WHO Sebut Tak Ada Solusi Sederhana Dalam Penanganan Wabah Covid-19

KalbarOnline.com – Vaksin menjadi harapan bagi semua pihak untuk mengendalikan wabah Covid-19. Terlebih, saat ini uji klinis sejumlah vaksin sudah dilakukan. Bahkan, Rusia berencana untuk memproduksi vaksin Covid-19 pada November 2020.

Meski begitu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa mungkin tidak akan ada solusi sederhana untuk penanganan wabah Covid-19 dalam waktu dekat. Dan, perjalanan menuju hidup normal akan panjang.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dan Kepala Kedaruratan WHO Mike Ryan mendesak semua negara untuk secara ketat menegakkan langkah-langkah kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak sosial, mencuci tangan, dan melakukan pengujian. “Pesan kepada orang-orang dan pemerintah jelas: ‘Lakukan itu semua’,” kata Tedros pada pengarahan dari Kantor Pusat WHO di Jenewa seperti dilansir Reuters.

Baca Juga :  Sandi Pastikan Kementeriannya Bergerak Demi Mewujudkan Visi Jokowi

Tedros menambahkan bahwa masker wajah harus menjadi simbol solidaritas di seluruh dunia. “Sejumlah vaksin sekarang dalam uji klinis fase tiga dan kami semua berharap memiliki sejumlah vaksin efektif yang dapat membantu mencegah orang dari infeksi. Namun, saat ini tidak ada solusi sederhana, mungkin tidak akan pernah ada,” Tedros menegaskan.

Sementara itu, Ryan mengatakan negara-negara dengan tingkat penularan yang tinggi, termasuk Brasil dan India, perlu bersiap untuk pertempuran lebih besar. “Jalan keluarnya panjang dan membutuhkan komitmen yang berkelanjutan,” ujar Tedros.

Baca Juga :  Komisi IX DPR: Kasus KDRT dan Pernikahan Dini di Jember Masih Tinggi

Para pejabat WHO menyebut tim investigasi di Tiongkok, tempat virus itu berasal, belum kembali. Sebuah tim lebih besar yang terdiri dari para ahli Tiongkok dan internasional yang dipimpin oleh WHO, direncanakan diterjunkan untuk mempelajari asal-usul virus di Kota Wuhan.

Tedros juga mendesak para ibu untuk terus menyusui anak-anak mereka meski menderita Covid-19. Manfaat dari ASI secara substansial lebih tinggi dibanding risiko dari infeksi virus Korona.

Comment