Corona, Lepra dan Anjuran Rasulullah SAW Mengisolasi Area Wabah Penyakit

KalbarOnline.com – Wabah Covid-19 atau Virus Corona terus memakan korban jiwa dan menyebar di 100 lebih negara, termasuk di Indonesia. Mirisnya, vaksin untuk virus ini belum juga ditemukan hingga detik ini. Salah satu upaya yang efektif dan sudah dilakukan di beberapa negara untuk menghentikan laju wabah virus corona adalah penguncian (lockdown) ataupun isolasi.

Menurut ustadz Abdul Wahab Ahmad, peneliti bidang aqidah di Aswaja NU Center Jawa Timur dan Wakil Sekretaris PCNU Jember, seperti dikutip nu.or.di, perintah melakukan isolasi area wabah pernah dianjurkan pada zaman Rasulullah SAW, apabila wabah sudah menyebar di suatu tempat, maka isolasi adalah langkah yang diajarkan oleh Rasulullah.

Beliau bersabda:

إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلَا تَدْخُلُوهَا وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلَا تَخْرُجُوا مِنْهَا

“Apabila kalian mendengar wabah lepra di suatu negeri, maka janganlah kalian masuk ke dalamnya, namun jika ia menjangkiti suatu negeri, sementara kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar dari negeri tersebut” (HR. al-Bukhari).

Wabah lepra dalam hadis tersebut hanyalah sekedar contoh sebab di masa lalu, wabah yang populer dan memakan banyak korban jiwa adalah lepra. Sedangkan hukum isolasi itu sendiri berlaku bagi semua wabah, termasuk Corona.

Isolasi ini dapat mencegah penyebaran wabah ke daerah lebih luas, namun di satu sisi akan menyebabkan orang yang berada di daerah wabah akan ikut terdampak wabah juga. Dalam hal ini kemudian Rasulullah bersabda bahwa wabah tersebut akan menjadi siksaan bagi orang yang tidak beriman tetapi akan menjadi rahmat Allah bagi mereka yang beriman, bahkan Muslim yang terkena wabah dan bersabar akan mendapatkan pahala mati syahid.

Baca Juga :  Benyamin Davnie: Tak Ada Tempat Bagi Kampanye SARA di Tangsel

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الطَّاعُونِ فَأَخْبَرَنِي أَنَّهُ عَذَابٌ يَبْعَثُهُ اللهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ وَأَنَّ اللهَ جَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ لَيْسَ مِنْ أَحَدٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ شَهِيدٍ ”

Dari ‘Aisyah radliallahu ‘anhu, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata; “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang masalah tha’un lalu beliau mengabarkan aku bahwa tha’un (penyakit sampar, pes, lepra) adalah sejenis siksa yang Allah kirim kepada siapa yang Dia kehendaki dan sesungguhnya Allah menjadikan hal itu sebagai rahmat bagi kaum Muslimin dan tidak ada seorangpun yang menderita tha’un lalu dia bertahan di tempat tinggalnya dengan sabar dan mengharapkan pahala dan mengetahui bahwa dia tidak terkena musibah melainkan karena Allah telah menakdirkannya kepadanya, maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mati syahid” (HR. al-Bukhari).

Dengan demikian, sangat tidak tepat apabila ada seorang Muslim yang meremehkan peredaran wabah atau justru melakukan hal-hal yang bertentangan dengan instruksi Rasulullah di atas, misalnya dengan menampakkan keberanian menolak tindakan isolasi wabah.

Tindakan ini pada hakikatnya bukan keberanian tetapi kecerobohan yang menyebabkan bahaya bagi orang lain. Segala tindakan yang mendatangkan potensi bahaya, secara fiqih tergolong sebagai tindakan yang haram, meskipun berdasarkan pada aqidah yang benar.

Demikian pula Nabi Muhammad, meskipun beliau mengajarkan bahwa tak ada penyakit yang dapat menular dengan sendirinya tanpa kontrol dari Allah, namun di waktu yang sama beliau juga menginstruksikan agar yang sakit tidak bercampur baur dengan yang sehat supaya tak terjadi penularan.

Baca Juga :  Baleg DPR Ungkap, Draft UU Cipta Kerja yang Telah Disahkan dan Tersebar Belum Final

Beliau bersabda:

قَالَ أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تُورِدُوا الْمُمْرِضَ عَلَى الْمُصِحِّ

“Abu Salamah bin Abdurrahman berkata; saya mendengar Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Janganlah kalian mencampurkan antara yang sakit dengan yang sehat” (HR. al-Bukhari).

“Taat pada instruksi Rasulullah di atas bukan berarti takut pada selain Allah, melainkan justru wujud pemahaman agama yang baik serta ikhtiar yang nyata untuk berbuat baik pada sesama.  Wallahu a’lam,” katanya.

Perintah Shalat di Rumah Saat Ada Wabah

Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mengatakan Nabi Muhammad SAW juga pernah meminta umatnya untuk shalat di rumah, tidak perlu ke masjid, saat terjadi banjir atau hujan deras.

“Jangankan wabah virus sebesar ini, banjir atau hujan deras pun Nabi pernah meminta umat untuk shalat di rumah. Jangan menceburkan diri dalam kebinasaan,” kata Nasaruddin saat jumpa pers di Graha BNPB, Jakarta, Jumat.

Nasaruddin mengatakan orang-orang yang beriman dianjurkan untuk mencegah sesuatu yang mudharat. Menurut dia, mencegah mudharat lebih penting daripada mengejar manfaat. Karena itu, dia mengajak umat Islam untuk berserah diri kepada Allah SWT. Kondisi memang sedang tidak memungkinkan untuk melakukan shalat Jumat seperti biasa.

“Kita semua sangat cinta pada agama kita, tetapi kita juga diperintahkan dalam Al Quran untuk tidak menceburkan diri dalam kebinasaan. Kalau sudah tahu di suatu tempat ada bahaya besar, kita diminta untuk menghindarinya,” tuturnya.[asa]

Comment