Perginya Jakob Oetama, Orang Bijak dari Palmerah

KalbarOnline.com – Presiden Joko Widodo mengenang Jakob Oetama sebagai sosok dengan semangat juang dan daya kritis tinggi. Tapi, dalam menyampaikan pandangan selalu dengan bahasa yang halus dan santun.

Ketua MPR Bambang Soesatyo memuji pendiri harian Kompas bersama P.K. Ojong itu sebagai budayawan sekaligus pelestari kebinekaan. Wujud nyata perpaduan idealisme dan integritas.

Kemarin, pukul 13.05 di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta, Jakob, tokoh pers tiga zaman Indonesia itu, berpulang dalam usia 88 tahun. Berselang empat dekade dari wafatnya P.K. Ojong.

Direktur Komunikasi Kompas Gramedia Rusdi Amral menuturkan, penerima gelar Bintang Mahaputera pada 1973 itu sempat kritis dan koma sejak Minggu sore lalu (6/9). ’’Dan, rupanya Allah lebih senang memanggil beliau. Pukul 13.05 berpulang ke pangkuan Ilahi,’’ katanya.

Kondisi Jakob memburuk sejak dua minggu lalu. Dia dibawa ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading. ’’Pada saat masuk, Bapak Jakob dalam kondisi kritis,’’ ucap dokter RS Mitra Keluarga Kelapa Gading Felix Prabowo Salim.

Pada diagnosis awal, memburuknya kondisi Jakob disebabkan gangguan multiorgan. Felix menyatakan bahwa usia dan penyakit komorbid yang memengaruhi kesehatan Jakob turun. ’’Kondisi naik turun,’’ ujarnya.

Felix menegaskan, dalam dua minggu dirawat, Jacob sempat menunjukkan perbaikan. Namun, tak berlangsung lama.

Bukan hanya perawatan, tim medis juga melakukan swab. Jakob dua kali menjalani tes tersebut. ’’Hasilnya negatif,’’ ungkapnya.

Selaku juru bicara keluarga, Rusdi juga menyampaikan bahwa keluarga sangat ikhlas melepas Jakob. Keluarga sekaligus mengucapkan terima kasih atas doa, simpati, dan empati seluruh masyarakat Indonesia.

’’Kita tahu meskipun beliau mengembangkan banyak usaha, tetapi tidak pernah meninggalkan identitas sebagai wartawan,’’ jelasnya.

Identitas itu adalah kejujuran, integritas, rasa syukur, dan humanisme atau jiwa kemanusiaan. Menurut dia, nilai-nilai kebijakan dan kebajikan yang ditanamkan Jakob itu tidak akan pernah mati. Semua yang berada di lingkungan Kompas Gramedia yang bermarkas besar di bilangan Palmerah, Jakarta, akan terus menghidupkan legasi itu.

Baca Juga :  Vaksinasi Covid-19, PBNU Ingatkan Tetap Patuhi Protokol Kesehatan

Untuk memberikan kesempatan kepada kolega, jenazah Jakob disemayamkan di kantor Kompas Gramedia di Palmerah, Jakarta. Rencananya, hari ini dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata.

Wakil Presiden Ma’ruf Amin juga turut menyampaikan rasa dukacita atas meninggalnya Jakob. ’’Beliau merupakan teladan dalam dunia jurnalisme di Indonesia,’’ kata dia. Kepada seluruh jajaran Kompas Gramedia, Ma’ruf berharap dapat meneladani ketekunan dan kerja keras Jakob Oetama. Selain itu, terus menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan etika jurnalistik yang tinggi dalam setiap berita. ’’Semoga arwah beliau beristirahat dengan damai. Dan keluarga diberi ketabahan dan kesabaran,’’ tuturnya.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mohammad Mahfud MD juga turut kehilangan atas berpulangnya pria kelahiran Desa Jowahan di kawasan Borobudur, Jawa Tengah, itu. ’’Bapak Jakob sudah berjuang puluhan tahun bersama kita,’’ ungkap Mahfud.

Menurut mantan ketua Mahkamah Konstitusi tersebut, Jakob merupakan salah seorang tokoh yang turut membangun Indonesia lewat perusahaan media dan seluruh jaringan yang dibangunnya. ’’Melalui informasi, mudah-mudahan beliau mendapat surga-Nya,’’ ucap Mahfud.

Jakob dan Ojong mendirikan Kompas pada 28 Juni 1965 yang kemudian kian berkembang pesat menjadi sejumlah lini bisnis pada dekade selanjutnya. Dua tahun sebelumnya, keduanya juga bergandengan mendirikan majalah Intisari. Karir jurnalistik Jakob dimulai di mingguan Penabur pada 1956.

Menkominfo Johnny G. Plate juga mengucapkan terima kasih atas jasa dan pengabdian Jakob kepada bangsa dan negara. Dia mengatakan, pers Indonesia telah kehilangan seorang guru yang mewarnai dinamika jurnalistik, demokrasi, dan humanitas di negeri ini. ’’Terutama di era perubahan dalam arus besar reformasi dan restorasi Indonesia,’’ ucap Plate melalui pesan singkat.

Baca Juga :  Banggar DPR Jamin Setujui Anggaran untuk Vaksinasi Covid-19 Gratis

Menurut Bambang Soesatyo, terlalu banyak cerita baik tentang Jakob. Dia tidak memperlakukan wartawan maupun karyawannya sebagai pekerja, melainkan sebagai aset berharga yang dirawat, dijaga, dan dikembangkan. Hingga menempatkan wartawan Kompas sebagai wartawan yang paling sejahtera.

Ketua DPR Puan Maharani juga mengenang Jakob sebagai tokoh pers yang sangat menginspirasi, memegang teguh integritas pers, dan memiliki keterkaitan sejarah dengan Presiden Soekarno. ’’Duka mendalam buat saya, buat kita semua, atas berpulangnya Pak Jakob Oetama, tokoh yang sangat berintegritas dan menginspirasi bagi pers nasional,’’ tuturnya.

Konsistensi Jakob dalam memegang jurnalisme yang benar dan berimbang menjadi bukti bahwa pers berperan penting sebagai pilar demokrasi dan media pendidikan bagi masyarakat. ’’Pak Jakob konsisten dengan nilai jurnalisme yang dipegangnya, jurnalisme yang berdiri di atas semua golongan, dan berdasar kemajemukan Indonesia,’’ kata Puan.


“Pak Jakob Oetama mewariskan jurnalistik santun. Juga jurnalistik tepo seliro. Sama sekali bukan jurnalistik hantam kromo.”

DAHLAN ISKAN, Tokoh Pers


Perginya Jakob Oetama, Orang Bijak dari Palmerah 2

“Mas Jakob Oetama, sebagaimana hampir tiap pemimpin surat kabar yang hidup selama kekuasaan Soeharto, bekerja dengan ketegangan orang meniti titian tali di atas jurang. Selalu genting, memilih antara jalan selamat atau ”survival” dan jalan perjuangan, dalam arti menjaga kejujuran.”

GOENAWAN MOHAMAD, Tokoh Pers


Perginya Jakob Oetama, Orang Bijak dari Palmerah 3

“Saya sering berdiskusi dengan Pak Jakob. Salah satu diskusinya adalah kita harus mencegah kegersangan sosial. Orangnya sangat santun dan pemikirannya sangat tajam. Semua gagasannya dikemas dalam bahasa yang santun.”

M. NUH, Ketua Dewan Pers

Comment