Sudah Sembilan Kasus Konfirmasi Covid-19 dari Klaster Munzalan dan Menyebar Hingga ke Sintang

Sudah Sembilan Kasus Konfirmasi Covid-19 dari Klaster Munzalan dan Menyebar Hingga ke Sintang

KalbarOnline, Pontianak – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, Harisson mengonfirmasi bahwa klaster Munzalan mendapat dua tambahan kasus konfirmasi Covid-19, maka secara keseluruhan total kasus dari klaster Munzalan terdapat sembilan kasus konfirmasi Covid-19. Kepastian itu didapatnya setelah mendapat laporan dari TCM Sintang dan Laboratorium Prodia.

“Klaster munzalan ini saya barusan terima laporan dari Sintang dan dari Laboratorium Prodia bahwa ada dua orang lagi yang kasus konfirmasi Covid-19,” ujarnya saat diwawancarai wartawan di Pontianak, Jumat (18/9/2020).

Untuk itu, ia meminta masyarakat Kalbar untuk menjadikan klaster Munzalan sebagai pelajaran berharga mengenai penyebaran Covid-19.

“Ini berarti sudah menyebar ke Sintang. Jadi untuk klaster Munzalan ini sekarang sudah ada sembilan orang. Saya menyesalkan sekali. Sangat menyesalkan terjadinya klaster penyebaran Covid-19 di klaster Munzalan ini. Seharusnya aktivis atau masyarakat dalam kelompok Munzalan ini benar-benar sudah berpengalaman,” tukasnya.

Terlebih lagi Kalbar, lanjut Harisson, sudah banyak mendapatkan kasus-kasus dari klaster-klaster yang sama sebelumnya. Yang hampir serupa dengan klaster Munzalan. Maka disimpulkan Harisson, klaster Munzalan sepertinya meremehkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan sehingga akhirnya tertular.

“Jadi nampaknya Munzalan ini meremehkan protokol-protokol kesehatan dalam kegiatan-kegiatan mereka, sehingga mereka tertular, mungkin mereka masih melakukan kontak fisik, tidak menjaga jarak kemudian tidak menggunakan masker dalam kegiatan-kegiatan mereka, sehingga mereka saling menularkan, pergi ke luar kota melakukan pertemuan dengan orang-orang yang kita tidak tahu sebenarnya apakah dia sudah terkonfirmasi atau tidak, sedang tertular atau tidak, tetapi dalam pertemuan-pertemuan dengan mereka kita sama sekali tidak berdisiplin melaksanakan protokol kesehatan,” tukasnya.

“Kelompok-kelompok begini, kelompok yang tidak percaya dengan adanya Covid-19 inilah yang sebenarnya yang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus-kasus, harusnya kita cepat belajar dari kasus-kasus sebelumnya yang terjadi di Kalbar, bisa saja memang kita tertular, kita hanya menderita batuk, pilek atau anosmia yaitu mengalami penurunan atau kehilangan penciuman sementara, tetapi tolong dimengerti bahwa anda yang masih muda yang tertular penyakit ini akan menyebabkan orang lain yang rentan, kalau tertular akan menjadi fatal atau menyebabkan kematian,” timpalnya.

Hal ini kata Harisson, sangat disayangkan. Terlebih lagi, dua tambahan kasus dari klaster Munzalan merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Untan.

“Saya sangat menyayangkan ada mahasiswa kedokteran dari kelompok Munzalan ini yang tertular, berarti mahasiswa kedokteran ini sama sekali tidak mengerti dengan Covid-19. Bagaimana mereka bisa menjadi mahasiswa kedokteran tetapi mereka tidak mengerti covid-19, tidak mengerti bagaimana cara penularan covid-19, ini harus menjadi perhatian khusus dan masyarakat juga harus belajar banyak dari klaster-klaster seperti ini, seharusnya kita terus peduli dan klaster seperti Munzalan ini tidak perlu terjadi lagi di Kalbar karena belajar dari klaster-klaster sebelumnya,” imbuhnya.

Dijelaskan Harisson, jika ada kelompok-kelompok atau klaster yang tertular di awal penyebaran Covid-19, mungkin pihaknya dapat memaklumi. Namun bagi klaster Munzalan seharusnya kata dia tak perlu terjadi.

“Kalau seperti kelompok-kelompok atau klaster di awal-awal tertular atau terkena penyakit Covid-19 ini kita mungkin maklum. Karena kita memang baru belajar dan baru tahu. Tetapi kan sudah selama ini, seharusnya kita sudah paham bagaimana pola penyebaran Covid-19 ini, bagaimana dia (Covid) menularkan kepada orang lain, bagaimana caranya dia (Covid) tertular kepada kita, seharusnya ini tidak boleh terjadi karena kita sudah banyak pengalaman, sudah banyak membaca dan sudah banyak mendengar apa yang terjadi dengan Covid-19. Nah pada kelompok yang terakhir, di mana kita sebenarnya sudah tahu apa itu Covid-19 ternyata masih tertular, apalagi lagi dalam kelompok-kelompok orang yang sebenarnya bisa kita anggap pintar, bisa menguasai ilmunya, itu sebenarnya tidak masuk akal, ini benar-benar tidak masuk akal. Kalau saya Dekannya, itu sudah saya beri hukuman,” pungkasnya geram.

Kalbar Tambah 15 Kasus Baru Dua Antaranya dari Klaster Munzalan Sekaligus Mahasiswa Kedokteran

Seperti diberitakan sebelumnya, kasus konfirmasi Covid-19 di Kalbar kembali bertambah. Di mana per tanggal 17 September 2020, Kalbar mendapat 15 tambahan kasus konfirmasi baru. Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, Harisson saat diwawancarai wartawan di Pontianak, Jumat (18/9/2020). Tambahan kasus baru ini, dijelaskan Harisson, berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan di Laboratorium Universitas Tanjungpura dan Tes Cepat Molekuler (TCM) RSUD Soedarso pada tanggal 17 September 2020.

“Hari ini berdasarkan pemeriksaan Laboratorium Untan dan TCM Soedarso, pada tanggal 17 September 2020, Kalimantan Barat mendapatkan tambahan 15 kasus konfirmasi Covid-19,” ujarnya.

15 kasus ini, dirinci Harisson, tersebar di beberapa kabupaten/kota di Kalbar. Lima kasus di Kota Pontianak, sembilan kasus di Kubu Raya dan satu kasus di Singkawang.

“Untuk Pontianak dan Kubu Raya ini ada juga yang berdasarkan domisili, tidak murni berdasarkan KTP,” terangnya.

Lebih jauh dijelaskan Harisson, empat dari lima tambahan kasus di Pontianak merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. Di mana dua di antaranya berasal dari klaster Munzalan.

“Satu orang ini sebenarnya berasal dari Jawa Tengah, kuliah di Untan dan tinggal di Sungai Raya Dalam. Kemudian satu lagi mahasiswi, tinggal di Mempawah, kuliah di Fakultas Kedokteran Untan dan dia berdomisili di Pontianak. Sedangkan dua mahasiswa yang lain itu sebenarnya kita tracing dan testing dalam rangka akan mengikuti kegiatan kepaniteraan,” jelasnya.

Sementara satu dari sembilan tambahan kasus dari Kubu Raya merupakan hasil razia yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar bersama TNI-Polri di Jalan Budi Karya.

“Satu orang tambahan itu dari Kubu Raya, ini merupakan hasil razia kita di Jalan Budi Karya. Seperti kita ketahui, Dinas Provinsi Kalbar beserta Polresta Pontianak dan Kodim 1209/BS itu melakukan razia dan satu orang ini kasus konfirmasi covid-19 yang berdomisili atau ber-KTP di Kubu Raya,” jelasnya lagi.

Di kesempatan itu, Harisson turut mengumumkan kabar gembira. Di mana Kalbar mendapat 11 tambahan kasus sembuh yang masing-masing lima di Mempawah, dua di Ketapang dan Singkawang, Kubu Raya, Bengkayang serta Kapuas Hulu masing-masing satu kasus.

Dengan demikian sampai dengan 18 September 2020, di Kalbar terdapat 840 kasus konfirmasi, di mana 681 kasus dinyatakan sembuh atau sekitar 81,67 persen dan tujuh kasus meninggal dunia.

Munzalan jadi klaster baru penyebaran Covid

Seperti diberitakan sebelumnya kasus konfirmasi Covid-19 di Kalbar kembali bertambah. Di mana per tanggal 16 September 2020, Kalbar mendapat 19 tambahan kasus konfirmasi baru. Hal itu disampaikan oleh Gubernur Kalbar, Sutarmidji saat diwawancarai wartawan di Pontianak, Rabu (16/9/2020).

Empat dari 19 kasus konfirmasi baru ini ditetapkan sebagai klaster baru. Yakni klaster Munzalan.

“Ada satu klaster baru. Klaster Munzalan, karena perjalanan ibadah seperti ke Aceh dan sebagainya,” ujar Sutarmidji.

Menurutnya hal ini harus menjadi perhatian. Sebab, keterjangkitan Covid-19 saat ini sudah berdasarkan klaster-klaster.

“Kemudian ada klaster akibat tak percaya Covid, ini fatal. Tak percaya protokol Covid dan sebagainya, ini yang bahaya, kalau dia tak percaya tak apa, tapi kasihan yang lain, begitu dia kena tetap saja urusannya pemerintah, rumah sakit dan sebagainya. Saya minta jangan remehkan Covid, kalau tak percaya pergi ke rumah sakit lihat orang yang terpapar. Saya sarankan untuk sekarang jangan dulu pergi ke Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah kalau tak perlu. Kenapa? Rata-rata yang terpapar dari sana jumlah virus dalam swabnya antara 11 juta sampai 19 juta copies virus. Satu copies virus ada 225 virus,” tukasnya.

“Jangan juga ada Bupati atau Kepala daerah beranggapan 10 hari diisolasi sembuh. Gak bisa. Hasil PCR kita menunjukkan mereka yang terpapar dari Jawa dan sebagainya, rata-rata hari ke-14 virus yang ada di swab dia masih ada tujuh juta. Sekarang kalau kita nyatakan sembuh maka dia bisa jadi penyebar virus. Tujuh juta itu masih sangat bahaya. Rata-rata yang terpapar dari Jawa dan sebagainya itu sembuhnya kurang lebih 24-26 hari. Kalau transmisi lokal antara 10-14 hari itupun kalau imunitasnya bagus dan tidak ada penyakit bawaan,” tandasnya.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, Harisson menjelaskan, empat dari lima kasus konfirmasi baru di Pontianak merupakan klaster baru. Yakni klaster Munzalan.

“Ini klaster Munzalan di Sungai Raya Dalam. Ini sebenarnya antara transmisi lokal atau memang salah satu ketuanya ini melakukan perjalanan ke Aceh atau keluar Kalbar. Kemungkinan dapat dari sana kemudian menyebarkan ke warga di klaster Munzalan ini. Jadi di klaster Munzalan ada empat orang,” terangnya.

Kemudian dijelaskan Harisson, satu orang dari klaster Munzalan ini pernah dirawat di salah satu rumah sakit. Yang bersangkutan, kata dia, mengalami demam, batuk dan kehilangan penciuman.

“Dirawat, kemudian kita ambil swabnya. Karena kehilangan penciuman ini, maka petugas Puskesmas langsung melakukan tracing terhadap kontak-kontaknya. Ternyata ada juga yang demam, batuk, pilek dan kehilangan penciuman. Mereka lalu di-swab. Jadi tiga lainnya ini merupakan kontak dari satu kasus yang dirawat di rumah sakit itu. Petugas juga mencurigai karena satu kasus dari klaster Munzalan yang dirawat di rumah sakit ini berkeliling seperti ke Aceh dan sebagainya dalam rangka silaturahmi dengan kelompok keagamaan lain,” tandasnya. (Fat)

Comment