Berdarah saat Berhubungan Seks Ketika Hamil? Ini Penyebabnya!

Saat hamil, bukan berarti Mums harus benar-benar menekan hasrat seksual untuk tidak melakukan hubungan seksual sama sekali. Akan tetapi, ada banyak hal yang perlu Mums pertimbangkan jika ingin melakukan hubungan seksual selama hamil. Hal ini tentu saja demi menjaga kesehatan kandungan Mums. Lalu, bagaimana jika terjadi perdarahan saat Mums berhubungan seksual ketika hamil? Apakah ini berbahaya? Untuk mengetahui lebih jelasnya, yuk simak ulasan berikut!

Apakah Normal Berdarah Setelah Berhubungan Seksual saat Hamil?

Perdarahan apa pun, ringan atau berat, setelah 20 minggu kehamilan adalah kondisi yang tidak normal. Oleh karena itu, jika Mums mengalami kondisi ini, segeralah berkonsultasi dengan dokter.

Hal terbaik yang dapat Mums lakukan jika mengalami perdarahan setelah berhubungan seksual saat hamil adalah sebisa mungkin hindari dulu melakukan kembali hubungan seks untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Mintalah saran dari dokter mengenai waktu yang tepat untuk bisa melakukan hubungan seks kembali.

Baca juga: Yang Boleh dan Jangan Dilakukan untuk Bercinta saat Hamil

Apa Penyebab Perdarahan Setelah Berhubungan Seksual saat Hamil?

Leher rahim yang lembut dan sensitif menyebabkan perdarahan setelah berhubungan seksual saat hamil. Peningkatkan sensitivitas leher rahim ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya:

Baca Juga :  Manfaat Daun Singkong untuk Kesehatan
  • Peningkatan suplai darah

Tingkat suplai darah ke vagina dan leher rahim akan mengalami peningkatan pesat saat Mums hamil. Ketika berhubungan seks, akan ada tekanan tambahan di area leher rahim yang menyebabkan perdarahan ringan atau bercak.

  • Peningkatan kapiler

Beberapa kapiler darah (pembuluh darah kecil) terbentuk selama kehamilan untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang tinggi pada ibu dan janin. Kebanyakan kapiler ini akan berkembang di bagian vagina dan leher rahim. Perlu diketahui, kapiler sangatlah halus, sehingga mudah pecah saat adanya tekanan ketika Mums berhubungan seksual.

  • Polip serviks

Polip adalah pertumbuhan jaringan yang tidak berbahaya di serviks dan terjadi karena kadar estrogen yang tinggi. Polip sangatlah rapuh karena mengandung pembuluh darah kecil, sehingga tekanan pada area tersebut selama hubungan seksual dapat menyebabkan perdarahan.

Baca juga: Wajarkah Tidak Mood Bercinta Saat Hamil?

Apakah Perdarahan Setelah Berhubungan Seksual saat Hamil Menandakan Keguguran?

Keguguran yang dipicu oleh hubungan seks sebenarnya sangatlah jarang terjadi. Ini karena janin aman di dalam kantong ketuban yang berisi cairan. Kantong ketuban menjadi bantalan bayi dan bertindak sebagai peredam kejut dari cedera fisik apa pun. Terlebih lagi, bayi terletak agak jauh dari vagina, yang merupakan area persetubuhan.

Baca Juga :  Hari Pendengaran Sedunia, Eva: Jangan Sepelekan Gangguan Pendengaran

Namun jika Mums pernah memiliki riwayat keguguran atau memiliki dinding serviks yang lemah, dokter biasanya akan merekomendasikan untuk pantang berhubungan seks selama hamil sebagai tindakan pencegahan.

Kapan Mums Harus Menemui Dokter Ketika Mengalami Perdarahan?

Masalah perdarahan harus segera dikonsultasikan dengan dokter, terlebih jika Mums mengalami beberapa gejala seperti berikut setelah berhubungan seks saat hamil.

1. Kram dan nyeri hebat di perut bagian bawah atau daerah panggul.

2. Perdarahan vagina yang berat dan konsisten.

3. Pingsan atau pusing.

4. Demam tinggi atau tanpa menggigil.

5. Adanya kontraksi uterus dan terus berlanjut, bahkan setelah hubungan seksual.

Melakukan hubungan seksual selama hamil memang bukanlah aktivitas yang sepenuhnya dilarang. Akan tetapi, penting bagi Mums untuk memperhatikan berbagai faktor dan juga berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter, apalagi jika ternyata Mums mengalami perdarahan. Pasalnya, perdarahan selama kehamilan harus ditindaklanjuti dan tidak boleh dianggap sepele ya, Mums. (AS)

Baca juga: Coba Posisi Seks yang Aman ketika Hamil seperti Gambar Ini!

Referensi

Mom Junction. “Bleeding After Sex During Pregnancy: Is It Normal?“.

Comment