Analisis Teknis: Rahasia Kehebatan Para Rider Penghuni Podium Aragon

KalbarOnline.com-Langit Kuala Lumpur sudah mulai pekat malam itu. Tes pramusim di Sepang, Malaysia, Februari lalu baru saja usai. Beberapa mekanik tim-tim MotoGP yang suntuk dengan setumpuk data dan rentetan uji coba, tapi tak kunjung mendapatkan hasil optimal, mendatangi Mats Larsson.

Dia adalah manajer bidang balap Ohlins. Tentu saja mereka datang di waktu yang berbeda. Tidak bersamaan.

Saat menemui Larsson itulah, dengan sedikit putus asa, para mekanik meminta agar bisa membawa pulang Ohlins BDB 50. Itu adalah peredam kejut (shockbreaker) belakang teranyar keluaran pabrikan Swedia tersebut. Peranti itu memang baru diluncurkan di tengah tes pramusim Sepang.

Tetapi sampai uji coba berakhir, tidak ada satupun tim MotoGP yang bermitra dengan Ohlins, mau melirik BDB 50.

Di tengah sangat terbatasnya waktu uji coba MotoGP, tim-tim tidak berani mengambil risiko menjajal suku cadang baru yang dirasa masih meragukan keampuhannya. Apalagi di tes pramusim, tim-tim pasti membawa segudang sasis dan mesin dengan spek berbeda untuk diuji.

“Saat semuanya lelah dan sudah mau pulang, mereka mendatangi kami dan bilang: Oke, mari kita coba shock (breaker) baru ini,’’ ungkap Larsson kepada Motorsport Magazine.

Di MotoGP, ada Suzuki, Yamaha, Honda, Aprilia, dan Ducati yang bermitra dengan Ohlins. ‘’Suzuki yang kali pertama menemukan potensi dari shockbreaker baru tersebut,’’ lanjut Larsson.

Joan Mir saat beraksi pada GP Teruel di Sirkuit Aragon. (MotoGP).

Meski begitu, tetap saja di awal-awal musim mereka belum berani memutuskan menggunakan suspensi dengan sistem katup canggih itu. Mereka masih khawatir stabilitas motor GSX-RR bakal terganggu.

Padahal, dalam berbagai uji coba, Suzuki mencatat kemajuan. Meski memang tidak signifikan. ’’Seringkali, mekanik gelisah (dengan hasil tes). Lalu memilih kembali ke setingan awal, hanya karena mereka merasa lebih aman,’’ tandasnya.

Baca Juga :  Tim Voli Putri Kalbar Jadi Juara Turnamen Kapolri Cup 2023

Larsson, yang sudah berkutat dengan suspensi balap sejak 1980-an, memaparkan butuh waktu dan momentum tertentu untuk membuat semua orang sadar bahwa sebuah suku cadang baru betul-betul berguna dalam balapan. Dan setelah melewati beberapa purnama, momentum itu tiba.

Yakni di GP Aragon 1.

Pada balapan itulah tiga rider yang menggunakan BDB 50 memenuhi podium. Alex Rins, Alex Marquez, dan Joan Mir. Yang mengagetkan semua orang tentu saja ketika Alex Marquez yang ujug-ujug merangsek menuju runner-up. Diketahui, Alex Marquez menggunakan Ohlin BDB 50 untuk kali pertama di Aragon 1.

  • Baca Juga: Start Posisi ke-11, Finis Runner-up, Alex Marquez: Saya Sangat Bahagia

Kan di Le Mans, Prancis, Alex Marquez juga runner-up?

Jangan lupa, yang terjadi di Le Mans adalah balapan basah. Sedangkan di Aragon 1, Alex meraihnya di balapan kering. Memang, bukan memulu soal suspensi yang membuat Alex sukses. Namun pemahamannya yang semakin lebih mendalam terhadap RC213V, juga berdampak besar pada keberhasilannya.

Analisis Teknis: Rahasia Kehebatan Para Rider Penghuni Podium Aragon 2
Alex Marquez finis kedua di GP Prancis. (MotoGP).

’’Aku pikir tidak ada perubahan besar pada motor kami (Honda). Alex memang membalap dengan luar biasa,’’ puji Cal Crutchlow yang juga menggunakan BDB 50 untuk kali pertama di Aragon 1.

Keandalan BDB 50 memperoleh konfirmasi kembali pada Aragon 2 alias GP Teruel. Franco Morbidelli, jagoan Petronas Yamaha yang memenangi balapan tersebut, dilaporkan menggunakan Ohlins terbaru untuk kali pertama dalam balapan.

Lalu apa yang dirasakannya. ’’(Balapan) ini bukan lagi terasa seperti sebuah perjalanan berat, tetapi seperti ‘rekreasi’,’’ ucap Morbidelli dalam jumpa pers usai balapan.

Dia menyebut peredam kejut tersebut meningkatkan cengkeraman pada sisi ban. Sehingga rider mampu menikung lebih dalam, bahkan hingga akhir-akhir balapan.

Baca Juga :  80 Atlet Dilepas ke Popda, Edi Kamtono "Pede" Pontianak Juara Umum

Di Aragon 2, duo Suzuki kembali menguasai podium (posisi dua dan tiga). Maka BDB 50 disebut-sebut sebagai rahasia sukses Suzuki yang kini memimpin klasemen sementara pembalap MotoGP.

Meski belum pernah memenangi lomba, konsistensi tampil di podium mengantar Joan Mir berpeluang besar menjuarai MotoGP 2020.

Analisis Teknis: Rahasia Kehebatan Para Rider Penghuni Podium Aragon 3
Pembalap Petronas Yamaha SRT Franco Morbidelli (tengah) merayakan kemenangannya di GP Teruel bersama duo Suzuki Ecstar Alex Rins (kiri) Joan Mir. (Photo by PIERRE-PHILIPPE MARCOU/AFP)

Fungsi utama peredam kejut dibagi menjadi dua. Pertama, memaksimalkan cengkeraman ban dengan membantu mengatur beban yang akan diterima ban. Kedua, mengontrol perilaku sasis, menciptakan geometri yang dibutuhkan pada saat masuk dan keluar tikungan.

BDB berarti bi-directional bleed. Merujuk pada cara kerja pelumas pada katup di dalam sistem peredam kejut yang mengalir ke dua arah dengan sempurna. ’’Begitu paten kami pada BDB 50 sudah sah, aku akan berbicara lebih banyak lagi,’’ kata Larsson lantas tertawa lebar.

Tetapi resep yang sama belum tentu berguna bagi semua rider. Tetap harus disesuaikan dengan kebutuhan dan setingan motor masing-masing pembalap.

Di Misano 2 misalnya, Valentino Rossi, Pecco Bagnaia, dan Stefan Bradl juga sudah memakai peredam kejut tersebut. Namun karena merasa kurang pas, mereka kembali ke Ohlins yang lama.

Tapi untuk Suzuki, resep Ohlins ini sangat pas. Benar-benar paten. GSX-RR 1000 yang sudah kesohor memiliki sasis terbaik di MotoGP, dipadukan dengan suspensi model terbaru ini, membuat mereka betul-betul surplus cengkeraman ban.

Jangan heran pula saat kita melihat pilihan ban rider-rider Suzuki yang sangat berani dalam menggunakan ban lebih lunak.

Di Aragon 1 dan 2, saat lawan-lawan mereka memilih menggunakan ban depan medium (Alex Marquez bahkan hard di Aragon 2), Rins dan Mir dengan pedenya memilih soft-soft. Dan gilanya lagi, mereka bisa bertarung sampai akhir lomba!

Comment