Akhir Desember, Kasus Covid-19 Diprediksi Bisa 1 Juta Kasus

KalbarOnline.com – Pemerintah mengklaim terus meningkatkan 3T untuk menjaring kasus baru Covid-19 di masyarakat yaitu testing, tracing, dan treatment. Semakin banyak kasus baru yang ditemukan lalu dilacak kemudian diisolasi, maka akan semakin cepat bisa menurunkan kasus.

Namun, target Presiden Joko Widodo dengan 30 ribu tes sehari dinilai masih kurang. Pakar Kesehatan dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) dr. Hermawan Saputra menilai testing masih stabil di angka 35-40 ribu spesimen. Sehingga tercatat kenaikan kasus yang terjadi tiap hari yakni antara 4.500-4.800 kasus.

“Memang kalau kita evaluasi perjalanan Covid-19 setelah 8 bulan ini paling tidak ada 3 periode kenaikan kapasitas testing dari 10 ribuan, kemudian 20 ribu, sekarang 30 ribu. Belum sampai 50 ribu tes,” tegas Hermawan kepada KalbarOnline.com, Kamis (29/10).

Menurutnya, walaupun ambisi pemerintah menargetkan tes lebih dari 50 ribu, tetapi di lapangan tak semua laboratorium siap. Hal itu terlihat dari kasus harian rata-rata 4 ribuan kasus.

“Rata-rata 4.500 kasus sehari itu karena testing capacity. Padahal kita mampu prediksi secara cepat jumlah kasus bisa 600 ribuan akhir November. Akhir Desember bisa 1 jutaan kasus. Jadi rata-rata kenaikan per bulan itu 57 persen dr semua data yang ada. Itu karena faktor testing,” tegasnya.

Baca Juga :  Selamat, Juara Kompetisi Video Ronda Wengi Bersama Jahe Wangi

Dia meyakini bahwa kasus sebenarnya di lapangan jauh lebih besar dari data yang ada. Jumlah kasus bisa 3 kali lipat dari kenyataan.

“Karena kecepatan setiap ada kenaikan kasus mengakibatkan ada potensi 2 atau 3 kasus baru. Angka replikasi juga masih atas 1,4 persen,” jelasnya.

Maka dari itu, kapasitas tes yang masih kurang harus dibantu dengan perubahan dan perilaku disiplin masyarakat dalam melakukan gerakan 3M yakni memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan pakai sabun. Sebab sejauh ini baru DKI Jakarta yang memiliki kapasitas testing melebihi target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

“DKI melebihi target WHO. Tapi kalau bicara Indonesia rasanya (kapasitas testing) belum ya. Tentu berbagai wilayah Indonesia dengan kapasitas kapabilitas sangat dalam. Pulau Jawa berbeda dengan luar pulau Jawa,” katanya.

“Testing tak selalu berkaitan dengan lab atau artificial-nya, tapi juga berkaitan dengan SDM, anggaran akses promosi dan lain-lain. Di DKI Jakarta ini yang terbaik testingnya karena ibukota dan akses lebih cepat. Tapi kan DKI juga nggak bisa sendirian,” tukasnya.

Jika dibandingkan dengan negara kepulauan lain seperti Filipina, kata dia, jumlah testing bisa lebih tinggi lantaran kemauan politik dari Presiden Duterte sangat keras. Itu yang membedakan Filipina dengan Indonesia. “Nggak bisa dibandingkan karena political will-nya beda. Duterte itu keras,” tegasnya.

Baca Juga :  Danramil Kecamatan Cimanggung Jadi Korban Longsor Lanjutan di Sumedang

Maka Hermawan berharap kapasitas testing terus digenjot untuk menurunkan angka kasus baru. “Testing ya masih (stagnan) belum ada bukti kasus pelambatan signifikan. Di Jakarta kenaikan kasus masih seribuan per hari. Walaupun perbah 700-900an itu hanya sesaat saja. Tren-nya masih fluktuatif,” katanya.

Respons Pemerintah

Sementara itu Juru Bicara Pemerintah Untuk Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito menegaskan bahwa target Presiden Jokowi yakni 30 ribu tes per hari. Target itu diklaim sudah dipenuhi.

“Sekarang sudah melebihi target tersebut. Target testingnya ditingkatkan kemerataannya di tingkat provinsi,” kata Prof. Wiku.

Sekarang, kata dia, sudah ada 6 provinsi dengan testing di atas standar WHO. Dan menurutnya, secara nasional pun sudah melebihi target WHO. “Nasional pun sudah di atas 80 persen dari standar WHO. Lihat konpers saya sebelumnya,” jelasnya.

“Kalau melihat testing itu jangan lihat hanya harian, tapi lihat mingguan dan bulanan. Lihat juga jumlah labnya. Analisisnya harus lebih mendalam ya,” jelasnya.

Prof Wiku juga menjamin tak ada laju penurunan testing, dan tak ada keterbatasan soal anggaran.

Comment