Muncul Klaster Baru Covid-19, Korsel Karantina Ribuan Jemaat Gereja

KalbarOnline.com – Negara-negara yang sebelumnya dipuji karena berhasil mengendalikan penularan Covid-19, kini banyak yang kelimpungan. Klaster-klaster baru bermunculan setelah mereka melonggarkan aturan. Contohnya, ribuan jemaat dari beberapa gereja di Korea Selatan terpaksa dikarantina karena positif Covid-19.

Sekitar 5.200 kasus terkait dengan klaster Gereja Sarang Jeil dan Shincheonji. Lee Man-hee, pemimpin Gereja Shincheonji, ditahan awal bulan ini dengan tuduhan menyembunyikan data jemaatnya. Imbasnya, pelacakan sulit dilakukan.

  • Baca juga: Mencontoh Selandia Baru, 100 Hari Berturut-Turut Nol Kasus Covid-19

Sementara itu, pemerintah Selandia Baru terpaksa menunda pemilu selama sebulan karena munculnya penularan lokal baru. Sementara itu, di Korea, muncul klaster gereja yang memaksa pemerintah melakukan karantina terhadap ribuan jemaat.

Seharusnya pesta demokrasi Selandia Baru digelar 19 September nanti. Namun, PM Selandia Baru Jacinda Ardern pada Senin (17/8) memutuskan penundaan hingga 17 Oktober.

”Keputusan ini memberi waktu bagi semua partai untuk berkampanye selama sembilan pekan ke depan,” ujar Ardern dalam sesi konferensi pers sebagaimana dikutip Agence France-Presse. Komisi penyelenggara pemilu juga bakal punya waktu lebih banyak untuk memastikan acara tiga tahunan itu berlangsung dengan aman.

Baca Juga :  Tekan Kasus Covid-19, Testing di Wilayah Bencana Digenjot

Perubahan jadwal tersebut terkait dengan penularan lokal yang ditemukan di Auckland Rabu lalu (12/8). Padahal, Selandia Baru sudah mencetak rekor 102 hari tanpa penularan lokal. Beberapa kasus yang aktif berasal dari luar negeri dan pasien sudah diisolasi. Hingga kemarin, total ada 58 kasus yang terkait klaster Auckland. Sejak adanya kasus baru, kota terbesar di Selandia Baru itu di-lockdown.

Italia yang pernah menjadi pusat penularan Covid-19 global terpaksa meminta semua tempat yang ada arena dansanya ditutup. Sebab, terjadi lonjakan kasus yang berkaitan dengan pesta para pemuda di negara tersebut. Italia tak mau mengulang sejarah dan kembali menjadi negara terdampak paling parah di Eropa.

Beberapa negara juga mengalami resesi setelah pandemi berlangsung beberapa bulan. Jepang dikabarkan menjadi salah satu yang paling terpukul. Negeri Sakura itu mengalami penyusutan produk domestik bruto (PDB) di kuartal kedua tahun ini. Perekonomian mereka turun 7,8 persen dari kuartal pertama. Itu merupakan yang terburuk dalam sejarah modern Jepang.

Baca Juga :  Baru 178 Ribu Nakes Disuntik Vaksin Covid-19, Sanggupkah Capai Target?

Negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia tersebut memang sudah mengalami pertumbuhan ekonomi yang rendah sebelum pandemi melanda. Penularan Covid-19 hanya memperburuk situasi. Salah satu faktor yang membuat ekonomi turun adalah konsumsi publik yang minim. Padahal, itu menyumbang separo ekonomi Jepang. Ekspor juga tak bisa dilakukan dengan maksimal karena perdagangan global turun akibat pandemi. Banyak pelabuhan dan bandara yang masih tutup.

Pemerintah Malaysia juga terpaksa menghentikan sementara turis medis yang datang ke Penang. Padahal, itu merupakan sektor penghasil pundi-pundi uang di bidang kesehatan. Keputusan tersebut terpaksa diambil setelah ada kasus penularan Covid-19 baru.

Menteri Besar Penang (setara Gubernur, Red) Chow Kon Yeow baru tahu ada tiga pasien asal Indonesia yang masuk Penang. Rombongan dari Medan itu tiba pada 14 Agustus dengan menyewa pesawat AirAsia. Tidak diungkap dengan pasti apakah pasien dan keluarganya yang menjadi pembawa virus. Otoritas Penang hanya menyatakan bahwa pasien dan keluarganya sudah melalui semua prosedur.

Comment