Meski Nol Kasus Penularan Lokal, OTG Covid-19 Masih Ancam Singapura

KalbarOnline.com – Singapura telah berhasil mengurangi kasus infeksi kasus baru hingga pernah nol dalam satu hari. Namun, pemerintah Singapura diminta jangan cepat puas. Sebab virus Korona masih beredar di negara itu seperti analisis para ahli. Apalagi Orang Tanpa Gejala (OTG) yang tak merasa sakit, masih beredar di masyarakat.

“Tak berarti bahwa Singapura telah berhasil menghilangkan Covid-19 dari masyarakat,” para ahli mengingatkan seperti dilansir dari Straits Times, Kamis (29/10).

  • Baca juga: Singapura Temukan Tes Covid-19 Lewat Napas, Hasilnya Cukup 1 Menit

“Kepuasan dapat terjadi jika orang mulai lengah, dengan keyakinan bahwa negara telah menang atas virus,” kata Dekan Sekolah Kesehatan Masyarakat Saw Swee Hock di Universitas Nasional Singapura, Profesor Teo Yik Ying.

Dia mengatakan Singapura tidak akan aman sampai dunia aman. Sebab setiap negara masih akan didatangi pasien tanpa gejala. Dan mereka masih dapat menyebabkan penyebaran virus di komunitas.

“Dari beberapa studi pengawasan global, kami memahami bahwa lebih dari separo orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala. Jadi, kecuali kami dapat menyaring semua orang di Singapura, dan melakukannya secara berulang, maka tak bisa berasumsi sepenuhnya membasmi virus di Singapura,” kata Prof Teo.

Baca Juga :  Pontianak dan Singkawang Masuk PPKM Level Empat

“Kami masih melihat sejumlah kasus impor setiap hari, dan bahkan jika orang dikarantina selama 14 hari, mungkin ada saja yang tak terhindarkan jika gejala muncul setelah 14 hari,” tegasnya.

Jumlah sebenarnya dari infeksi Covid-19 juga kemungkinan lebih tinggi daripada kasus yang dilaporkan. Epidemiolog Associate Professor Alex Cook di Sekolah Kesehatan Masyarakat Saw Swee Hock mengatakan selama ini memang kasus seseorang yang terinfeksi, didiagnosis dan dilaporkan.

“Tapi tidak semua orang merasa terinfeksi lalu terdiagnosis, dan ini bisa jadi karena dia asimtomatik, atau tidak pergi ke dokter karena merasa tak sakit,” ujar Prof Cook.

“Saya yakin dengan kapasitas pengujian Singapura saat ini dan bahwa kami menemukan banyak kasus yang tidak terdeteksi, mungkin itu hanya sebanyak setengah dari jumlah sebenarnya. Tentu sulit untuk menemukan semuanya,” kata Prof Cook.

Prof Cook mengatakan bahwa memiliki kasus komunitas nol seharusnya tidak menjadi target, bahkan jika itu terpuji dan terdengar seperti angka yang bagus, karena dapat menumbuhkan rasa puas diri. “Ancaman Covid-19 akan tetap ada sampai kita melakukan vaksinasi massal,” tandasnya

Baca Juga :  Angka Positif Tembus 1 Juta, DPR Pertanyakan Penanganan Covid-19

Terlebih kini Singapura makin mempermudah pengaturan perjalanan dengan negara lain serta secara bertahap melonggarkan pembatasan seputar kegiatan sosial dan rekreasi. Interaksi antara orang-orang akan meningkat, dan risiko impor infeksi juga akan semakin tinggi.

Ketika ini terjadi, kebutuhan untuk mempertahankan tindakan pencegahan seperti pemakaian masker, kebersihan pribadi yang ketat dan jarak sosial menjadi lebih penting. Konsultan senior di divisi penyakit menular di National University Hospital Profesor Dale Fisher, mengatakan bahwa untuk membasmi virus, seseorang biasanya harus melihat dua masa inkubasi, atau 28 hari untuk kasus Covid-19.

“Dan banyaknya penyebaran orang tanpa gejala (OTG) membuat kasus-kasu baru kemudian muncul,” kata Prof Fisher.

Prof Fisher juga mencatat bahwa ada penyebaran asimtomatik yang signifikan. Dengan penelitian yang menunjukkan bahwa proporsi kasus tersebut dapat berkisar dari kurang dari 10 persen hingga sekitar 90 persen dari semua kasus Covid-19.

“Nol kasus memang bagus, tapi saya tidak akan mendukung nol toleransi untuk kasus. Sehingga penting untuk tetap patuhi protokol kesehatan,” jelasnya.

Saksikan video menarik berikut ini

Comment