Masuk Zona Merah Covid-19, Warga Bersitegang Bubarkan Pengajian

KalbarOnline.com, GRESIK — Kabupaten Gresik sudah masuk zona merah, menyusul Kota Surabaya dan Sidoarjo. Satu warga positif Covid-19 dan seorang pasien dalam pengawasan (PDP) meninggal dunia. Gugus Tugas Covid-19 Gresik dan warga di banyak tempat semakin masif melaksanakan gerakan-gerakan pencegahan. Di antaranya, menyerukan untuk tidak mengadakan kegiatan yang mendatangkan banyak orang.

Namun, ternyata masih ada yang belum mengindahkan kebijakan tersebut. Kamis malam (26/3) ketegangan terjadi di kawasan RT 3, RW 7, Kelurahan Sidomoro, Kecamatan Kebomas. Selepas isya, ratusan jamaah mendatangi Yayasan Pondok Pesantren Nur Muhammad yang berlokasi di Jalan Proklamasi. Kabarnya, mereka hendak menggelar doa dan zikir bersama.

Tentu saja aktivitas tersebut membuat warga sekitar resah. Maklum, kondisi psikologis masyarakat sedang dilanda kecemasan setelah Gresik menyusul sebagai zona merah. Apalagi, pemerintah pun sudah mewanti-wanti untuk menghindari kerumunan. ”Jamaahnya banyak dari luar kota. Seperti dari Malang dan Surabaya yang sudah lebih dulu sebagai zona merah virus korona,” ujar sejumlah warga.

Selama ini, tidak ada masalah terkait dengan aktivitas jamaah di tempat tersebut. Kegiatan itu rutin dilaksanakan sebulan sekali.

Namun, karena saat ini prihatin dengan dampak pandemi virus korona, masyarakat sekitar menjadi resah. ”Sempat diajak komunikasi dengan pihak RT/RW setempat. Namun, tetap saja aktivitas dilaksanakan,” tambah warga lain.

Baca Juga :  Haris Supratno Gantikan Mendiang Gus Sholah Pimpin Unhasy Tebuireng

Situasi pun sempat memanas. Warga setempat nyaris melakukan pembubaran paksa sembari berteriak-teriak, ”Bubar!! Bubar!!” Untung, pihak Polres Gresik bergerak cepat. Bahkan, Kapolres AKBP Kusworo Wibowo langsung ikut mendatangi lokasi.

Mantan Kapolres Jember itu pun berdialog dengan pengurus yayasan. ”Demi keamanan bersama di tengah wabah korona ini, kami harap pengajian ini dicukupkan. Dipersilakan untuk kembali ke rumah masing-masing,” kata Kusworo di tengah-tengah jamaah.

Dia menjelaskan, virus korona paling cepat menular di kerumunan orang. Apalagi sampai berdempetan atau berdesak-desakan. Kusworo juga meminta jamaah tetap menjaga pola hidup bersih saat kembali ke daerah masing-masing. ”Jangan lupa cuci tangan setelah tiba di rumah. Virus ini bisa menimpa siapa pun. Kami berharap tidak ada satu pun dari jamaah yang terpapar,” ucap dia.

Akhirnya, sekitar pukul 21.30 ratusan jamaah bubar dengan tertib. Meski demikian, sejumlah polisi tetap berjaga untuk menghindari situasi yang tidak diharapkan. Menurut Nur Muhammad, ketua yayasan, istighotsah di tempatnya memang rutin dilakukan sebulan sekali. ”Seperti biasanya, jamaah di setiap Kamis Legi datang ke sini untuk doa bersama,” ungkapnya.

Dia tidak menduga bahwa kegiatan yang dilaksanakan tersebut membuat resah warga sekitar. ”Sebelumnya, kami sudah berkoordinasi denga jamaah untuk berdoa di rumah saja. Namun, mereka telanjur datang sehingga pengajian tetap dilaksanakan,” jelasnya.

Baca Juga :  KPK-Setneg Tertibkan Aset Negara di GBK, Kemayoran dan TMII

Dia mengapresiasi langkah polisi yang tanggap di tengah situasi seperti sekarang. ”Kami juga siap untuk menaati segala prosedur dari pemerintah. Pengajian akan diliburkan hingga situasi membaik,” kata Gus Nur, panggilan Nur Muhammad.

Sementara itu, Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Gresik drg Saifuddin Ghozali menjelaskan, pihaknya segera melakukan rapid test secara menyeluruh setelah menerima bantuan alat dari Provinsi Jatim. ”Menunggu alatnya datang. Ada delapan wilayah yang diprioritaskan karena situasinya lebih mendesak,” jelasnya.

Alat tersebut akan didistribusikan di RS rujukan dan beberapa fasilitas kesehatan di Gresik. ”Sesuai instruksi gubernur, prioritas tes adalah pasien yang memiliki risiko tinggi terjangkit,” ucap dia.

Berdasar data yang dihimpun Jawa Pos, sampai kemarin (27/3) orang dengan risiko (ODR) di Gresik sebanyak 691. Lalu, orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 90. Jumlah PDP meningkat menjadi 22 orang. Sehari sebelumnya ada 19 orang. Sementara itu, pasien yang terkonfirmasi positif tetap berjumlah 1 orang. Yang bersangkutan dirawat di RS swasta di Kota Surabaya.

Comment