5 Mitos tentang Kondom yang Perlu Diluruskan!

Geng Sehat, tahukah Kamu bahwa bulan lalu setiap tanggal 14 hingga 21 Februari diperingati sebagai Condom Week? Peringatan ini memang tidak dilakukan di Indonesia, namun di beberapa negara seperti Amerika Serikat hal ini dilakukan untuk meningkatkan awareness atau pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai penggunaan kondom sebagai salah satu metode kontrasepsi bagi pria.

Sejarah mencatat bahwa penggunaan kondom bahkan sudah mulai ada sejak tahun 3000 Sebelum Masehi oleh bangsa Mesir Kuno dan Romawi. Penggunaan kondom mulai meluas sejak ditemukannya latex pada tahun 1920, yang membuat kondom menjadi lebih tipis dan lentur.

Berbicara tentang kondom, ada banyak sekali mitos yang berseliweran di masyarakat mengenai benda yang satu ini. Tak jarang, mitos-mitos ini membuat para pasangan enggan menggunakan kondom.

Baca juga: Hati-hati, Hindari Kesalahan yang Membuat Kondom Robek!

Berbagai Mitos tentang Kondom

Berikut ini adalah beberapa mitos kondom dan kebenaran di balik mitos tersebut!

Mitos 1: Kondom mengurangi kenikmatan hubungan seksual

Salah satu mitos yang paling sering membuat para pasangan enggan menggunakan kondom adalah karena penggunaannya dianggap menurunkan kenikmatan hubungan seksual.

Hal ini bisa jadi adalah suatu pemikiran yang relatif, tergantung pada sudut pandang pasangan tersebut. Jika dengan penggunaan kondom kedua belah pihak merasa lebih aman dari terjadinya penyakit menular seksual serta kemungkinan terjadinya kehamilan, maka hal ini akan membuat hubungan seksual menjadi lebih nyaman.

Oleh karena itu, perlu adanya diskusi terlebih dahulu antara kedua belah pihak untuk membicarakan mengenai hal ini untuk memastikan kedua belah pihak tidak memiliki isu mengenai kepercayaan dan kepuasan.

Baca Juga :  5 Cara Mengurangi Rasa Cemas Terkait Wabah Corona

Selain itu, kondom yang beredar di pasaran juga sudah dilengkapi dengan lubrikan untuk memastikan penggunaannya terasa nyaman baik bagi pria maupun wanita.

Baca juga: Sunat Dewasa dengan Gun Stapler, Seks Lebih Memuaskan!

Mitos 2: Menggunakan dua kondom lebih baik daripada satu kondom

Terkadang beberapa pasangan menggunakan dua lapis kondom untuk mencegah terjadinya robek atau lepas. Namun hingga kini belum ada bukti ilmiah yang membuktikan keefektifan metode ini. Dibandingkan menggunakan dua kondom sekaligus, lebih baik selalu tersedia satu kondom ekstra untuk berjaga-jaga jika kondom pertama rusak, robek, atau lepas.

Mitos 3: Kondom tidak diperlukan jika partner wanita sudah menggunakan pil KB

Kebanyakan pasangan berpikir jika wanita sudah melakukan KB dengan konsumsi pil, maka tidak lagi diperlukan kondom saat berhubungan seksual untuk tujuan mencegah kehamilan.

Namun sebenarnya kondom tetap diperlukan pada kondisi ini, terutama jika pasangan lupa mengonsumi pil KB, tidak mengonsumsi pil KB dengan tepat, atau sedang sakit karena hal-hal ini dapat mengurangi efektivitas pil KB dalam mencegah kehamilan. Selain itu, pil KB juga tidak mencegah terjadinya penyakit menular seksual. Sehingga kondom sebaknya tetap digunakan.

Mitos 4: Kondom tidak diperlukan untuk seks oral

Mitos lain yang banyak beredar mengenai penggunaan kondom adalah bahwa kondom tidak diperlukan jika hubungan seks dilakukan secara oral. Nyatanya, penyakit-penyakit menular seksual seperti gonorrhea, chlamydia, dan herpes dapat ditularkan juga melalui hubungan seks oral. Sehingga penggunaan kondom tetap diperlukan pada kondisi ini.

Baca Juga :  Harus Bagaimana ketika Anak Menangis saat Mau ke Sekolah?
Baca juga: Jangan Lakukan Oral Seks Jika Mengalami Kondisi Ini

Mitos 5: Kondom tidak efektif dalam mencegah kehamilan

Banyak yang menganggap bahwa penggunaan kondom bukanlah sebuah metode kontrasepsi yang efektif. Faktanya, kondom dapat mencegah terjadinya kehamilan hingga 98% jika digunakan secara benar dan konsisten.

Yang dimaksud dengan benar dan konsisten adalah bahwa kondom sebaiknya digunakan dari awal hingga akhir hubungan seksual, bukan sesaat sebelum ejakulasi. Kondom memang lebih mudah dipasang saat penis sudah ereksi, sehingga pemasangan dapat dilakukan setelah foreplay namun sebaiknya tetap dipertahankan hingga akhir hubungan seksual.

Konsistensi juga diperlukan untuk meningkatkan efektivitas kondom, dengan cara digunakan dalam setiap hubungan seksual. Selain efektif dalam mencegah kehamilan, kondom juga terbukti mencegah penularan penyakit menular seksual seperti sifilis, gonorrhea, dan hepatitis B.

Gengs, itu dia fakta di balik mitos-mitos yang sering beredar mengenai penggunaan kondom sebagai salah satu metode kontrasepsi bagi pria. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah meskipun kondom efektif dalam mencegah penularan infeksi menular seksual, faktor paling penting adalah mempertahankan hubungan seksual yang monogami, jangka panjang, dengan partner yang tidak terinfeksi.

Keputusan menggunakan kondom atau tidak juga sebaiknya dibicarakan dahulu oleh kedua belah pihak, mengenai keuntungan dan kekurangan yang mungkin timbul, agar hubungan seksual menjadi lebih nyaman baik bagi pria maupun wanita. Salam sehat!

Baca juga: Saat Pasangan Menolak untuk Menggunakan Kondom

Referensi:

National Health Service (NHS) United Kingdom, 2019. Male condoms: know the facts.

Bedbible

Comment