Pentingnya Sopir Bus dan Truk Memahami Perubahan Kondisi Ban

KalbarOnline.com – Kecelakaan bus dan truk kerap terjadi di Indonesia. Menurut data Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia (Korlantas Polri) terakhir pada kuartal kedua tahun 2019, tepatnya selama 1 April 2019 hingga 30 Juni 2019, kecelakaan yang melibatkan kendaraan besar menyumbang lebih dari 555 kasus.

Salah satu faktor penyebabnya adalah rendahnya kesadaran pada kondisi kesehatan ban. Ban yang tidak sehat dapat berakibat fatal karena dapat menurunkan performa berkendara, antara lain menyebabkan kehilangan kendali yang berujung kecelakaan.

Melihat hal tersebut, President Director Hankook Tire Sales Indonesia Yoon Soo Shin menyebut sopir bus dan truk harus memahami kondisi ban kendaraan yang mereka bawa.

Shin mengatakan, ban kerap mengalami overestimate atau penilaian yang terlalu tinggi dari pengemudi karena secara kasat mata, penampilan ban terlihat baik-baik saja. “Padahal, sebaik apapun kualitas dan teknologi ban, tidak ada ban yang resisten dari kerusakan. Umumnya, permasalahan ban disebabkan oleh pemakaian dan perawatan ban yang kurang baik,” ungkap Shin kepada KalbarOnline.com.

Ban, ditegaskan oleh Shin, adalah salah satu komponen kendaraan yang paling penting. Ban berfungsi sebagai penopang beban, penerus daya gerak kendaraan, penerus kemudi untuk berbelok, dan pengontrol suspensi.

Namun di sisi lain, ban juga salah satu komponen yang paling terdampak dari empat fungsi utama ban tersebut. “Masing-masing punya efek samping yang membuat ban dapat mengalami perubahan kondisi,” lanjut Shin.

Pertama, permasalahan ban paling umum adalah ban aus. Kendaraan komersial seperti ban dan truk tentunya memiliki jarak tempuh dan pemakaian yang tinggi, sehingga ban akan lebih cepat aus.

Baca Juga :  Respons Menkes Terawan saat Kapasitasnya Diragukan Publik

Selain itu juga dapat dipengaruhi oleh perilaku mengemudi, kondisi jalan, kondisi tekanan angin, dan sebagainya. Ban yang aus dapat mengurangi daya cengkeram secara drastis sehingga membahayakan bagi bus dan truk, terutama saat melintas di jalanan licin atau bahkan hanya sekedar melakukan pengereman.

“Untuk itu diharapkan setiap pengemudi senantiasa memperhatikan ketebalan tapak ban. Jika sudah dibawah batas minimal penggunaan, sebaiknya segera mengganti ban,” tegas Shin.

Kedua, permasalahan selanjutnya adalah ban kempis. Secara alami tekanan angin di dalam ban akan berkurang melalui pori-pori ban serta pentil dengan berjalannya waktu. Jika tidak dilakukan pengecekan dan pengisian kembali tekanan angin secara rutin, ban menjadi kempis.

Faktor lain yang dapat menyebabkan ban kempis adalah tertusuk benda tajam seperti paku, batu, potongan besi dan lain-lain. Dengan demikian, para pengemudi bus dan truk perlu mengecek kondisi ban secara rutin dan lakukan pengisian angin jika ban kempis atau tambal ban jika ban bocor.

Shin juga menilai pentingnya para pengemudi untuk berhati-hati dalam mengemudi khususnya jika kondisi jalan kurang bagus untuk mengurangi resiko terjadinya ban kempis.

Ketiga, permasalahan ban lainnya adalah ban benjol. Permukaan ban yang rata sempurna dapat timbul jendolan-jendolan berisi udara yang jika dibiarkan akan membahayakan pengemudi, serta mengganggu penampilan kendaraan.

Kerusakan ini terjadi karena beberapa faktor, diantaranya adalah jam penggunaan kendaraan yang terlalu tinggi sehingga menyebabkan temperatur ban menjadi tinggi atau overheat, tekanan angin kurang secara terus menerus, dan sebagainya.

Untuk mencegah hal ini terjadi, pengemudi diharapkan selalu memperhatikan tekanan angin ban dan waktu-waktu istirahat. Waktu istirahat penting selain untuk menghindari kelelahan pengemudi, juga penting untuk mendinginkan ban.

Baca Juga :  Tips Rahasia Pakai Mobil Matic Bisa Irit Bahan Bakar

Keempat, jenis kerusakan ban paling fatal adalah ban pecah. Ban pecah seringkali dapat diakibatkan oleh kelebihan muatan yang diangkut oleh bus dan truk dari standar dimensi dan beban yang ditetapkan pabrikan, atau yang dikenal dengan istilah ODOL (Over Dimension Over Load).

Semakin berat beban yang diangkut, maka semakin besar pula tekanan yang diberikan pada ban. Penyebab lainnya, ban dijalankan dalam kondisi tekanan angin yang kurang secara terus menerus, sudah ada benjolan, atau sudah ada luka pada ban sebelumnya.

“Jika terus dibiarkan, ban dapat pecah seketika. Hal ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan bus dan truk kehilangan keseimbangan dalam berkendara,” lanjut Shin.

Untuk menghindari terjadinya kecelakaan akibat berbagai perubahan kondisi ban di atas, penting bagi para pengemudi bus dan truk untuk mengecek kondisi ban secara rutin, minimal tiap sebelum melakukan perjalanan. Periksa tekanan angin ban apakah sesuai dengan beban yang dimuat, kondisi telapak ban apakah masih di atas batas minimal tebal telapak ban, luka atau benjolan pada ban, dan batu-batu yang menempel pada telapak ban atau di antara ban ganda.

Jika setelah memeriksa ban Anda menemukan kondisi seperti benjol atau sudah aus di bawah batas minimal tebal telapak ban (biasanya 3 mm untuk truk dan bus), sebaiknya segera mengganti ban tersebut. Tentunya, ban yang digunakan perlu disesuaikan dengan jenis dan ukuran dari masing-masing bus dan truk.

Comment