Bayi Menangis Setelah Menyusu, Kenapa, ya?

Ketika menyusui secara langsung, Mums memang tidak bisa menakar seberapa banyak ASI yang ia minum. Namun, Mums bisa melihat atau memerhatikan tanda apakah si Kecil sudah kenyang atau belum. Nah, jika si Kecil sering menangis setelah menyusu, apakah itu adalah salah satu tanda ia kekurangan ASI? Yuk, simak infonya berikut ini.

Kenali Tanda si Kecil Cukup ASI

Menyusui memang sebuah perjalanan yang unik. Bisa dipastikan, masing-masing ibu memiliki cerita dan perjuangan yang berbeda-beda. Di saat seorang ibu harus menghadapi galaunya produksi ASI yang minimal, di sisi lain ada pula ibu yang harus menahan rasa sakit dan kebingungan karena hiperlaktasi atau produksi ASI berlebihan.

Ya, itulah mengapa tak semestinya mengomentari perjalanan menyusui seorang ibu, kecuali pernyataan tersebut datang dari pengamatan seorang dokter atau konselor laktasi. Dan, jika Mums menghadapi sendiri betapa menyakitkannya komentar orang lain bahwa ASI Mums tak mencukupi kebutuhan si Kecil, abaikan saja, ya. Sebagai panduan, setidaknya ada 3 ciri mudah untuk mengenali apakah kebutuhan ASI si Kecil sudah tercukupi atau belum. Beberapa tandanya sebagai berikut:

  • Lingkar kepala serta berat dan tinggi badan bertambah

Karena ASI masih menjadi satu-satunya asupan nutrisi untuk bayi hingga ia berusia 6 bulan, maka kecukupan ASI akan dilihat berdasarkan pertumbuhannya. Bayi yang mendapat ASI cukup akan mengalami kenaikan berat badan, panjang badan, serta lingkar kepala.

Secara rata-rata, kenaikan berat badan bayi per minggu adalah:

  • 0-3 bulan: 150-200 gram.
  • 3-6 bulan: 100-150 gram.
  • 6-12 bulan: 70-90 gram.

Berat lahir bayi biasanya berlipat ganda dalam 6 bulan pertama, dan menginjak usia 12 bulan, bobot tubuh si Kecil bisa mencapai 2,5-3 kali berat lahirnya, 1,5 kali panjang kelahirannya, dan lingkar kepalanya biasanya meningkat sekitar 7,6 cm.

  • Frekuensi buang air besar

Jika si Kecil mendapat cukup ASI, maka akan rutin buang air besar dengan perubahan konsistensi secara bertahap. Kotoran pertama bayi bertekstur tebal, lengket dan hitam (mekonium). Setelah 24-48 jam, kotorannya berwarna kecokelatan dan secara bertahap warnanya semakin terang serta semakin cair.

Mulai sekitar hari ke-5, kotoran khas pada bayi ASI adalah berair, kadang-kadang dengan sedikit busa, dan berwarna kekuningan atau kehijauan.

Dari sekitar hari ke 5 dan seterusnya, umumnya si Kecil akan buang air besar sebanyak 3 kali. Namun tak perlu khawatir, jika setelah 6 minggu atau lebih ia tidak buang air besar sesering biasanya atau malah tidak sama sekali. Menurut penuturan dr. Ariani Widodo, Sp.A, itu berarti kandungan nutrisi ASi terserap semua oleh si Kecil sehingga tidak menghasilkan ampas selama beberapa hari atau lebih. Selama kotorannya berair dan banyak, Mums tak perlu khawatir.

  • Frekuensi buang air kecil
Baca Juga :  Menjalin Hubungan dengan Pria Lebih Muda, Pertimbangkan 6 Hal Ini!

Selama 5 hari pertama, frekuensi buang air si Kecil sebanyak jumlah hari mereka. Misalnya, setidaknya 1 popok basah pada hari pertama, 2 popok basah pada hari kedua, dan seterusnya.

Dari hari kelima dan seterusnya, si Kecil akan berganti popok sebanyak 5 kali per harinya, dengan warna urine pucat dan tidak berbau.

Baca juga: Penyebab Munculnya Flek di Trimester Pertama Kehamilan

Setelah Menyusu si Kecil Menangis, Apa yang Terjadi?

Setelah tanda kecukupan ASI ditemukan pada si Kecil, bisa saja terjadi hal lain yang membuatnya tetap rewel dan menangis. Setidaknya ada beberapa alasan yang melatarbelakangi tangisan si Kecil setelah menyusu, antara lain:

1. Si Kecil kelelahan

Setelah ia kenyang, tak selamanya bayi akan bisa langsung tertidur. Jika ia kelelahan karena bangun terlalu lama atau overstimulasi, ia bisa saja menangis. Hal ini juga bisa terjadi saat ia berada di fase growth spurt (lonjakan pertumbuhan) yang diikuti dengan pola menyusui yang berdekatan (cluster feeding). Dalam kondisi ini, si Kecil akan tidur hanya sebentar dan lebih sering menyusu.

2. Ia berada di fase Wonder Week

Pernah mendengar istilah Wonder Week, Mums? Di fase ini, si Kecil mengalami lompatan dalam perkembangan mental serta fisiknya. Dengan kata lain, ia membuat lebih banyak koneksi di otaknya untuk mensinergikan apa yang telah dipelajarinya atau sedang dipelajari.

Karena aktivitas otaknya meningkat, si Kecil tidak dapat memproses hal yang ia lihat/rasakan/alami seperti biasanya dan dapat menyebabkannya menangis lebih sering dari biasanya. Wonder Week umumnya dimulai saat si Kecil berusia 5 minggu dan bisa berlangsung hingga 20 bulan.

3. Terlalu banyak gas di dalam perutnya

Selama menyusu, proses mengisap dan menelan memungkinkan masuknya udara. Gas yang terperangkap di dalam perut ini, akan membuatnya tidak nyaman dan merasa begah. Inilah mengapa menyendawakan si Kecil sangat penting setelah sesi menyusui, karena dapat membantu menghilangkan udara tersebut.

Biasanya, setelah si Kecil bersendawa dan mengeluarkan udara dari perutnya, ia akan merasa lebih baik, berhenti menangis, dan bahkan mungkin mau mulai menyusui lagi, karena udara yang sudah dikeluarkan akan memberi ruang di perutnya untuk lebih banyak ASI. Setelah si Kecil dapat bergerak aktif di usia 4-6 bulan, umumnya ia sudah dapat bersendawa sendiri.

Baca Juga :  Pentingnya Asupan DHA saat Menyusui
Baca juga: Si Kecil Menyusu Terus-Menerus? Mari Berkenalan dengan Cluster Feeding

4. Aliran susu terlalu lambat atau terlalu cepat

Ketika si Kecil tidak mendapatkan apa yang ia inginkan, wajar saja jika bayi mungil Mums menangis. Hal ini bisa termasuk ketika aliran ASI terlalu lambat sehingga ia tidak sabar, atau terlalu cepat sehingga ia kewalahan untuk mengisap dan menelannya. Dalam kondisi ini, si Kecil mungkin saja akan mungkin menarik, meremas payudara, melengkungkan punggungnya, dan menangis. Untuk menyiasatinya, cobalah tekan payudara dengan posisi 4 jari di bawah dan ibu jari di atas, agar si Kecil mendapatkan aliran ASI yang ia inginkan. Atau, berpindah ke payudara lainnya.

5. Mengalami infeksi jamur pada mulutnya

Bila si Kecil rewel dan Mums melihat ada bercak putih pada rongga mulutnya, kemungkinan ia terserang oral thrush (candidiasis). Hal ini merupakan infeksi oleh jamur Candida albicans di dalam rongga mulut, yang tumbuh akibat kurang terjaganya kebersihan mulut atau karena pertumbuhan berlebih jamur Candida di area tersebut. Tentunya, kondisi ini menyebabkan si Kecil merasa tidak nyaman.

6. Hidung si Kecil tersumbat

Ketika hidung bayi tersumbat, maka akan lebih sulit untuk mengoordinasikan pernapasan dan isapannya saat menyusu. Hasilnya, ia tidak puas dan melepaskan diri dari payudara sambil menangis.

Untuk menyiasatinya, ada baiknya untuk:

  • Posisikan si Kecil lebih tegak saat menyusu.
  • Pastikan dagunya menyentuh payudara, sehingga hidungnya tidak tertutup.
  • Bersihkan hidungnya dari lendir yang menyumbat dengan alat khusus untuk menyedot ingus.

7. Si Kecil sensitif terhadap makanan tertentu

Asupan makanan Mums selama menyusui, memang dapat memengaruhi si Kecil. Pada beberapa bayi, makanan tertentu bisa membuat perutnya mudah kembung dan terasa tak nyaman, seperti kubis, brokoli, bawang, cokelat, atau produk susu.

Untuk mengecek apakah benar makanan tertentu yang membuat si Kecil sensitif, cobalah untuk menjauhi makanan yang Mums curigai tersebut selama beberapa hari. Jika terlihat perbaikan pada si Kecil, mungkin saja lebih baik Mums mengasup makanan lain yang lebih nyaman untuk si Kecil, setidaknya hingga beberapa bulan sampai sistem pencernaannya lebih sempurna.

Baca juga: Amankah Menyusui si Kecil Sambil Berbaring?

Sumber:

BellyBelly. Baby Cries After Breastfeeding?

Parents. Mom’s Diet Upset a Breastfed Baby’s Stomach?


BellyBelly. 3 Reliable Signs That Your Baby Is Getting Enough Milk.

Comment