Nyamuk, Si Mungil Penyebab Kematian Tertinggi di Dunia

Setiap tanggal 20 Agustus, dunia memperingati sebagai Hari Nyamuk Sedunia. Mungkin Geng Sehat bertanya-tanya mengapa nyamuk saja diperingati setiap tahun. Ternyata pada tanggal tersebut dianggap sebagai hari bersejarah penemuan nyamuk penyebab penyakit malaria.

Pada tanggal 20 Agustus di tahun 1897, Sir Ronald Ross, seorang dokter militer Inggris menemukan hubungan antara nyamuk, malaria, dan manusia. Beliau menemukan bahwa parasit malaria ditularkan ke manusia karena gigitan nyamuk Anopheles. Nyamuk Anopheles yang terinfeksi dapat menularkan malaria ke manusia hanya dengan menggigit.

Sejak saat itulah, setiap tanggal 20 Agustus dideklarisasikan sebagai Hari Nyamuk Sedunia dalam rangka mengingatkan manusia bahwa keberadaan nyamuk harus diwaspadai. Data menunjukkan bahwa ada 219 juta kasus malaria di seluruh dunia setiap tahunnya dan sekitar 500 ribu kematian oleh karena malaria sampai saat ini.

World Health Organization (WHO) pada tahun 2010 pun merilis data bahwa jumlah kematian yang disebabkan nyamuk paling tinggi dibanding hewan buas lainnya. Karena itu, nyamuk dijadikan sebagai hewan pembunuh nomor satu di dunia. Hewan satu ini mampu menyebarkan penyakit protozoa, virus maupun cacing seperti malaria, demam berdarah, chikungunya, Zika, demam kuning (Yellow fever) maupun kaki gajah (Filariasis).

Menarik berbicara tentang nyamuk, Gengs. Di Indonesia pun nyamuk masih menjadi masalah di mana kasus demam berdarah di Indonesia masih tinggi. Kita coba bedah yuk fakta-fakta tentang nyamuk dan bagaimana nyamuk dapat menyebabkan penyakit bahkan kematian pada manusia.

Baca juga: Si Kecil Bentol Digigit Nyamuk? Begini Cara Mengatasinya

Kenali Karakteristik dan Jenis-jenis Nyamuk

Nyamuk memiliki kaki yang panjang dan ringan serta mulut yang memanjang, seperti jarum yang mampu menusuk. Nyamuk betinalah yang menggigit karena dia membutuhkan protein untuk mematangkan telurnya. Saat menggigit menusia, ada sedikit air liur nyamuk yang mengenai kulit dan inilah mengapa timbul rasa gatal dan agak bengkak di bekas gigitan.

Baca Juga :  5 Tanaman Pemangsa Serangga Bikin Rumah Bersih dan Sehat

Nyamuk termasuk hewan yang paling cepat berkembang biak. Hanya sekali bertelur saja, nyamuk bisa menghasilkan ratusan jentik nyamuk. Mayoritas spesies nyamuk memiliki usia 2 – 3 minggu.

Ada berbagai jenis nyamuk di dunia namun tidak semua jenis nyamuk menyebabkan penyakit pada manusia. Berikut nyamuk-nyamuk yang dikenal dapat menyebarkan penyakit.

1. Anopheles

Nyamuk dengan ciri khas warna tubuh coklat ini dikenal sebagai nyamuk penyebab malaria. Namun Gengs, ternyata tidak semua Anopheles dapat menyebabkan penyakit. Hanya Anopheles betina yang terinfeksi parasit Plasmodium yang dapat menularkan malaria ke manusia. Satu gigitan nyamuk sudah dapat menimbulkan infeksi dan lebih sering terjadi pada sore dan malam hari. Melalui gigitan, parasit masuk ke dalam aliran darah dan menyerang sel darah merah.

Nyamuk, Si Mungil Penyebab Kematian Tertinggi di Dunia 2

Di Indonesia, penyebaran penyakit malaria paling tinggi berada di provinsi Papua dan Papua Barat. Sampai saat ini, malaria masih menjadi penyakit yang pengobatannya memerlukan waktu yang panjang. Kematian pada malaria juga masih tinggi, setiap 30 detik ada 1 anak meninggal karena malaria. Setiap 1 dari 2 orang di Indonesia berisiko tertular malaria.

2. Aedes aegypti

Nyamuk jenis ini pasti Gengs sudah kenal karena penyakit yang disebabkannya, yaitu demam berdarah dan chikungunya. Selain itu, nyamuk ini juga menyebakan penyakit Zika dan demam kuning. Nyamuk ini mempunyai ciri khas yaitu adanya bercak hitam putih di bagian tubuhnya.

Nyamuk, Si Mungil Penyebab Kematian Tertinggi di Dunia 3

Kebalikan dari Anopheles, nyamuk Aedes aegypti bersifat diurnal, artinya aktif pada pagi hingga siang hari. Nyamuk ini hidup di pemukiman penduduk dan berkembang biak di tempat penampungan air yang jernih. Penularan penyakit juga oleh nyamuk betina yang terinfeksi virus.

Indonesia termasuk salah satu negara dengan kasus demam berdarah terbanyak. Menurut data Kementerian Kesehatan RI, secara kumulatif ada 71.633 kasus DBD di Indonesia hingga Juli 2020 dengan total kematian sebanyak 459 orang.

Baca Juga :  Mums, Kenali Gejala Kehamilan Aneh dan Tidak Biasa Ini!

Berbeda dengan demam berdarah, demam chikungunya disebabkan oleh gigitan nyamuk yang mengandung virus chikungunya. Walaupun kurang berbahaya dibandingkan DBD, nyeri sendi karena chikungunya bisa bertahan selama bertahun-tahun.

Begitu pula dengan penyakit Zika yang mana ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi virus Zika. Zika dapat memicu kelumpuhan (Sindrom Guillain-Barré) dan pada wanita hamil dapat menyebabkan cacat lahir.

Nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi Flavivirus A menyebabkan demam kuning (yellow fever). Sesuai dengan namanya, penyakit ini menunjukkan gejala tubuh tampak berwarna kuning. Pada kondisi lanjut, penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan pada saluran hati, ginjal, jantung dan sistem pencernaan.

Baca juga: Ini Lho Perbedaan Demam Berdarah dan Tipes

3. Culex

Nyamuk jenis ini banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropik. Nyamuk Culex ditandai dengan sisik berwarna coklat pada bagian tubuhnya. Kebalikan dengan nyamuk Aedes, Culex lebih menyenangi tempat dengan air kondisi yang kotor seperti selokan.

Nyamuk, Si Mungil Penyebab Kematian Tertinggi di Dunia 4

Nyamuk Culex dikenal sebagai vektor penyakit kaki gajah (Filariasis) dan Demam West Neil. Nyamuk yang mengisap darah seseorang yang mengandung cacing Filaria, cacing akan ikut menginfeksi nyamuk. Selanjutnya, nyamuk yang telah terinfeksi akan menyebarkan cacing filaria ketika menggigit orang lain. Larva cacing filaria kemudian akan tinggal di dalam pembuluh getah bening.

Ternyata nyamuk tidak bisa dianggap remeh ya Gengs. Di balik tubuh mungilnya, nyamuk dapat menimbulkan penyakit bahkan kematian. Karena itu diperlukan tindakan pencegahan dan pengendalian baik dari diri sendiri juga terhadap lingkungan.

Baca juga; Cara Ampuh Basmi Nyamuk DBD Selain dengan Fogging

Referensi

1. Malarianomore.org. World Mosquito Day.

2. Whi.int. Mosquito-borne diseases.

3. Niang, et al. 2018. Biological Control of Mosquito-Borne Diseases: The Potential of Wolbachia-Based Interventions in an IVM Framework. Journal of Tropical Medicine. p. 1 – 15.

Comment