Persentase Kematian di Malang Raya Lebih Tinggi ketimbang Jakarta

KalbarOnline.com – Jika mengacu pertimbangan DKI Jakarta, Malang Raya semestinya juga membutuhkan penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Sebab, dari pertimbangan tingkat kematian pasien Covid-19 misalnya, persentase kasus kematian pasien terkonfirmasi positif di Malang Raya melebihi Jakarta.

Dilansir Jawa Pos Radar Malang, data Satgas Covid-19 tiga daerah di Malang Raya –Kabupaten Malang, Kota Malang, dan Kota Batu– mengungkapkan, per Rabu lalu (9/9) terdapat 2.627 kasus terkonfirmasi positif virus korona. Sebanyak 200 pasien atau sekitar 7,6 persen di antaranya meninggal dunia. Sementara tingkat kasus kematian di DKI Jakarta hanya 2,7 persen.

Demikian juga kondisi rumah sakit (RS) rujukan, Malang Raya lebih mengkhawatirkan daripada DKI Jakarta. Jika DKI Jakarta memperkirakan pada 17 September mendatang baru penuh, di Malang Raya nyaris penuh.

Baca juga: Jabodetabek Kompak PSBB Total

Meski kondisi di Malang Raya lebih parah, hingga kemarin belum ada koordinasi tiga kepala daerah. Juga belum ada wacana pemberlakuan PSBB.

Tapi, hari ini Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bakal menggelar rapat koordinasi bersama kepala daerah se-Jatim untuk memutuskan perlu tidaknya PSBB. ”Bu Gubernur akan hadir untuk mengevaluasi. Salah satunya terkait dengan perlu atau tidaknya PSBB jilid dua dilaksanakan di Malang Raya,” ujar Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Malang Dr Ir Wahyu Hidayat MM kemarin (10/9).

Wahyu menegaskan, sementara ini belum ada wacana pelaksanaan PSBB lagi. Tapi, bisa jadi keputusannya akan berbeda setelah berkoordinasi dengan gubernur. ”Jadi, keputusannya besok (hari ini),” terang pejabat eselon II A Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang itu.

Baca Juga :  Pembukaan Sekolah di Zona Kuning, Komisi X Minta Evaluasi Ulang

Jawa Tengah (Jateng) juga belum berencana mengambil langkah PSBB. Dilansir Jawa Pos Radar Semarang, Gubernur Ganjar Pranowo mengatakan, penegakan hukum dan sosialisasi agar masyarakat tertib terhadap protokol kesehatan lebih dikedepankan. ’’Belum, kami belum berencana mengambil itu (PSBB),” ucap Ganjar kemarin (10/9).

Edukasi kepada masyarakat lebih dipilih Pemprov Jateng. Selain itu, langkah tegas berupa penegakan hukum diambil. ’’Penegakan hukum mulai kami lakukan serentak sejak 25 Agustus sampai akhir September nanti. Tentu bisa diperpanjang masanya kalau diperlukan,” katanya.

Baca juga: Tolak PSBB Mikro, Jakarta Ngotot Lockdown

Gerakan penegakan hukum dilakukan secara masif, termasuk di zona merah Jawa Tengah. ’’Daerah Jawa Tengah yang sekarang zona merah Kota Semarang. Yang lain masih bisa kami kendalikan, tapi tidak boleh abai karena semua harus disiplin,” terangnya.

Selain itu, Ganjar bakal menggenjot tes masif di seluruh kabupaten/kota se-Jateng. Dengan cara itu, jumlah kasus positif akan semakin terdata sehingga penanganannya bisa dipercepat. ’’Beberapa kabupaten/kota di Jateng baru mulai aktif, yang sebelumnya ada juga diam saja,” tuturnya.

Karena itu, Ganjar meminta semua daerah segera melakukan tes masal. ’’Saya minta dipenuhi target itu, jangan takut jumlahnya naik, jangan takut citranya jelek karena itu,” katanya.

Justru, dengan semakin banyak kasus positif yang diketahui, akan mudah dilakukan penanganan-penanganan. Dengan begitu, suatu saat dipastikan kasus Covid-19 di Jateng akan turun. ’’Kami belum akan mengambil langkah ekstrem. Tapi, kalau ini meningkat terus karena ketidakdisiplinan, bisa saja kami mengambil tindakan yang lebih dari itu,” tegasnya.

Baca Juga :  Ada 3 Skema Ibadah Haji 1442 H, Kemenag: Berangkat 2021 Bisa Diundur

Di Bali, seluruh rumah sakit sepertinya sudah kelebihan pasien karena perkembangan kasus positif Covid-19 yang terus mengalami peningkatan. Di RSUD Wangaya, Kota Denpasar, misalnya. Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Denpasar I Dewa Gede Rai mengatakan, sampai saat ini ruang isolasi di rumah sakit hampir penuh.

’’Tingkat keterisian ruang isolasi di RS Wangaya sudah 99 persen, nyaris penuh dan bahkan sempat penuh. Saat ini hanya tersedia satu-dua ruangan lagi,” kata Dewa Rai kepada Jawa Pos Radar Bali.

Pihaknya awalnya menyediakan 12 ruang isolasi di ruang merak, tapi sudah lama penuh. Sehingga ditambah beberapa ruangan lagi dan totalnya menjadi 41 ruang isolasi.

Itu pun semua sudah hampir penuh. Dewa Rai menambahkan, yang dirawat di RSUD Wangaya pun tidak semua yang positif Covid-19, melainkan hanya yang memiliki gejala berat.

Sedangkan yang bergejala ringan disarankan untuk isolasi di beberapa rumah singgah yang telah disediakan di Bapelkes, Pering, Wisma Bima. Kondisi rumah singgah tersebut pun mulai penuh. Karena itu, beberapa pasien positif Covid-19 yang bergejala ringan melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing.

Sementara itu, sampai saat ini, di Kota Denpasar sudah 126 tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif Covid-19. Bahkan, beberapa puskesmas juga sempat ditutup karena ada tenaga kesehatan puskesmas tersebut yang terpapar Covid-19.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment