi Jinping mengirimkan pesan selamat kepada Biden. Dia berharap hubungan kedua negara kembali stabil. Pada era kepemimpinan Trump, Washington dan Beijing terus-menerus bersitegang. Mereka sampai perang tarif dan saling menjatuhkan sanksi.

’’Saya berharap kedua belah pihak menjunjung tinggi semangat nonkonflik, nonkonfrontasi, saling menghormati, menjalin kerja sama yang saling menguntungkan, serta berfokus pada kerja sama sambil mengelola dan mengendalikan perselisihan,’’ bunyi kutipan pesan Xi sebagaimana ditulis Xinhua.

Xi lebih lambat dua pekan jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Namun, setidaknya dia lebih cepat daripada Rusia. Hingga kemarin, Presiden Rusia Vladimir Putin belum memberikan selamat kepada Biden.

Saksikan video menarik berikuta ini:

Comment