Mencegah COVID-19, Tunda Dulu Membawa Si Kecil ke Dokter Anak

Memang harus ada yang diprioritaskan saat Mums diimbau untuk sangat mengurangi kegiatan di luar rumah, demi memutus rantai penyebaran dan penularan COVID-19. Termasuk untuk menunda dulu rencana dan keinginan membawa si Kecil ke dokter anak. Namun, pahami dulu ya, di kondisi seperti apa kunjungan ke dokter anak boleh ditunda.

Ke Dokter Anak, Apa Saja yang Perlu Diperiksa?

Di tahun pertama si Kecil, sudah lumrah jika Mums akan banyak berkunjung ke dokter anak. Bahkan bayi yang sangat sehat akan sering dibawa dokter anak. Alasannya, karena dua tahun pertama kehidupan si Kecil adalah waktu yang krusial dalam pertumbuhan dan perkembangannya, dan dokter anak akan membantu mengawasinya. Ditambah lagi, si Kecil perlu mendapatkan imunisasi sesuai jadwal yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Jadwal berkunjung ke dokter anak memang bervariasi bagi setiap anak. Namun berdasarkan rekomendasi American Academy of Pediatrics (AAP), si Kecil idealnya mendapatkan pemeriksaan saat lahir, 3-5 hari setelah kelahiran, kemudian dilanjutkan pada 1, 2, 4, 6, 9, 12, 15, 18, dan 24 bulan. Secara khusus, di setiap kunjungan dokter akan memeriksa beberapa hal berikut:

1. Pertumbuhan

Pertama, Mums akan diminta membuka pakaian si Kecil, kemudian ia akan ditimbang dan diukur panjang tubuhnya dengan berbaring di atas meja datar dengan kedua kaki direntangkan lurus. Selanjutnya, dengan menggunakan meteran, ukuran kepalanya akan diukur.

Semua hasil pengukuran lalu diplot pada grafik untuk menentukan kurva pertumbuhannya dari satu kunjungan ke kunjungan berikutnya. Dengan cara ini, dokter dapat menilai apakah kurva pertumbuhan si Kecil bergerak normal sesuai pertambahan usianya.

2. Kepala

Beberapa poin yang akan diperiksa dokter antara lain:

  • Area lunak kepala (fontanel) yang seharusnya menutup secara perlahan dan terlihat rata untuk beberapa bulan pertama.
  • Tulang tengkorak bagian belakang yang akan mengeras di usia 2 hingga 3 bulan.
  • Tulang tengkorak bayi secara keseluruhan yang sudah harus menutup sempurna di usia sekitar 18 bulan.

3. Telinga

Dokter akan memeriksa bagian dalam telinga si Kecil untuk melihat apakah ada cairan atau infeksi di telinga. Mums juga akan ditanya apakah si Kecil merespons suara dengan normal. Sebelumnya, setiap bayi akan melalui tes pendengaran formal saat ia baru lahir.

Baca Juga :  Sedang Hamil, Haruskah Khawatir dengan Coronavirus?

4. Mata

Dokter akan mengarahkan senter ke arah mata si Kecil dan melacak gerakan matanya. Beberapa dokter juga akan melihat ke dalam mata bayi dengan alat khusus yang disebut oftalmoskop, untuk mengulangi pemeriksaan mata internal yang pertama kali dilakukan di rumah sakit. Ini sangat membantu dalam mendeteksi katarak (pengaburan lensa mata).

5. Mulut

Mulut si Kecil diperiksa untuk melihat apakah ada tanda-tanda infeksi serta mengecek perkembangan gigi.

6. Jantung dan paru-paru

Menggunakan stetoskop, dokter akan memeriksa bagian depan dan belakang dada untuk mendengarkan jantung dan paru-paru si Kecil. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada irama jantung abnormal, suara, atau kesulitan bernapas.

Baca juga: Langkah-langkah Pencegahan Coronavirus pada Penyandang Diabetes

7. Perut

Dengan meletakkan tangan di perut anak dan menekan dengan lembut, dokter memastikan bahwa tidak ada organ yang membesar dan tidak ada benjolan lunak yang tidak biasa.

8. Alat kelamin

Alat kelamin diperiksa pada setiap kunjungan untuk melihat apakah ada benjolan, nyeri, atau tanda-tanda infeksi yang tidak biasa. Terutama jika si Kecil berjenis kelamin laki-laki dan sudah disunat, maka dokter akan memastikan apakah luka sunat sembuh dengan baik. Dokter anak juga memeriksa semua bayi laki-laki untuk memastikan kedua testis turun di skrotum.

9. Pinggul dan kaki

Dokter anak akan menggerakkan kaki bayi untuk memeriksa masalah pada sendi pinggul. Gerakan yang dilakukan ini untuk mendeteksi dislokasi atau displasia sendi panggul. Penting untuk melakukan pengecekan ini sejak dini karena deteksi dini dapat mengarah pada rujukan dan koreksi yang tepat. Jika si Kecil sudah mulai berjalan, dokter akan meminta si Kecil berjalan untuk memastikan tungkai kaki dan telapak kaki sejajar, serta bergerak secara normal.

10. Milestone

Dokter akan menanyakan tentang perkembangan umum si Kecil, antara lain apakah si Kecil sudah mulai tersenyum, berguling, duduk, dan berjalan, serta bagaimana ia menggunakan tangan dan lengannya.

Baca Juga :  ASI Rembes? Ini Alasannya dan Cara Mengatasinya!
Baca juga: Apa itu Rapid Test COVID-19? Ini yang Perlu Kamu Tahu!

Walau Penting, Kunjungan ke Dokter Anak Bisa Ditunda

Mengamati perkembangan kasus COVID-19 di Indonesia, tak dipungkiri pastinya membuat khawatir. Menurut perkembangan terakhir per hari Jumat (27/3/2020), jumlah pasien yang positif terinfeksi mencapai 893 orang, dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 78 orang dan sembuh 35 orang.

Bisa dilihat, laju pertambahan kasus pasien yang terinfeksi dengan jumlah pasien yang sembuh sangat kontras. Kurangnya fasilitas dan tenaga kesehatan menjadi salah satu hambatan untuk menanggulangi pandemi ini.

Ini artinya, pencegahan agar jangan sampai terinfeksi harus dilakukan secara ketat dan patuh, yaitu dengan sesering mungkin mencuci tangan menggunakan sabun selama 20 detik serta sangat membatasi kuantitas bepergian ke luar rumah. Salah satunya, menunda rencana atau keinginan untuk ke dokter anak.

Seperti yang sudah dilakukan oleh perkumpulan dokter spesialis lainnya, IDAI sebagai lembaga yang menaungi para dokter anak di Indonesia juga ikut mengeluarkan imbauan untuk menunda kepergian ke dokter anak. Selain agar masyarakat dapat fokus untuk berdiam di rumah saja, risiko penyebaran virus di tempat umum, seperti rumah sakit, juga riskan mengancam kesehatan si Kecil.

Beberapa kondisi yang memperbolehkan penundaan ke dokter anak jika tidak terjadi 8 kondisi gawat darurat, yaitu:

  1. Demam tinggi 3 hari atau lebih.
  2. Diare dan muntah terus-menerus.
  3. Sesak napas.
  4. Tidak mau makan dan minum.
  5. Perdarahan hebat.
  6. Bentol kemerahan seluruh tubuh.
  7. Kejang 2 kali atau lebih.
  8. Penurunan kesadaran atau anak tidak aktif.

Selain itu, Mums boleh saja menunda untuk mengimunisasi si Kecil maksimal 2 minggu dari jadwal awal. Pastikan si Kecil dalam kondisi sehat dan tidak demam tinggi saat akan diimunisasi, ya. (AS)

Baca juga: COVID-19 Akan Hilang di Musim Panas, Hanya Mitos. Masih ada 9 Mitos Lainnya!

Sumber

Healthy Children. Visiting Peditrician.

Covid 19. Situasi Virus Corona.

Comment