Telinga Berdenging, Tanda Awal Ketulian

Siapa yang terbayang di benak Kamu jika mendengar kata tuli? Ya, kebanyakan akan membayangkan orang yang sudah sangat tua. Namun faktanya, tuli atau hilangnya fungsi pendengaran saat ini tidak hanya dialami oleh orang lanjut usia tapi juga banyak terjadi pada remaja. Pada naka muda, kebiasaan mendengarkan musik yang salah bisa menjadi penyebabnya.

Seiring berkembangnya zaman dan teknologi serta aktivitas yang dituntut selalu mobile, mendengarkan musik menjadi salah satu hiburan di kala senggang, terlebih lagi bila menggunakan headphones dan earplug, pasti terasa lebih nikmat. Kamu bisa tetap mendengarkan musik sambil makan, menunggu transportasi, berkendara, bahkan menemani kita di kala belajar dan bekerja.

Namun medengarkan musik dengan volume yang kencang dalam waktu yang lama dapat menyebabkan ketulian. Keadaan ini dikenal juga dengan nama Noise Induced Hearing Loss atau berkurangnya pendengaran yang disebabkan suara. Karena kebiasaan itu lah, sekarang banyak remaja yang menderita ketulian.

Baca juga: Mengenal Berbagai Alat Bantu Pendengaran di World Hearing Day 2020

Suara Keras Menyebabkan Tuli

Ketulian mendadak dapat terjadi dikarenakan suara yang amat sangat keras. Misalnya usai menonton koser atau pergi berburu dan mendengar suara senapan berkali-kali. Ketulian juga dapat terjadi dalam jangka waktu yang lebih lama bahkan permanen. Misalnya akibat kebiasaan mendengarkan musik menggunakan headphones atau earplug dengan volume sangat keras terus menerus, selama beberapa minggu atau beberapa bulan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tahun 2005-2006 pada remaja di Amerika Serikat, para peneliti menemukan sebanyak 16% remaja mengalami gangguan pendengaran. Angka ini meningkat dari penelitian sebelumnya pada tahun1994 yang hanya sebanyak 12%.

Baca Juga :  Sakit Saat Kencing atau Disuria, Apa Penyebab dan Pengobatannya?

Penelitian tahun 2011 mendukung adanya korelasi antara mendengarkan musik dengan volume kencang menggunakan headphones atau ear plug dengan gangguan pendengaran. Jika terlanjur mengalami gangguan pendengaran, maka agar tidak bertambah parah bisa dilakukan dengan mengurangi kebiasaan yang berisiko. Misalnya, membatasi lama pemakaian earphone atau earplug dan mengecilkan volumenya.

Risiko hilangnya pendengaran akibat suara musik yang terlalu keras disikapi secara serius di Belanda. Sejak tahun 2014, Belanda mencanangkan program pencegahan untuk mengurangi dampak hilangnya pendengaran yang diakibatkan musik melalui kerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan perkumpulan asosiasi penyelenggara event dan venue musik.

Kerja sama antara lain dilakukan dengan menetapkan suara maksimal yang diperbolehkan, kewajiban pihak penyelenggara untuk menginformasikan publik akan risiko dan bahaya musik bervolume keras pada pendengaran, dan kewajiban menyediakan alat proteksi pendengaran seperti sumbat telinga.

Baca juga: Cara Mengeluarkan Kotoran Telinga dengan Aman

Tanda Awal Tuli dan Cara Mencegahnya

Apa yang dapat Kamu lakukan untuk mencegah hilangnya pendengaran yang diakibatkan suara keras?

  • Sadari bahaya mendengarkan musik terlalu keras, terutama jika menggunakan headphones atau earplug yang dapat berujung hilangnya pendengaran.
  • Hilangnya pendengaran dapat terjadi sceara perlahan-lahan sehingga tidak disadari.
  • Komunikasi dan hubungan sosial akan sangat terpengaruh bila fungsi pendengaran berkurang.
  • Tinnitus atau telinga berdenging merupakan salah satu tanda awal Kamu sudah terpapar suara keras terlalu lama.
  • Disarankan untuk menggunakan sumbat telinga saat kamu pergi menonton konser atau acara musik.
  • Gunakan earmuff jika kamu melakukan aktivitas yang berisiko pada hilangnya pendengaran seperti olahraga menembak, bermain petasan, dan lain-lain.
  • Jagalah jarak dengan sumber suara, jangan berdiri di dekat
  • Berdasarkan hasil penelitian, sebaiknya lama pemakaian headphones dan earplug dibatasi maksimal 90 menit, kurangi juga frekuensi pemakaiannya dan biarkan telinga untuk beristirahat.
Baca Juga :  Amankah Mengonsumsi Obat Antidepresan saat Menyusui?

Jika Kamu merasa ragu apakah fungsi pendengaran kamu sudah berkurang atau belum, segera hubungi dokter spesialis THT terdekat untuk diperiksa.KJadi bagaimana? Apakah kamu masih mau mendengarkan musik keras-keras?

Baca juga: Akibat Kutu, Bocah Asal Amerika Serikat Ini Nyaris Tuli!

Referensi:

Cory DF Portnuff. 2016.Reducing the risk of music-induced hearing loss from overuse of portable listening devices: understanding the problems and establishing strategies for improving awareness in adolescents. Adolesc Health Med Ther. 2016; 7: 27–35. DOI: 10.2147/AHMT.S74103

Biassoni EC, Serra MR, Hinalaf M, Abraham M, Pavlik M, Villalobo JP, Curet C, Joekes S, Yacci MR, Righetti A. Hearing and loud music exposure in a group of adolescents at the ages of 14-15 and retested at 17-18. Noise Health 2014;16:331-41

Megan M. 2011. Preventing Hearing Loss Among Children and Adolescents. Arch Pediatr Adolesc Med. 2011;165(12):1141. DOI:10.1001/archpedi.165.12.1141

Jan A, Laura D, Karin W. 2016. Hearing Screening and Prevention of Hearing Loss in Adolescents. vol. 59, issue 3, P243-245. DOI: https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2016.06.0 17

Comment