Olimpiade Tokyo Tetap Digelar, Bagaimana Nasib Atlet Agar tak Tertular Coronavirus?

Wabah coronavirus yang sudah menyebar ke lebih dari 100 negara mulai berdampak pada semua bidang. Ekonomi dunia mulai terpukul. Tak hanya itu, acara rutin olahraga mulai terdampak. Contohnya, Liga Italia yang berlangsung tanpa penonton, demi meminimalisir penularan. Lantas, bagaimana nasib Olimpiade Tokyo yang akan digelar musim panas 2020?

Sempat ada pembicaraan bahwa kemungkinan ajang olahraga terbesar di dunia ini ditunda. Jepang sampai hari ini mengonfirmasi 500 warganya positif coronavirus dengan 16 kematian. Angka itu belum termasuk 700 penumpang kapal Diamond Prince.

Namun Komite Olimpiade Internasional (IOC) memastikan bahwa Olimpiade Tokyo 2020 akan tetap berjalan sesuai rencana yakni mulai 24 Juli 2020 meski masih ada kekhawatiran terkait penyebaran virus Corona. Nah bagaimana nasib atlet Indonesia dan atlet dari seluruh dunia yang akan berlaga di Olimpiade Tokyo? Apa yang harus dipersiapkan agar tidak tertular coronavirus?

Baca juga: Menkes: Kontak Dekat dengan Orang Positif Corona Tidak Selalu Akan Sakit

Melindungi Atlet dari Coronavirus

Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari menjelaskan Indonesia menargetkan sedikitnya 31 atlet lolos ke Olimpiade 2020. Raja Sapta menyikapi wabah coronavirus dengan tetap waspada namun juga mengharapkan prestasi olahraga Indonesia di pentas dunia tetap terjaga.

“Keselamatan atlet di atas segala-galanya. Kita akan kerjasama terkait pengirikam atlet-atlet kita ke luar negeri agar terhindar dari bahaya yang ditularkan Covid-19 dan nantinya akan membantu meningkatkan imun tubuh atlet agar tetap survive dan terjaga daya tahan tubuhnya,” jelas Okto, sapaan akrab ketua KOI dalam “Sosialisasi “Pencegahan Covid-19 dan Manfaat Vaksinasi Atlet Olimpiade” di Jakarta, Jumat (6/3).

Bagaimana cara meningkatkan daya tahan tubuh atlet? Dr. Haryono SpPD dari Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan Olahraga Nasional (PPITKON) Kementerian Pemuda dan Olahraga RI menjelaskan, seorang atlet profesional adalah orang terpilih. Maka perlakuan pada atlet terutama dalam meningkatkan daya tahan tubuh pun berbeda dengan orang kebanyakan.

Baca Juga :  Awas, Kasus Stunting Bisa Bertambah Saat Pandemi Covid-19

Menurut dr. Haryono, atlet itu manusia langka atau terpilih. Dari sekian juta manusia Indonesia, hanya beberapa ribu yang menjadi atlet dan menjadi juara. “Dari awal, dilakukan pembentukan sudah melalui jenjang yang sangat panjang, terukur, dan berkesibambungan. Tidak bisa misalnya karena dana kurang, perlakukan atau treatment pada atlet kemudian berhenti,” jelasnya.

Untuk meningkatkan daya tahan tubuh atlet, latihan yang diberikan pun tidak bisa sembarangan. Berlatih intensif justru berbahaya. Terlalu ringan juga tidak akan meningkatkan stamina. Maka, latihan yang pas untuk atlet adalah skala moderat, namun berkelanjutan.

Terkait pola makan dan pemenuhan gizi, tambah dr. Haryono, karena seorang olahragawan profesional membutuhkan aktivitas yang lebih berat, maka otomatis kebutuhan gizinya lebih banyak.

“Tidak harus mewah tetapi semua zat gizi harus seimbang. Tidak benar bahwa atlet harus mengonsumsi protein dan suplemen berlebihan. Tidak ada bukti ilmiahnya bahwa konsumi protein kadar tinggi akan meningkatkan performa atlet,” jelas dr. Haryono.

Konsumsi protein yang dianjurkan adalah maksimal 2 gram/kilo berat badan.”Karena dibatasi ini maka banyak atlet lari ke spulemen, Akhirnya berujung pada doping karena banyak suplemen yang mengandung zat terlarang untuk atlet,” ungkap dr. Haryono seraya menambahkan bahwa istirahat adalah faktor penting untuk menunjang daya tahan tubuh seorang atlet.

Baca juga: Kasus Pertama Coronavirus di Indonesia Dikonfirmasi, Waspada tapi Jangan Panik!

Dukung dengan Vaksinasi

Selain pola makan dan porsi latihan yang cukup, atlet juga harus dibekali dengan vaksin, terutama vaksin influenza. Setiap orang termasuk atlet yang menjalankan gaya hidup sehat sekalipun, berpotensi terpapar virus influenza.

Baca Juga :  5 Mitos tentang Kondom yang Perlu Diluruskan!

Partisipasi atlet dalam berbagai pertandingan olahraga menyebabkan semakin mudahnya penyebaran penyakit menular melalui beberapa cara seperti saat melakukan kegiatan bersama, menggunakan peralatan olahraga yang sama, berada di ruangan berkumpul dan berlatih serta saat atlet melakukan perjalanan ke daerah-daerah yang berisiko.

Joselito Sta. Ana, MD, Country Chair Sanofi Indonesia dan General Manager Sanofi Pasteur Indonesia, mengatakan, Sanofi sudah mendukung atlet Indonesia dengan menyediakan vaksin Indonesia sejak Asian Games 2018 lalu di Jakarta.

“Kami sudah bekerjasama dengan Pusat Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan Olahraga Nasional (PPITKON) Kementerian Pemuda dan Olahraga RI dan Satgas Imunisasi Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) untuk mendukung memberikan perlindungan kepada para atlet Indonesia dari influenza sehingga mereka bisa mencapai performa optimal,” jelasnya.

Terkait wabah cornavirus memang saat ini belum ada vaksin yang tersedia. Vaksin untuk atlet, menurut dr. Anshari Saifuddin dari Satgas Imunisasi Dewasa PB PAPDI, menjelaskan, vaksin influenza memang tidak bisa mencegah coronavirus. Namun, vaksin influenza bisa dimanfaatkan untuk mencegah risiko datangnya infeksi lain.

“Virus influenza dan coronavirus atau Covid-19 menyebabkan gejala yang hampir mirip, berupa gejala di saluran pernapasan. Banyak korban yang diduga coronavirus ternyata kena virus influenza. Dengan melakukan vaksinasi influenza, maka ketika terpapar flu, gejalanya akan lebih ringan dan terhindar dari komplikasi. Salah satunya komplikasi terpapar infeksi virus lainnya, termasuk coronavirus,” jelas dr. Anshari.

Baca juga: Bisakah Vaksin Influenza Mencegah Coronavirus? Ini Menurut Ahli!

Sumber:

NHK.or.jp.Coronavirus: Japan tightens border controls

Sosialisasi “Pencegahan Covid-19 dan Manfaat Vaksinasi Atlet Olimpiade” di Gedung Komite Olimpiade Indonesia, Jumat 6 Maret 2020.

Comment