Apakah Pemanis Buatan Aman untuk Anak?

Pemanis buatan memang sulit dihindari, terutama makanan di daerah perkotaan. Bahkan, menu yang tampaknya aman, seperti minuman soda diet, saus tomat rendah gula, hingga yoghurt pun juga mengandung bahan tambahan tersebut.

Bahkan, sebuah studi yang dirilis oleh PubMed pada Maret 2017 silam menunjukkan bahwa minimal 1 dari 4 orang anak di Amerika Serikat mengonsumsi makanan maupun minuman yang mengandung pemanis buatan.

Banyak orang tua yang juga mengira bahwa mengganti gula biasa dengan pemanis buatan dapat mengurangi kemungkinan si Kecil kecanduan yang serba manis. Hmm, kalau begini caranya, bagaimana Mums bisa tetap memberikan menu yang sehat bagi si Kecil? Apakah pemanis buatan aman untuk anak?

Kaitan Pemanis dengan Obesitas pada Anak

Ahli gizi anak, dr. Hanna Freeman, MS, RD, CSP, LD., menyatakan bahwa konsumsi gula berlebihan, terutama dalam bentuk pemanis buatan, dapat menyebabkan obesitas pada anak. Karena cepat larut dalam tubuh, gula darah juga cepat meningkat. Namun, akibatnya anak malah jadi cepat lapar lagi atau ingin mengonsumsi yang manis-manis.

Gula juga kurang mengandung nutrisi, seperti serat, vitamin, dan mineral, yang mendukung kesehatan anak. Ketika si Kecil terlalu banyak mengonsumsi menu yang berkadar gula tinggi, ia akan kehilangan asupan gizi lain yang sebenarnya lebih penting bagi tumbuh kembangnya.

Baca Juga :  “Self Revolution” Gaungkan Isu Autentisitas Lewat Seni Lukis dan Fotografi

Pemanis Buatan yang Diam-diam “Menjebak”

Sekilas, pemanis buatan terasa ringan dan tidak menyebabkan gula darah melonjak seketika. Makanya, banyak yang mengira pemanis buatan jauh lebih aman untuk dikonsumsi daripada gula biasa.

Inilah beberapa contoh pemanis buatan yang tersedia di pasaran:

  • Sucralose
  • Saccharin
  • Stevia
  • Acesulfame potassium
  • Ekstrak buah Monk (buah asli Thailand)
  • Aspartame

Freeman juga menyatakan bahwa beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara pemanis buatan dan penurunan berat badan jangka pendek atau kestabilan berat badan. Namun studi tentang efek jangka panjangnya masih kurang, sehinggi dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

Ada juga beberapa studi yang menemukan bahwa pemanis buatan dapat memengaruhi susunan bakteri baik di dalam usus. Ada juga penelitian yang diuji coba pada hewan dan menemukan risiko peningkatan sel kanker akibat konsumsi pemanis buatan.

Bahkan, karena merasa bahwa pemanis buatan aman-aman saja untuk anak, tanpa sadar Mums dan Dads menyuguhkan mereka terlalu banyak menu dengan tambahan ini. Menurut Katie Ferraro, asisten profesor klinis di University of California, San Francisco, untuk School Nursing, pemanis buatan lazim ditemukan pada makanan dan minuman yang diproses.

Baca Juga :  Bolehkah Ibu Hamil Makan Telur Puyuh?

Penelitian Universitas Harvard pada 2013 menemukan kaitan antara mereka yang mengonsumsi pemanis buatan dengan penyakit diabetes tipe 2. Sebanyak 3.700 partisipan mengikuti percobaan ini.

Namun, bukan berarti anak-anak tidak boleh mengonsumsi gula sama sekali, ya. Menurut FDA (Food and Drug Administration) di Amerika Serikat, konsumsi manis-manis – baik gula maupun pemanis buatan – tergantung dengan berat badan setiap orang. Sayangnya, banyak orang tua yang kesulitan memonitor konsumsi gula sang Buah Hati.

Menurut American Heart Association, anak-anak sebaiknya tidak mengonsumsi lebih dari 25 gram gula per hari. Ini setara dengan 6 sendok teh gula. Sebaiknya juga jangan terlena dengan pemanis buatan. Pasalnya, berbagai penelitian terkait menunjukkan beberapa bahaya kesehatan bagi mereka yang mengonsumsinya, seperti dapat menimbulkan rasa lapar lebih cepat dan meningkatkan produksi lemak di dalam tubuh. Makanya, berat badan dapat naik tak terkendali, apalagi pada anak-anak. Jadi, pemanis buatan sebaiknya tidak dikonsumsi oleh anak-anak. (AS)

Referensi

The Academy of Nutrition and Dietetics: Are Artificial Sweeteners Safe for Kids?

Cleveland Clinic: Are Artificial Sweeteners OK for Kids?

Healthline: Children Consuming Lots More Artificial Sweeteners

Comment