Reynhard Sinaga Bius Korban dengan GHB, Narkoba Cair Picu Kematian

KalbarOnline.com – Kasus Reynhard Sinaga, predator seks asal Indonesia yang berulah dan ditangkap di Inggris, diungkap kembali. Pasalnya, obat yang digunakan oleh pemerkosa paling ganas di Inggris itu harus diklasifikasikan ulang. Reynhard Sinaga saat itu membius korbannya menggunakan narkoba jenis GHB.

Obat itu digunakan untuk melumpuhkan hingga 195 korban sebelum memperkosa atau melakukan pelecehan seksual di flatnya di Princess Street di pusat kota Manchester. Ternyata narkoba yang digunakannya itu berbahaya.

  • Baca juga: Reynhard Sinaga Dijerat Pidana Penjara Seumur Hidup, Persidangan Alot

Narkoba itu bukan jenis baru dalam sejarah kejahatan Inggris. Sebelumnya pembunuh berantai Stephen Port, yang bertanggung jawab atas kematian empat pria di London, juga menggunakan obat ‘G’ untuk membunuh korban yang dia temui di aplikasi kencan Grindr.

Dilansir dari Menchester Evening News, Sabtu (21/11), Asam Gamma-Hidroksibutirat (GHB) dan GBL relatifnya (Gamma-butyrolactone) bisa memicu kematian. Bahkan obat itu telah dikaitkan dengan kematian lebih dari 90 orang antara 1993 dan 2017, termasuk pemuda Mancunian, menurut Kantor Statistik Nasional Inggris. Dewan Penasihat Penyalahgunaan Narkoba (ACMD) sekarang mengatakan GHB harus direklasifikasi sebagai obat narkoba golongan B.

Narkoba itu memberi rasa rekreasi, yang dikenal sebagai ekstasi cair. Dan biasanya dibeli dari pedagang kaki lima atau internet. Obat itu bertindak sebagai obat penenang, menurunkan hambatan dan memberi rasa euforia kepada pengguna, tetapi juga dapat membuat mereka merasa mengantuk dan membuat mereka berisiko overdosis dan kematian.

Baca Juga :  Rebutan Proyek Sungai Mekong, AS Tuding Tiongkok Manipulasi Data

Saat ini obat tersebut masuk ke dalam golongan kelas C bersama steroid anabolik dan beberapa obat penenang.

Reynhard Sinaga dipenjara seumur hidup pada Januari setelah dia dinyatakan bersalah atas 136 pemerkosaan, 8 percobaan pemerkosaan, 13 serangan seksual dan dua serangan penetrasi yang berkaitan dengan 48 pria, antara Januari 2015 hingga Mei 2017.

Polisi mengatakan Reynhard memasukkan GHB atau GBL ke dalam minuman korban untuk menaklukkan mereka sebelum menyerang mereka dan merekam pelecehan tersebut melalui dua iPhone. Tidak ada zat yang pernah ditemukan di flat Reynhard Sinaga, atau di dalam sistem korbannya karena berjalannya waktu. Tapi empat hakim terpisah di setiap persidangan Reynhard Sinaga yakin bahwa korbannya telah dicekoki narkoba.

Setelah hukuman Reynhard Sinaga dijatuhkan pada Januari, Menteri Dalam Negeri Priti Patel menyerukan peninjauan hukum seputar ‘G’. “Saya sangat prihatin dengan penggunaan obat-obatan terlarang seperti GHB untuk melakukan kejahatan ini dan telah meminta Dewan Penasihat independen untuk penyalahgunaan narkoba untuk mempercepat peninjauan melihat apakah kontrol kami untuk obat-obatan ini cukup ketat,” tegasnya.

Baca Juga :  Hukuman Diperberat, Reynhard Sinaga Sebanding dengan Psikopat Terkejam

Laporan ACMD menemukan bahwa penggunaan GHB, GBL, dan zat yang terkait erat secara keseluruhan (GHBRS) di Inggris rendah. Akan tetapi ada peningkatan tajam penggunaan GHBRS di Inggris dari 2005 hingga 2015.

Dewan memperkirakan laporan tersebut menyatakan bahwa ada bukti meningkatnya kematian terkait dengan penggunaan GHBRS. Kematian secara keseluruhan relatif rendah tetapi angka kematian cenderung diremehkan.

“Pengujian wajib untuk GHBRS dalam kasus kematian yang tidak dapat dijelaskan akan meningkatkan data tentang kematian akibat GHBRS,” tambahnya.

Laporan tersebut juga menyebutkan semakin banyak bukti bahaya kesehatan fisik, mental dan sosial yang terkait dengan narkoba terutama terkait dengan kejahatan yang disebabkan oleh GHBRS. “Ada bukti baru yang kuat dari kerugian yang signifikan karena penggunaan GHBRS secara kriminal, termasuk pembunuhan, penyerangan seksual yang dipicu oleh obat-obatan (DFSA) dan perampokan,” tulis laporan itu.

“Kerusakan akibat tindakan kriminal ini sangat parah dan termasuk kematian dalam kasus yang paling ekstrem,” tegas laporan itu.

Comment