Intip Pengembangan Vaksin Covid-19 di Lembaga Eijkman, Sudah Sejauh Mana?

Mengingat penyebaran Covid-19 masih terus berlangsung di seluruh dinia, kita berharap segera hadirnya vaksin. Puluhan kandidat vaksin memang sedang dikembangkan di beberapa negara. Sebagian sudah memasuki tahap akhir. Namun, belum ada satupun yang siap digunakan.

Indonesia, melalui Lembaga Biologi Molecular Eijkman, juga tengah mengembangkan vaksin Covid-19. Sejauh mana perkembangan pembuatan vaksin yang diberi nama Vaksin Merah Putih ini?

Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof. Amin Soebandrio mengatakan, saat ini proses pembuatan vaksin sudah sampai pada tahap pembuatan sub unit protein sebagai platform yang terpilih. Artinya cikal bakal pembuatan vaksin akan segera ditemukan.

Secara keseluruhan, proses pembuatan vaksin membutuhkan waktu bertahun-tahun, namun Eijkman berupaya membuat benih vaksin hanya dalam waktu satu tahun. Diperkirakan vaksin Covid-19 buatan Indonesia akan tersedia untuk proses lebih lanjut, termasuk uji klinis di Indonesia pada awal semester 2021,” jelas Prof. Amin dalam konferensi pers virtual yang diadakan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan Merck, Rabu (3/9).

Baca juga: Jangan Menunggu Vaksin Covid-19, Tetap Lakukan Kebiasaan Ini Setiap Hari!

Tahapan Pembuatan Vaksin

Tedjo Sasmono PhD, salah satu peneliti di Lembaga Biologi Molecular Eijkman menjelaskan, pembuatan vaksin apapun jenisnya, sama dengan obat. Dibutuhkkan waktu yang lama dan proses yang kompleks. Dimulai dari penelitian awal untuk menemukan kandidat vaksin, tahap pra klinis, uji klinis, hingga studi pasca dipasarkan.

Vaksin Covid-19 yang dikembangkan Lembaga Biologi Molecular Eijkman berdasarkan strain virus yang ada di Indonesia, dan mereka bekerja sama dengan beberapa lembaga riset lainnya. “Saat ini masih di tahap riset. Rencananya vaksin yang dikembangkan adalah vaksin rekombinan dari virus SARS-Cov-2, penyebab Covid-19,” jelas Tejdo.

Secara sederhana, inilah beberapa tahapan pembuatan vaksin Covid-19:

Tahap 1. Memetakan genetika virus SARS-Cov-2. Pada tahap ini, virus yang menjadi bahan dasar penelitian, diisolasi dari spesimen pasien (diambil dari swab) dan dilakukan ekstraksi rangkaian DNA virus.

Baca Juga :  Pria Jomblo Memiliki Tingkat Kematian Lebih Tinggi karena Covid-19

Tahap 2. Gen target diisolasi dan diperbanyak menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR). Lembaga Biologi Molekular Eijkman menggunakan gen S dan N pada virus SARS-CoV-2, sebagai gen target.

Tahap 3. Gen target kemudian dikloning. Gen target dimasukkan ke dalam vektor dan bila sudah berhasil akan diverifikasi dengan menggunakan teknik sekuensing.

Tahap 4. Mulai memasukkan vektor yang megandung gen virus SARS-CoV-2 ke dalam sel mamalia. Pada tahap ini vektor dimasukkan ke dalam sel-sel mamalia dengan tujuan sel akan mengekspresikan gen target dan menghasilkan antigen.

Tahap 5. Menghasilkan antigen (kandidat vaksin). Sel yang menghasilkan protein vaksin akan dipanen dan dimurnikan. Antigen adalah zat atau senyawa yang merangsang respon imun (kekebalan tubuh) dengan terbentuknya antibodi. Dalam kondisi yang tepat, sel-sel mamalia dapat menghasilkan antigen virus SARS-CoV-2.

Tahap 6. Sel mamalia yang memproduksi antigen diperbanyak dalam jumlah besar, mirip pabrik sel skala kecil. Tujuan dari perbanyakan dan pemurnian ini untuk memperoleh antigen target dalam jumlah besar dan memisahkan/menghilangkan zat atau senyawa yang tidak dibutuhkan dalam pembuatan vaksin, sehingga didapatkan antigen yang murni tidak terkontaminasi zat lain. Proses ini biasanya memakan waktu yang lama dan melibatkan banyak pengujian untuk kemurnian.

Tahap 7. Uji klinis. Untuk memastikan vaksin berpotensi sesuai harapan, maka vaksin diuji coba pada hewan. Uji ini untuk menilai keamanan kandidat vaksin dan menentukan dosis. Selanjutnya masuk tahap uji klinis pada manusia untuk melihat apakah ada efek samping akibat vaksin dan menilai kemanjuran (efikasi) pada populasi uji yang lebih besar.

Tahap 8. Skala produksi vaksin. Setelah melalui tahapan uji klinis dan terbukti berhasil, vaksin diajukan atau didaftarkan ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk penilaian sebagai syarat untuk disetujui penggunaannya secara masif.

Baca Juga :  Sedang Hamil, Haruskah Khawatir dengan Coronavirus?
Baca juga: Mengapa Uji Klinik Vaksin Covid-19 adalah Tahapan Penting yang Harus Dilakukan?

Pembuatan Vaksin Membutuhkan Alat Canggih

Selain proses yang panjang, riset pembuatan vaksin sangat membutuhkan dukungan fasilitas dan alat canggih. Untungnya, demi percepatan penelitian pengembangan vaksin di Indonesia, Lembaga Biologi Molecular Eijkman mendapatkan bantuan donasi berupa peralatan dan material riset senilai Rp 1,2 Milyar (EUR 74.000) dari Merck, perusahaan global di bidang sains dan teknologi.

Alat yang didonasikan antara lain reagen dan consumable untuk membuat media dalam tabung untuk penyimpanan sampel dari uji swab pasien. Alat ini berfungsi menjaga kualitas sampel yang mengandung virus dari tempat pengambilan uji swab (klinik rumah sakit, pusat layanan kesehatan) ke laboratorium. Masih ada peralatan lain yang juga ikut disumbangkan.

Prof. Amin menjelaskan, saat ini perkembangan vaksin Merah Putih sudah 50% dan akan bisa dipercepat. “Uji pada hewan bisa mulai 2-3 bulan ke depan sehingga akhir tahun ini sudah diselesaikan dan masuk uji klinis. Targetnya Maret 2021 sudah bisa memberikan bibit vaksin ke industri. Kami berupaya lebih cepat, jika ada prosedur yang bisa diperpendek akan kami lakukan termasuk penggunakan alat lab yang memungkinkan kita bekerja lebih cepat,” jelasnya.

Riset vaksin di mana saja melibatkan banyak faktor, baik teknis maupun non-teknis. Pengembangan vaksin membutuhkan peneliti handal, teknologi tinggi, dan dana yang sangat besar. Meski secara teknologi masih kalah dengan negara maju, prof. Amin berharap Indonesia bisa menghasilkan vaksin sendiri.

Baca juga: Belum Ditemukan Vaksin, Begini Cara Sel Imun Melawan Virus Corona!

Sumber: konferensi pers virtual Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan Merck, Rabu (3/9).

Comment