Perjuangan Hongkong Hadapi Gelombang Pertama hingga Ketiga Covid-19

KalbarOnline.com – Ketika negara lain masih berjuang untuk menyelesaikan gelombang pertama dan kedua kasus Covid-19, Hongkong justru sudah bertarung melawan gelombang ketiga penyebaran virus. Pemerintah setempat telah memperingatkan sistem rumah sakitnya karena mencatat jumlah infeksi baru dalam sehari.

Berdasar kondisi tersebut, pemimpin Hongkong, Carrie Lam, sampai menunda pemilihan Dewan Legislatif. Bahkan, penundaan selama satu tahun. Itu karena jumlah kasus Covid-19 di Hongkong melonjak dalam beberapa hari terakhir.

Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Hongkong Tunda Pemilihan Dewan Legislatif

Hongkong memiliki kasus Covid-19 pertamanya pada akhir Januari 2020, yang menyebabkan kekhawatiran yang meluas dan pembelian secara panic buying. Saat itu jumlah infeksi tetap relatif rendah dan penyebarannya dikendalikan dengan cukup cepat.

Kemudian Hongkong mengalami gelombang kedua infeksi pada Maret, setelah mahasiswa dan penduduk luar negeri mulai kembali ke wilayah itu, yang menyebabkan lonjakan infeksi kasus impor. Hongkong langsung melakukan kontrol perbatasan yang ketat, melarang semua non-penduduk memasuki perbatasannya dari luar negeri, dan semua orang yang kembali diharuskan menjalani tes Covid-19 dan karantina 14 hari. Bahkan mereka menggunakan gelang elektronik untuk melacak kedatangan orang dari luar negeri dan memastikan mereka tinggal di rumah.

Baca Juga :  PKB Ucapkan Belasungkawa atas Meninggalnya Plt Bupati Sidoarjo

Kemudian pemerintah mengumumkan kebijakan penggunaan masker secara meluas dan langkah-langkah sosial. Langkah ini pun berhasil. Hongkong mencatat berminggu-minggu tanpa kasus yang ditularkan secara lokal, dan kehidupan kembali normal.

Namun, kini Hongkong mulai menghadapi gelombang ketiga yang telah menyebabkan lebih dari 100 kasus baru selama sembilan hari berturut-turut. Padahal Hongkong masih disiplin memperketat semua aturan protokol kesehatan.

“Ini cukup mengecewakan dan membuat frustrasi karena Hongkong benar-benar mengendalikan banyak protokol kesehatan,” ungkap Kepala Virologi di Universitas Hongkong, Profesor Malik Peiris, seperti dilansir BBC.

Penyebabnya, dia percaya ada dua kelemahan dalam sistem. Pertama, banyak orang yang kembali memilih untuk karantina selama 14 hari di rumah daripada di kamp karantina. “Ada kelemahan di sana karena orang lain di rumah terlalu longgar dalam pembatasan, mereka masih keluar masuk rumah,” imbuh Prof Peiris.

Baca Juga :  Peraih Treble Winner Harus Mengakui Kekalahan di Emirates Stadium

Penyebab kedua, pemerintah setempat membebaskan beberapa kelompok orang dari pengujian dan karantina ketika mereka memasuki Hongkong. Hongkong telah membebaskan sekitar 200 ribu orang, termasuk pelaut, awak pesawat, dan eksekutif perusahaan yang terdaftar di bursa saham dari karantina.

Sebagai kota transit internasional dan pelabuhan dagang, Hongkong memiliki banyak jalur udara, dan banyak kapal berganti awak di sana. Wilayah ini juga tergantung pada impor dari Tiongkok dan di tempat lain terkait makanan dan barang-barang penting.

Dokter Spesialis Penyakit Menular Joseph Tsang, menggambarkan kondisi itu sebagai celah yang signifikan dan meningkatkan risiko infeksi. Selain itu juga penggunaan tramsportasi umum. Hongkong sekarang telah memperketat aturan untuk perjalanan udara dan laut. Masyarakat juga didorong kembali untuk mematuhi langkah-langkah jarak sosial hingga pembatasan berkumpul tak lebih dari 50 orang.

Comment