Categories: Nasional

Pemerintah hingga Perguruan Tinggi Berkolaborasi Turunkan Stunting

KalbarOnline.com – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, mengatakan bahwa tidak mudah menangani permasalahan stunting. Terutama dalam upaya mengubah perilaku masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya kolaborasi dari seluruh pemangku kepentingan.

Ia menyebutkan, target capaian penurunan angka stunting pada tahun 2024 menjadi 14 persen. Di mana berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) per 2019, angka stunting Indonesia berada di angka 27,6 persen.

Saat ini, meskipun terjadi pandemi, masalah tersebut tidak dapat diabaikan. Pengabaian ini akan memberikan risiko di jangka panjang atau berdampak ketika memasuki usia produktif.

’’Mari bersama-sama berperang melawan stunting. Apa yang kita lakukan, panennya pada 20 tahun yang akan datang, ketika mereka masuk usia produktif. Penanganan stunting sangat menentukan masa depan bangsa. Stunting sangat berpengaruh pada pembangunan SDM. Arahan Presiden bahwa stunting harus ditangani dengan serius oleh tim khusus, dalam hal ini kini ditangani oleh BKKBN,’’ ujar dia dalam keterangan tertulisnya, Selasa (24/11).

Sementara itu, Rektor Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro menuturkan, masalah stunting pada balita dan anemia pada wanita usia subur merupakan kasus yang mendapat perhatian di global. Hal tersebut akan berdampak negatif terhadap kualitas SDM hingga tiga generasi ke depan.

Untuk itu, bersama kolaborasi seluruh pihak dalam memperbaiki status gizi di periode 1000 Hari Pertama Kehidupan atau 1000 HPK dirasa akan memperbaiki kualitas bangsa Indonesia. “Bahaya stunting terhadap pencapaian SDG, memberikan dampak ekonomi yang sangat besar. Kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah, lembaga, dan masyarakat akan turut mendukung tercapainya target penurunan angka stunting pada tahun 2024,” jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) Endang L. Anhari Achadi mengatakan, stunting merupakan salah satu indikator dari permasalahan lainnya yang lebih serius, seperti kemampuan kognitif anak Indonesia dan risikonya di kemudian hari terhadap berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular.

’’Penting memperkokoh kesadaran semua pemangku kepentingan akan bahaya akibat stunting terhadap pencapaian SDG’s, bonus demografi, dan Indonesia emas pada 2045, serta mengambil pelajaran baik dari negara-negara lainnya,’’ ungkap dia. (*)

Saksikan video menarik berikut ini:

Redaksi KalbarOnline

Leave a Comment
Share
Published by
Redaksi KalbarOnline

Recent Posts

Atlet PPLP Kalbar Katyea E Safitri Jadi Pembawa Bendera Merah Putih di Opening Ceremony ASG 2024

KalbarOnline, Vietnam - Berkekuatan 50 personel, kontingen Indonesia beratribut kemeja batik biru yang dikombinasikan dengan…

29 mins ago

Menelusuri Keindahan Air Terjun Saka Dua di Sanggau Kalimantan Barat

KalbarOnline, Sanggau - Kalimantan Barat terkenal dengan keindahan alamnya yang memukau. Salah satu destinasi yang…

4 hours ago

Dapat Bisikan Gaib, Syarif Muhammad Nekat Terjun dari Jembatan Kapuas, Polisi: Ini Upaya Bunuh Diri

KalbarOnline, Pontianak - Mengaku mendapat bisikan gaib, Syarif Muhammad Ikhsan (39 tahun) nekat terjun ke…

8 hours ago

Pria di Pontianak Ditangkap Polisi Usai Rampas Kalung Emas Seorang Wanita

KalbarOnline, Pontianak - Seorang pria berinisial Ib (48 tahun) di Pontianak ditangkap Tim Macan Unit…

8 hours ago

Polres Kubu Raya Ungkap 16 Kasus Kekerasan Anak Selama 2024

KalbarOnline, Kubu Raya - Satreskrim Polres Kubu Raya mengungkapkan selama 2024, terhitung dari Januari hingga…

9 hours ago

Polisi dan BP2MI Gagalkan Pemberangkatan 8 Pekerja Migran Ilegal ke Malaysia

KalbarOnline, Kubu Raya - Polres Kubu Raya dan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Kalbar…

10 hours ago