Bahaya Narkoba bagi Janin Tidak Main-Main!

Jangankan narkoba, obat yang dijual bebas di toko obat saja belum tentu aman dikonsumsi oleh ibu hamil. Namun beberapa hari belakangan ini, seorang figur publik yang diketahui sedang hamil, diamankan polisi karena diketahui memiliki psikotropika di rumah barunya. Walau psikotropika itu berfungsi sebagai penenang, tetap saja mendatangkan efek yang tak main-main bagi janin. Berikut penjelasan lengkapnya.

Bahaya Penggunaan Obat selama Hamil

Bukan ilmu yang baru lagi bahwa semua yang dimakan, diminum, atau dimasukkan ke dalam tubuh selama kehamilan akan berpengaruh pada Mums dan janin di dalam rahim. Itulah kenapa sejak memutuskan untuk memulai program hamil, gaya hidup sehat harus mulai dijalankan.

Pasalnya, kehamilan datang tidak terduga dan umumnya diketahui ketika sudah memasuki usia 4 minggu. Sementara, jika sudah telanjur mengonsumsi alkohol dan psikotropika di saat sudah terjadi pembuahan, berisiko besar mengganggu proses pembentukan janin.

Mengutip BNN.go.id, psikotropika adalah zat atau obat yang bekerja menurunkan fungsi otak serta merangsang susunan saraf pusat, sehingga menimbulkan reaksi berupa halusinasi, ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan perasaan yang tiba-tiba, dan menimbulkan rasa kecanduan pada pemakainya.

Baca juga: Sama dengan Narkoba, Junk Food Juga Bikin Ketagihan!

Jika dijabarkan berdasarkan zat dan potensi risikonya, bahaya mengonsumsi psikotropika dan alkohol selama kehamilan adalah sebagai berikut:

Zat

Potensi risiko pada ibu hamil

Potensi risiko pada janin, bayi, dan anak

Kokain

  • Kejang.
  • Halusinasi.
  • Cairan di paru-paru (edema paru).
  • Masalah pernapasan.
  • Masalah jantung.
  • Abruptio plasenta.
  • Keguguran.
  • Kelahiran mati.
  • Skor Apgar rendah.
  • Organ reproduksi atau urine yang rusak.
  • Sindrom kematian bayi mendadak (SIDS).

Ecstasy

Efek belum diketahui pasti.

  • Masalah memori jangka panjang.
  • Gangguan belajar.

Heroin

  • Pre-eklampsia.
  • Pendarahan pada trimester ketiga.
  • Abruptio plasenta.
  • Kelahiran sungsang.
  • Kejang.
  • Sindrom putus obat (withdrawal symptoms) pasca-melahirkan.
  • Masalah pernapasan.
  • Berat badan lahir rendah.
  • Gangguan fisik dan mental.

Inhalansia

  • Masalah pernapasan yang mengancam jiwa.
  • Kejang.
  • Koma.
  • Berat badan lahir rendah.
  • Gangguan tulang.
  • Gangguan belajar.

Mariyuana

Persalinan prematur.

  • Tremor.
  • Mudah kaget.
  • Rewel.
  • Gangguan belajar.
  • Hiperaktif.
  • Depresi.
  • Leukemia.
  • Jenis kanker tertentu.

Metamfetamin

  • Kerusakan otak.
  • Keguguran.
  • Abruptio plasenta.
  • Berat badan lahir rendah.
  • Gangguan jantung dan paru-paru.

Halusinogen

  • Linglung.
  • Delusi.
  • Halusinasi.
  • Risiko overdosis.
  • Sindrom putus obat (withdrawal symptoms) pasca-melahirkan.
  • Gangguan belajar.
  • Gangguan emosional.
  • Gangguan perilaku.

Alkohol

  • Kekurangan vitamin tertentu.
  • Keguguran.
  • Kelahiran mati.
  • Berat badan lahir rendah.
  • Kecacatan intelektual.
  • Gangguan jantung.
  • Gangguan belajar dan perilaku.
  • Fetal alcohol syndrome.
Baca juga: Narkoba, Dapat Membuat Sakau Hingga Merusak Otak!

Bahaya di Balik Psikotropika selama Kehamilan

Mengikuti kasus yang yang sedang menimpa figur publik Vanessa Angel, ia diamankan polisi bersama suami dan asistennya terkait dugaan penyalahgunaan narkoba. Saat ditangkap di rumahnya, polisi menemukan 20 butir Xanax.

Xanax merupakan nama merek obat alprazolam, yang masuk dalam golongan obat benzodiazepine. Obat ini berfungsi mengatasi masalah psikis, seperti depresi, gangguan kecemasan, dan serangan panik.

Xanax bekerja dengan cara mengurangi kelainan aktivitas listrik di sistem saraf pusat untuk memberikan efek menenangkan. Penyalahgunaan Xanax bisa menyebabkan kecanduan, overdosis, hingga kematian.

Benzodiazepine sendiri termasuk ke dalam psikotropika golongan IV, yang berarti memiliki efek ketergantungan ringan. Namun tetap saja, penggunaan benzodiazepine selama kehamilan masih kontroversial.

Studi menunjukkan ada peningkatan risiko bibir sumbing dan langit-langit mulut pada janin jika terpapar obat-obatan ini selama trimester pertama. Studi terbaru di tahun 2019 juga melaporkan bahwa penggunaan benzodiazepine di awal kehamilan meningkatkan risiko keguguran.

Tak sampai di situ, penelitian yang dilakukan oleh seorang psikiater dan profesor dari Universitas Yale, mempelajari efek benzodiazepine pada wanita hamil yang mengalami kecemasan, depresi, atau gangguan panik.

Penelitian tersebut mempelajari sekitar 2.600 wanita selama kehamilan dan setelah melahirkan. Hasil penelitian menunjukkan beberapa risiko yang terkait dengan benzodiazepine, seperti peningkatan persalinan caesar. Juga, bayi dari ibu yang menggunakan obat ini lebih mungkin membutuhkan oksigen ekstra atau atau bantuan pernapasan setelah lahir.

Walau begitu, benzodiazepine mungkin saja diperlukan bagi ibu hamil yang memiliki gangguan kecemasan atau depresi. Namun, keputusan untuk minum obat anti-kecemasan selama kehamilan harus didiskusikan dengan psikiater dan dokter kandungan.

Pasalnya menurut Centers for Disease Control (CDC), hanya sebagian kecil obat-obatan -kurang dari 10%- telah terbukti aman untuk dikonsumsi wanita hamil selama kehamilan. Obat-obatan yang dijual bebas (Over The Counter), seperti yang digunakan untuk mengobati batuk, pilek, diare, dan mual, sendiri dapat menimbulkan risiko bagi bayi yang belum lahir. (AS)

Baca juga: Pilihan Obat yang Aman selama Kehamilan

Sumber

Better Health. Pregnancy – medication, drugs and alcohol.

Health Link British Columbia. Drug Use During Pregnancy.

Psychology Today. Is It Safe to Take Benzodiazepines During Pregnancy?

Comment