Perkuat Ukhuwah Lewat Maulid Tradisional

MTAMT Sekadau Lanjutkan Perayaan Maulid Tradisional di Desa Temesuk

KalbarOnline, Sekadau – Majelis Taklim Albarzanji Maulid Tradisional (MTAMT) Kabupaten Sekadau kembali menggelar Maulid tradisional. Kali ini perayaan peringatan hari lahir Nabi Muhammad ke-1441 Hijriah oleh MTAMT Sekadau ini dipusatkan di Masjid Al-Mujahidin, Desa Temesuk, Kecamatan Nanga Mahap, Senin (30/12/2019).

Hadir dalam kegiatan tersebut, Ketua I MTAMT Sekadau, Drs. H. Zarkasi Effendi serta sejumlah pengurus MTAMT, Ketua MUI Sekadau, KH. Mudhlar, pengurus Masjid Al-Mujahidin, tokoh masyarakat, tokoh agama dan seluruh jamaah yang berasal dari berbagai kecamatan di Sekadau yang sengaja hadir untuk memeriahkan perayaan Maulid Tradisional di Desa Temesuk.

Ketua MUI Sekadau, KH Mudhlar dalam sambutannya menuturkan bahwa Maulid Nabi tradisional ini dilakukan selama empat bulan. Dalam pelaksanaannya, kata dia, dilakukan secara keliling sesuai zona yang sudah ditentukan oleh MTAMT Sekadau.

“Ini sudah setengah perjalanan. Alhamdulillah hari ini kita di Desa Temesuk walaupun jalannya jauh, tapi tidak mengurangi semangat jamaah MTAMT,” ujarnya mengawali tausiyahnya.

Dalam tausiyahnya itu, ia menceritakan asal mulanya Maulid Nabi Muhammad yang memiliki dua pendapat yang disepakati para ulama. Pertama, yang disepakati para ulama, kata dia, Rasulullah diyakini lahir pada 12 Rabiul awal tahun gajah. Pendapat kedua disebutkan bahwa Nabi Muhammad lahir pada 9 Rabiul awal tahun gajah.

Ia mengatakan, sejarah perayaan Maulid Nabi Muhammad pertama kali diketahui muncul di masa Bani Fatimiyyah di Mesir. Dinasti Fatimiyyah didirikan oleh Sa’id bin Husain di Tunisia sekitar tahun 909 M.

Baca Juga :  Nur Intan Kafilah Asal Sekadau Tuntaskan Kepercayaan Daerah Meski Tangan Terpasang Infus

“Nama Fatimiyah diambil dari putri Rasulullah yang juga istri Ali bin Abi Thalib. Sa’id bin Husain dan para pendiri Dinasti Fatimiyah mengklaim masih satu garis nasab atau keturunan dengan Fatimah. Dinasti Fatimiyah runtuh pada tahun 1169 Masehi. Lahirlah kemudian Dinasti Ayyubiah pimpinan Salahudin Al-Ayyubi,” terangnya.

Ketika itu, lanjut Mudhlar, Shalahuddin Al-Ayyubi yang menaklukan Bani Fatimiyyah di Mesir melihat warga merayakan hari lahir Ali bin Abi Thalib sebagai wujud kecintaan mereka pada Rasulullah.

“Salahuddin Al-Ayyubi kemudian menggagas festival syair, yang kemudian muncul syair-syair besar di bidang cerita tentang Nabi yaitu ada Barzanji dan Ad Diba’I. Nah, dari sanalah muncul perayaan-perayaan maulid,” tukasnya.

“Jadi sebenarnya awalnya itu perayaan maulid untuk Ali bin Abi Thalib dan sekarang sudah menjadi tradisi maulid itu,” imbuh dia.

Salahuddin Al-Ayyubi, lanjutnya lagi, melihat perayaan Maulid Nabi Muhammad bisa membangkitkan semangat juang umat Islam. Sehingga dia pun kemudian menginstruksikan perayaan Maulid Nabi setiap tahun di tanggal 12 Rabiul awal. Perintah itu dia sampaikan pada musim haji tahun 579 hijriyah atau 1183 Masehi.

Mengenai dalil perayaan Maulid Nabi Muhammad, KH Mudhlar menyebut ada beberapa hadits yang menjelaskan. Salah satunya ketika para sahabat bertanya alasan Rasulullah berpuasa di hari Senin dan Kamis. Kepada para sahabat, Rasulullah menjawab bahwa Beliau dilahirkan pada hari Senin dan diangkat menjadi Rasul di hari Kamis.

Baca Juga :  Logistik Pleno Pemilu 2019 Hasil Rekapitulasi Tingkat PPK Belitang Terpaksa Lewati Jalur Penyeberangan Swasta

“Itu artinya Nabi memperingati hari kelahirannya dengan cara berpuasa. Untuk generasi sekarang merayakan peringatan maulid dengan berpuasa di hari Senin dan membaca riwayatnya,” tandasnya.

Sementara Ketua MTAMT I, Zarkasi Effendi menuturkan bahwa digelarnya maulid tradisional ini sebagai ajang mempererat silaturrahim sekaligus syiar umat Islam dalam memupuk tingkat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

“Alhamdulillah hari ini kita kembali melaksanakan maulid tradisional, kali ini di Masjid Al-Mujahidin Desa Temesuk. Ini merupakan ajang mempererat silaturahim sesama umat Muslim,” ujarnya.

Perkuat Ukhuwah Lewat Maulid Tradisional 1
Kepala Desa Temesuk, Rayadi

Sementara Kepala Desa Temesuk, Rayadi menyambut baik digelarnya maulid tradisional ini. Karena bertujuan untuk meningkatkan silaturahmi dan ukhuwah antar sesama muslim. Selain itu juga sebagai momentum untuk penerapan ilmu agama kepada umat Muslim.

“Karena diisi dengan zikir, syair, kemudian ada gunting rambut untuk anak-anak dan doa bersama. Tentu ini bertujuan untuk mengharapkan ridho dan keberkahan dari Allah juga mengharapkan syafaat Nabi Muhammad di hari akhir nanti,” tuturnya.

Pihaknya berterima kasih kepada MTAMT Sekadau yang telah menjadwalkan pelaksanaan Maulid Tradisional di desanya itu.

“Kami ucapkan terima kasih banyak kepada MTAMT Sekadau dan para jamaah lainnya yang telah hadir di sini. Semoga ini menjadi momen yang baik bagi masyarakat muslim khususnya di Desa Semabi. Semoga pelaksanaan di tahun berikutnya semakin baik,” tukasnya.

Di kesempatan itu, ia juga menyampaikan terima kasihnya kepada Pemerintah Kabupaten Sekadau yang sudah mengupayakan pembangunan jembatan penghubung antara desa-desa maupun dusun-dusun di wilayahnya itu sampai ke Kabupaten Ketapang.

“Melalui momentum ini kita juga berharap ke depannya Pemerintah Kabupaten Sekadau melalui dinas terkait dapat membantu kami yang saat ini sedang membangun Masjid Al-Mujahidin ini,” tandasnya. (Mus)

Comment