Persebaran Virus Korona di Surabaya Mulai Melambat

KalbarOnline.com – Jumlah korban meninggal dunia akibat Covid-19 di Surabaya memang masih tertinggi di Indonesia. Begitu pula kasus konfirmasi positif. Meski begitu, sebulan ini mulai ada tren penurunan.

Hal itu terlihat dari laju insidensi kasus positif per 100 ribu penduduk. Surabaya kini menempati posisi kelima.

Menandakan laju kasus positif di Surabaya jauh menurun dibanding kota-kota besar lainnya. Namun, menurut catatan Satgas Penanganan Covid-19, hingga minggu kedua Agustus, Surabaya tetap menjadi episentrum persebaran Covid-19. Selain jumlah kematian dan kasus kumulatif positif, laju kematian per 100 ribu penduduk juga masih paling tinggi.

Kondisi berbeda terjadi di Kota Denpasar, Bali. Meskipun telah resmi membuka pariwisata untuk wisatawan domestik, angka kematian pasien Covid-19 di Denpasar relatif rendah, yakni 1,03 persen dari keseluruhan jumlah kasus. Persentase pasien aktif di Denpasar pun kecil. Hanya 6,84 persen. Dengan sendirinya, angka kesembuhan berada di titik yang sangat tinggi, yakni 92,13 persen. ”Jadi, Denpasar ini konsisten. Angka kasus aktifnya sedikit, kematiannya kecil, dan kesembuhannya tinggi,” jelas Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah kemarin (19/8).

Baca Juga :  Di Sidang Umum PBB, Donald Trump Tuduh Tiongkok Penyebar Covid-19

Baca juga: BPOM Minta Lengkapi Data Uji Klinis Obat Covid-19

Bandingkan dengan Surabaya. Angka kematian berada di titik yang mengkhawatirkan, yakni 8,62 persen. Meski demikian, jumlah kasus sembuh terus mengalami peningkatan di beberapa minggu terakhir. Persentasenya mencapai 74,68 persen. Sedangkan angka kasus aktif di Surabaya relatif tidak terlalu tinggi, yakni 16,70 persen dari total jumlah kasus.

Dewi mengatakan, meskipun kasus kumulatif tertinggi ada di Surabaya, jika dilihat laju insidensi per 1.000 penduduk, Surabaya justru lebih lambat sehingga menjadi peringkat kelima. Itu juga dipengaruhi jumlah penduduk Surabaya yang terbilang padat. Sedangkan Jakarta Pusat, meskipun penduduknya padat, tetap menjadi tempat dengan laju insidensi tercepat.

Dewi mengingatkan, semua pihak harus lebih fokus pada kasus aktif daripada kasus kumulatif. Sebab, persentase kasus aktif menunjukkan seberapa banyak pasien yang dirawat atau isolasi mandiri. ”Kalau dari sepuluh kota besar, yang hebat itu Kota Denpasar. Kasus aktifnya hanya 6,84 persen,” katanya.

Baca Juga :  Testing dan Protokol Kesehatan Upaya Cegah Penularan Covid-19

Menurut Dewi, Kota Denpasar bisa menjadi contoh. Sebuah kota yang padat penduduknya, dengan aktivitas tinggi dan masuk dalam 20 besar jumlah kasus tertinggi Indonesia, tapi angka kasus aktifnya hanya 6 persen.

Surabaya sendiri, ungkap Dewi, juga menunjukkan progres yang signifikan. Dari jumlah kasus yang sangat tinggi, bahkan tertinggi nasional, Surabaya berhasil menekan jumlah kasus aktif tinggal 16,7 persen. ”Yang menjadi PR sekarang Kota Jayapura dan Medan yang kasus aktifnya masih cukup banyak. Harus di-follow up agar menjadi sembuh,” paparnya.

Baca juga: Distribusi Pengujian Obat Covid-19 Harus Dijelaskan

Angka kematian yang tinggi di Surabaya, yakni 8,62 persen, disumbang kasus kematian pada dua bulan terakhir. ”Sekarang sudah banyak intervensi. Seperti menambah RS rujukan, tidak hanya level provinsi, tapi juga kabupaten/kota. Dua hingga tiga minggu terakhir sudah ada tren penurunan kasus di Surabaya,” jelas Dewi.

Saksikan video menarik berikut ini:

Comment