Presiden Rouhani: Sanksi Amerika Gagal Memaksa Iran Menyerah Pada Tekanan

KalbarOnline.com – Virus Corona terus menyebar dengan cepat di Iran, dan petugas kesehatan bekerja lebih keras untuk mengatasi wabah itu. Tetapi, selain berjuang melawan Corona, Iran harus bergulat dengan tantangan lain yakni sanksi AS.

Pertempuran melawan virus sejatinya sudah melemahkan sumber daya kesehatan Iran, dan sanksi AS telah membuat Iran tidak mungkin mengimpor pasokan medis baru. Staf medis Iran sekarang menghadapi kekurangan pasokan dasar, seperti pelindung, masker dan disinfektan.

Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan sanksi dan tekanan AS gagal memaksa negara tersebut untuk menyerah pada tuntutan berlebihan Washington. Meskipun saat ini, Iran harus berjuang keras melawan wabah Corona ditengah sanski AS.

“Sanksi paling keras yang pernah dijatuhkan terhadap negara kami [tahun lalu] oleh teroris global,” kata Rouhani berpidato di televisi, Jumat, (20/3/2020) pagi memperingati Tahun Baru Iran.

“Industri minyak kita berada di bawah rezim sanksi paling parah dalam sejarah dan tekanan meningkat pada ekonomi kita dari segala arah.”

Amerika berusaha untuk meningkatkan tekanan pada Iran melalui sanksi dalam upaya untuk memaksa negara itu untuk menyerah di bawah tekanan, “Tetapi bangsa kita yang besar menolak dan menciptakan epos lain,” katanya.

Baca Juga :  Seleksi Anggota FKDM se-DKI Jakarta Berlangsung Ketat

“Kami tidak dikalahkan, sebenarnya, kami berdiri melawan tekanan AS dan terus melawan,” kata Rouhani, melansir PressTv.

Di tempat lain dalam pesannya yang disiarkan televisi, presiden Iran mengucapkan terima kasih kepada personel medis negara itu, termasuk dokter dan perawat, dan LSM atas kerja keras mereka untuk membendung coronavirus novel “destruktif” atau COVID-19.

Iran sedang memerangi pandemi Coron di bawah sanksi paling keras yang pernah dilakukan oleh AS, yang diberlakukan kembali setelah Washington meninggalkan perjanjian nuklir penting yang didukung PBB antara Teheran dan negara-negara besar dunia pada 2018.

Setelah meninggalkan kesepakatan itu, Washington mulai memaksa negara lain lain untuk mengikuti aturan sanksi AS. Inggris, Prancis, dan Jerman telah menghentikan transaksi mereka dengan Republik Islam Iran.

Iran sejauh ini sudah menulis surat kepada PBB dan semua organisasi internasional, mendesak penghapusan tindakan kejam yang telah menghambat perjuangan negara itu melawan virus.

Baca Juga :  Ada Kabar Cukai Rokok Batal Naik, YLKI: Jangan Mencla-Mencle Demi Kesehatan

Sanksi AS tidak secara langsung menargetkan sektor medis Iran, tetapi embargo yang dikenakan pada sistem perbankan Iran telah membuat banyak perusahaan farmasi enggan berdagang dengan Iran, karena Teheran tidak dapat dengan mudah membayarnya.

Banyak ahli medis dan kelompok hak asasi manusia mendesak AS untuk mengecualikan pasokan kemanusiaan seperti makanan dan obat-obatan dari daftar sanksi. Virus corona sekarang telah mencemari lebih dari 160 negara. Iran adalah yang terburuk ketiga setelah Cina dan Italia, dengan jumlah korban tewas melebihi 1.000.

Dan sejauh ini, Iran telah mulai membuat sendiri masker dan pembersih wajah untuk mengurangi dampak sanksi AS. Negara ini juga telah bekerja untuk memproduksi kit diagnostik untuk mempercepat pengujian korona.

Para profesional medis di Iran percaya bahwa sanksi telah memainkan peran mematikan dalam memperparah penyebaran virus corona di Iran, dengan para dokter didorong ke tepi pengorbanan diri untuk meredam penyebaran penyakit.[asa]

Comment