Cara Mudah Deteksi Penyakit Pikun atau Demensia

Kamu sering lupa? Lupa memang biasa dialami manusia normal. Namun, jika terlalu sering lupa sampai mengganggu aktivitas dan interaksi dengan orang lain, waspadalah dengan gejala demensia. Kamu harus segera mencari cara mendeteksi penyakit pikun Kamu atau keluarga terdekatmu agar tidak berlanjut menjadi lebih berat.

Orang awam menyebut demensia dengan pikun. Kondisi ini pun masih dianggal normal pada orang yang sudah tua. Padahal, demensia adalah kerusakan pada otak yang tidak bisa dianggap ringan. Secara medis, demensia merupakan sindrom gangguan penurunan fungsi otak yang mempengaruhi fungsi kognitif (cara berpikir), emosi dan perilaku aktivitas sehari-hari.

Demensia Alzheimer adalah tipe demensia yang paling banyak ditemui. Saat ini, lebih dari 50 juta orang mengalami demensia dan sekitar sekitar 60-70% adalah jenis demensia Alzheimer. Pada kondisi berat, mereka sepenuhnya bergantung pada orang lain, atau pengasuh (caregivers).

Bagaimana cara mendeteksi penyakit pikun atau demensia Alzheimer?

Baca juga: Mengenal Penyebab dan Gejala Penyakit Alzheimer Si Pencuri Memori

Jumlah Penderita Demensia Alzheimer Meningkat

Deteksi dini membantu penderita dan keluarganya untuk dapat menghadapi dampak penurunan fungsi kognitif dan pengaruh psikososial dari penyakit ini dengan lebih baik. Selain itu, penanganan demensia Alzheimer sejak dini juga penting untuk mengurangi percepatan kepikunan.

Dalam rangka Alzheimer Awareness Month di bulan September ini, Eisai Indonesia dan PERDOSSI mengadakan kampanye edukatif, #ObatiPikun. Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) PERDOSSI, DR. dr. Dodik Tugasworo P, SpS(K) dalam webinar Selasa (15/9) mengatakan, “Meskipun demensia sebagian besar dialami oleh lansia, kondisi ini bukanlah hal yang normal. Diperkirakan jumlah penderita penyakit Alzheimer di Indonesia pada tahun 2013 mencapai satu juta orang. Jumlah itu diperkirakan akan meningkat drastis menjadi dua kali lipat pada tahun 2030, dan menjadi empat juta orang pada tahun 2050,” jelasnya.

Baca Juga :  Demi Efisiensi dan Efektivitas, Rumah Sakit Jiwa Hanya Akan Ada Satu di Kalbar

Bukannya menurun, tren penderita demensia Alzheimer di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang Demensia Alzheimer mengakibatkan stigmatisasi dan hambatan dalam diagnosis dan perawatan.

Ketua Studi Neurobehavior PERDOSSI, dr. Astuti, Sp.S(K), mengatakan, penyakit Demensia Alzheimer memiliki faktor risiko yang sangat beragam. Orang dengan penyakit yang merusak pembuluh darah seperti hipertensi, diabetes, dan dislipidemia, berisiko tinggi mengalami demensia Alzheimer.

Risiko tinggi juga dimiliki orang yang pernah mengalami cedera kepala, penderita depresi, atau orang dengan pendidikan rendah. “Selain mengetahui faktor risikonya, penting juga untuk menyadari bahwa demensia Alzheimer bersifat kronis progresif, artinya semakin bertambah kerusakan otak seiring bertambahnya umur. Sehingga deteksi dini sangat penting sehingga pasien dapat lebih cepat ditangani sehingga kerusakan otak karena Alzheimer dapat diperlambat.”

Baca juga: Jurus Antipikun dengan Jalan Kaki 1 Jam Setiap Hari

Mendeteksi Demensia Alzheimer dengan EMS

Selain kampanye #ObatiPikun, Perdossi dan PT Eisai juga mengenalkan metode deteksi dini demensia Alzheimer melalui EMS (E-memory screening). Ya benar, deteksi dini demensia Alzheimer saat ini sudah bisa dilakukan sendiri loh!

Baca Juga :  Sukses Menyusui Tanpa Khawatir Puting Lecet

Dokter Spesialis Saraf, dr. Pukovisa Prawiroharjo, Sp.S(K) mengatakan, aplikasi EMS (E-Memory Screening) untuk meneteksi gejala dini demensia Alzheimer adalah sebuah inovasi dan 100% merupakan karya anak bangsa.

E-MS sebagai aplikasi akan resmi diluncurkan tanggal 20 September 2020, dan akan dapat diunduh di Playstore dan Appstore. Diharapkan aplikasi ini akan menjadi tes massal kepada setiap orang untuk mendeteksi secara cepat dan sedini mungkin kemungkinan mengarah ke demensia.

Cara menggunakannya sangat mudah. Kamu cukup menjawab ada 8 pertanyaan singkat, dengan jawaban “Ya” dan “Tidak”. Setelah itu akan terpampang skornya. Semakin tinggi skor, semakin berisiko demensia.

Jangan khawatir, setelah tahu skor dan ternyata berisiko tinggi bahkan mengarah ke demensia, melakui aplikasi ini juga Kamu akan diarahkan untuk berkonsultasi langsung dengan dokter terdekat yang memiliki kompetensi menangani demensia.

Sangat mudah dan membantu. Yuk, mulai peduli dengan gejala lupa atau pikun yang tidak biasa. Ajak keluargamu melakukan deteksi dini agar bisa diberikan pengobatan secepatnya.

Baca juga: Deteksi Dini Alzheimer, Jangan Maklum dengan Pikun!

Sumber:

Webinar dalam rangka Alzheimer Awareness Month yang diselenggarakan PT Eisai Indonesia dan PERDOSSI, Selasa, 15 September 2020.

Comment