Sekolah Swasta di Surabaya Siap Gelar Tatap Muka

KalbarOnline.com – Sekolah tatap muka memang belum berjalan. Sebab, pemkot masih menyiapkan langkah-langkah pendukung kebijakan itu. Sekolah diminta memenuhi detail protokol kesehatan (prokes). Agar, ketika sudah dijalankan, sekolah tatap muka tidak memicu klaster baru.

Rencana pemkot membuka kembali sekolah mendapatkan sambutan dari sekolah swasta. Mayoritas mendukung langkah tersebut. Sekolah pun sudah bersiap.

Ketua MKKS SMP Swasta Surabaya Timur Wiwik Wahyuningsih menjelaskan, sekolah swasta telah siap menggelar pembelajaran.

Jauh-jauh hari, seluruh kebutuhan sudah dipenuhi. Mulai kelengkapan fasilitas, pembenahan ruang kelas, hingga mengecek kesehatan guru. ”Insya Allah kami siap,” tegasnya.

Dari segi sarana dan prasarana (sarpras), pemkot memberikan perhatian. Seluruh sekolah swasta mendapatkan bantuan. Yaitu, penyediaan wastafel serta bilik sterilisasi.

Di dalam kelas, kebutuhan hand sanitizer juga dicukupi. Sementara itu, untuk ventilasi, pembenahan dilakukan sekolah. Sesuai indikator yang disampaikan dinas pendidikan (dispendik), minimal setiap ruang kelas memiliki 10 persen ventilasi.

Pemkot juga memperhatikan tenaga pendidik. Seluruh guru swasta telah menjalani pemeriksaan kesehatan. Yakni, rapid test. Tujuanya, melihat berapa banyak guru yang terpapar Covid-19. ”Saat ini giliran menunggu swab test,” tutur Kepala Sekolah SMP 17 Agustus itu.

Sikap optimistis juga disampaikan Ketua MKKS SMP Swasta Surabaya Erwin Darmogo. Menurut dia, seluruh syarat membuka kembali sekolah sudah dipenuhi. Mulai sarpras hingga kesiapan guru.

Baca Juga :  DPR Setujui Realokasi Anggaran Kemenag 2020 Rp 1,5 T

Bukan hanya itu, pihaknya juga sudah menggelar simulasi. Kegiatan tersebut dihadiri guru dan petugas dari dispendik. Untuk menilai kesiapan sekolah swasta. ”Kami sudah siap,” jelasnya.

Menurut Erwin, keputusan pembelajaran tatap muka merupakan kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah. Sekolah bakal mematuhi setiap keputusan.

Wiwik menambahkan, sistem pembelajaran daring memang belum sempurna. Ada kekurangan. Misalnya, siswa tidak memahami mata pelajaran yang disampaikan. ”Akhirnya kami harus mendatangi satu per satu ke rumah siswa,” jelasnya.

Guru juga tak bebas dari kendala. Yakni, membentuk karakter siswa. Menurut Wiwik, pembentukan karakter juga hal yang utama. Tak sekadar memberikan ilmu. ”Sehingga kami harus menyiapkan diri untuk pemberlakuan normal baru,” paparnya.

Sementara itu, dispendik belum menentukan tanggal pasti sekolah tatap muka bakal berjalan. Saat ini kesiapan sekolah menjadi fokus utama.

Kasubbag Penyusunan Program dan Pelaporan Dispendik Triaji Nugroho menjelaskan, sejauh ini pihaknya masih menelaah. Kesiapan sekolah yang bakal menjadi pilot project pembelajaran tatap muka. ”Kami menilai pemenuhan indikator yang ditetapkan,” jelasnya.

Terdapat lebih dari 100 indikator yang dikemukakan. Di antaranya, ketersediaan air bersih. Sekolah harus mencukupi itu. Air bersih sangat penting. Bagi siswa dan pengajar. Sebelum masuk ke sekolah, seluruhnya harus mencuci tangan.

Baca Juga :  KPK Imbau Petahana Tak Gunakan Bansos untuk Kepentingan Pilkada

Sarana dan prasarana (sarpras) kebersihan juga menjadi syarat. Yaitu, penyediaan wastafel serta sabun cuci tangan. Di dalam kelas harus tersedia hand sanitizer.

Yang tidak kalah penting adalah kondisi kelas. Setiap ruang kelas harus memiliki ventilasi yang cukup. Tujuannya, memenuhi sirkulasi udara.

Dispendik membuat patokan. Di dalam satu kelas minimal harus memiliki 10 persen ventilasi dari total luas ruang kelas. Dengan begitu, sirkulasi udara mengalir lancar.

Sebanyak 18 sekolah ditetapkan sebagai contoh program pembelajaran tatap muka pada jenjang SMP negeri dan swasta. Menurut Aji, sapaan akrab Triaji, sejauh ini baru 10 sekolah yang sudah melaporkan pemenuhan indikator tersebut.

  • Baca Juga: Operasi Yustisi di Surabaya Digelar Intensif Pagi dan Malam

Langkah selanjutnya, pihaknya turun langsung ke sepuluh sekolah tersebut. Untuk menelaah pemenuhan indikatornya. ”Apakah sudah sesuai dengan laporan sekolah,” jelasnya.

Tahapan selanjutnya, dispendik kembali berdiskusi dengan sejumlah pakar. Misalnya, ahli dari Persakmi dan ahli kesehatan masyarakat Unair. ”Untuk menilai indikator tersebut sudah tepat atau ada yang perlu dibenahi,” jelasnya.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment