Efek Mengejutkan Long Covid, Fungsi Otak Perempuan Inggris Terganggu

KalbarOnline.com – Perempuan Inggris yang menderita Long Covid atau Covid-19 berkepanjangan mengalami komplikasi yang cukup parah. Otaknya hampir tidak berfungsi dan dia juga mengalami perdarahan di dalam mulut. Perempuan Inggris itu bernama Roweena Russell.

Roweena Russell yang berasal dari North Shields, sebelumnya biasa melakukan handstands, cartwheel, dan secara teratur bersepeda sejauh 60 mil. Hanya saja, Covid-19 telah mengubah segalanya. Kini, dia mengatakan butuh tiga hari untuk pulih setelah berani berjalan 6 ribu langkah dalam sehari.

  • Baca juga: Kasus Langka di AS, Tengkorak Kepala Perempuan Bocor Usai Tes Swab

“Setiap hari saya menderita sakit dada dan ginjal, detak jantung saya terus berdebar-debar dan saya terus merasakan darah mengalir di mulut saya dan saya merasa mual sepanjang waktu,” cerita Roweena kepada Chronicle Live.

“Saya mengalami peradangan di tangan dan kaki saya. Tangan saya sekarang bahkan telah berubah bentuk dan saya harus benar-benar mengubah pola makan saya karena karbohidrat justru membuat saya kesakitan,” lanjutnya seperti dilansir dari Mirror, Jumat (16/10).

Roweena terkena Covid-19 pada April lalu, meski tidak memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya. Dia menderita gejala virus Korona jangka panjang yang telah mengubah hidupnya.

Baca Juga :  Mahasiswa AS Puji Tiongkok yang Kembali Normal, Sebut Pandemi Berakhir

Meski banyak orang berhasil melawan virus Korona, puluhan ribu orang yang selamat juga masih harus berjuang dengan gejala jangka panjang yang masih mengganggu beberapa bulan kemudian. Mulai dari kelelahan yang berkepanjangan, sesak napas, kehilangan ingatan, kurang konsentrasi, hingga nyeri otot, persendian, dan dada. Sebuah penelitian dari King’s College, London, menemukan bahwa hingga 60 ribu orang telah menderita di Inggris selama lebih dari tiga bulan.

Roweena mulai menunjukkan gejala infeksi virus Korona pada 9 April ketika merasa kesulitan mengatur napas dan mulai merasa lelah. Selama beberapa hari berikutnya dia mulai menderita kehilangan ingatan, muntah dan merasa pusing terus-menerus sebelum menjadi sangat lelah dan harus menelepon ambulans untuk meminta bantuan.

“Sebelum terkena Covid-19, saya sangat sehat. Saya dulu bisa melakukan handstands, cartwheel, dan saya secara teratur bersepeda sejauh 60 mil dan hanya butuh 10 menit untuk pulih,” ungkapnya.

Baca Juga :  Brasil Bayangi AS Terkait Jumlah Kematian Akibat Covid-19

“Minggu lalu saya berjalan 6 ribu langkah, paling banyak yang dapat saya lakukan sejak terkena Covid-19, dan butuh waktu tiga hari untuk pulih,” ungkapnya.

“Otak saya sangat terpengaruh dan hampir tidak berfungsi sekarang. Saya merasa sangat sulit untuk berkonsentrasi dan fokus. Saya sangat terkuras dan hanya merasa lelah,” tambahnya.

Pada September, Roweena bangun pukul 4 pagi karena takut meninggal. Dia terbangun karena merasa nyeri dada yang parah sebelum dilarikan ke rumah sakit yang menunjukkan gejala serangan jantung. Sejak saat itu dia kerap kesakitan setiap hari.

Saat ini dia tetap menunggu hasilnya. Roweena bersama ribuan penderita lainnya telah mengkhawatirkan masa depannya apakah masih akan seperti itu atau kembali normal.

“Saya lebih khawatir bahwa ini mungkin hidup saya sekarang dan saya mungkin mati perlahan karena komplikasi serangan jantung mendadak. Perhatian saya yang lebih besar adalah apa pengaruhnya terhadap orang-orang di sekitar saya. Apakah saya bisa berolahraga lagi dan merasa sehat lagi?” tanyanya dengan nada putus asa.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment