Kontrasepsi yang Aman untuk Ibu Menyusui

Merencanakan kehamilan adalah salah satu cara bagi keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan hidup. Perencanaan kehamilan sendiri dapat dilakukan dengan bantuan kontrasepsi, baik secara alami maupun menggunakan bantuan alat atau obat.

Sebagai seorang apoteker, saya pernah beberapa kali mendapat pertanyaan mengenai kontrasepsi yang aman untuk ibu menyusui, terutama ibu baru yang baru pertama kali menyusui bayinya.

Seperti kita tahu, salah satu metode kontrasepsi adalah dengan menggunakan terapi hormon atau yang lazim disebut pil KB. Sehingga saya beberapa kali menerima pertanyaan mengenai keamanan penggunaan pil KB tersebut bagi ibu yang sedang menyusui. Dan sebenarnya, metode kontrasepsi apakah yang sebaiknya dipilih bagi ibu yang sedang menyusui?

Baca juga: Tekanan saat Menyusui dan Risiko Postpartum Depression

Jenis-jenis Kontrasepsi

Sebelum kita membahas mengenai kontrasepsi yang aman untuk ibu menyusui, mari mengenal terlebih dahulu mengenai jenis-jenis kontrasepsi yang tersedia. Kontrasepsi dapat dilakukan tanpa penggunaan hormon, misalnya dengan menggunakan kondom, intrauterine device (IUD) atau yang sering disebut ‘spiral’, hingga sterilisasi dan vasektomi pada pria.

Sedangkan kontrasepsi dengan menggunakan hormon atau hormonal contraception dapat dilakukan melalui pemasangan implan, injeksi atau suntikan hormon, serta pil KB. Adapun kontrasepsi hormonal dapat menggunakan kombinasi senyawa turunan estrogen dan senyawa turunan progesteron, ataupun hanya menggunakan senyawa turunan progesteron saja. Dan tentu saja, kontrasepsi juga dapat dilakukan secara alami dengan penghitungan masa subur.

Kontrasepsi yang Aman untuk Ibu Menyusui

Sebuah review yang dipublikasikan di jurnal Clinical Obstetrics and Gynecology menyatakan ada beberapa metode kontrasepsi yang cukup aman digunakan pada ibu yang sedang menyusui. Aman di sini maksudnya adalah tidak mempengaruhi produksi air susu ibu (ASI), serta tidak masuk ke ASI dan memberikan efek tidak diinginkan bagi bayi yang disusui.

Baca Juga :  Menyusui: Sehat untuk Bayi, Ibu, dan Lingkungan

Menurut review tersebut, metode kontrasepsi yang paling dianjurkan bagi ibu menyusui adalah kontrasepsi nonhormonal seperti penghitungan masa subur, penggunaan kondom, penggunaan intrauterine device (IUD), atau kontrasepsi permanen seperti sterilisasi dan vasektomi. Metode nonhormonal tidak mempengaruhi kualitas, kuantitas, serta durasi dari proses menyusui.

Bagaimana dengan penggunaan pil KB serta metode kontrasepsi lain yang melibatkan hormon seperti implan atau suntik? Menyusui sendiri adalah suatu proses yang melibatkan bantuan hormon, dalam hal ini adalah hormon prolaktin. Hormon prolaktin berfungsi menginisiasi produksi ASI, dan hormon lain bernama oksitosin berperan dalam sekresi atau pengeluaran ASI.

Baca juga: Pandemi COVID-19, Jumlah Kehamilan Tidak Direncanakan Meningkat!

Pada masa kehamilan, kadar hormon progesteron dan estrogen yang tinggi akan mencegah terbentuknya hormon prolaktin. Pada saat proses kelahiran, kadar progesteron akan turun dengan drastis dan hal ini akan merangsang terbentuknya prolaktin.

Adapun kontrasepsi hormonal mengandung baik kombinasi senyawa turunan estrogen-progesteron maupun progesteron saja. Sehingga penggunaan kontrasepsi hormonal pada saat menyusui dikhawatirkan akan menghambat terbentuknya hormon prolaktin yang berperan dalam produksi ASI.

Namun demikian, kontrasepsi hormonal seperti pil KB, implan, atau injeksi (suntikan) yang mengandung progestin (senyawa turunan progesteron) saja relatif tidak akan mempengaruhi proses menyusui. Sehingga kontrasepsi jenis ini tetap dapat digunakan pada masa menyusui.

Baca Juga :  Srikandi PLN Ajak Warga Olah Asupan Sehat Untuk Cegah Stunting

Sementara itu, kontrasepsi yang menggunakan kombinasi senyawa turunan estrogen dan progesteron adalah pilihan ketiga setelah kontrasepsi nonhormonal dan kontrasepsi berisi senyawa turunan progesteron.

Dalam beberapa penelitian, penggunaan kontrasepsi hormonal kombinasi ini dikaitkan dengan durasi atau periode menyusui yang lebih singkat jika dibandingkan dengan kontrasepsi hormonal dengan senyawa turunan progesteron tunggal. Sebaiknya kontrasepsi hormonal kombinasi ini baru dimulai setelah 42 hari paska melahirkan.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pilihan pertama yang dianjurkan untuk ibu menyusui yang ingin melakukan kontrasepsi adalah dengan metode nonhormonal seperti penghitungan masa subur, penggunaan kondom, ataupun pemasangan intraunterine device (IUD).

Kontrasepsi hormonal baik dalam bentuk pil yang diminum, implan, atau injeksi (suntikan) dapat menjadi pilihan berikutnya, dan sebaiknya dilakukan dengan obat yang hanya mengandung senyawa turunan progesteron saja.

Bagaimana mengetahui tentang kandungan suatu pil, implan, atau injeksi KB? Tenang saja, Mums dapat menanyakannya kepada dokter yang memberikan resep, atau kepada apoteker di apotek tempat Mums menebus obat tersebut.

Mums dapat menanyakan kelebihan dan kekurangan metode kontrasepsi atau KB baik kepada dokter atau bidan sebelum memutuskan hendak menggunakan metode yang mana, dan tentunya disertai diskusi dengan pasangan. Salam sehat!

Baca juga: Langsung Hamil Lagi Setelah Lepas Kontrasepsi, Mungkinkah?

Referensi:

PIEH HOLDER K. Contraception and Breastfeeding. Clin Obstet Gynecol. 2015;58(4):928-935.

Comment