Usai Prancis, Giliran Jepang Lirik Pembangunan PLTN di Kalbar

KalbarOnline, Pontianak – Sejumlah negara terus melirik rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Kalimantan Barat. Terhitung sudah ada dua negara yang telah melakukan komunikasi secara intens mengenai pembangunan PLTN di Kalbar yakni Prancis dan Jepang yang mengirimkan perwakilannya untuk berkomunikasi langsung dengan Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji.

Pada Rabu (11/12/2019) kemarin, Kedutaan Besar Jepang dan pihak perusahaan Jaif International Cooperation Center (JICC) bertandang ke Kalbar menemui Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji untuk membahas rencana pembangunan PLTN di Kalbar. Sebelumnya pada Mei 2019 lalu, Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Jean Charles Berthonnet telah bertemu dengan Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji membahas hal serupa.

Diwawancarai usai pertemuan, Gubernur Sutarmidji mengatakan, pertemuan tersebut dalam rangka membahas mengenai realisasi pembangunan PLTN.

“Selain dalam rangka sosialisasi, juga merencanakan hal-hal ke depannya terkait pembangunan PLTN. Kemudian, bagaimana persiapannya, modelnya bagaimana, yang paling aman bagaimana, jadi terus dibicarakan. Jangan hari ini ngomong, nanti dibicarakan lagi tahun depan. Kapan mau realisasinya. Yang intens dengan kita itu Jepang dan Prancis,” ujar Sutarmidji.

Orang nomor wahid di Bumi Tanjungpura ini berujar, yang paling penting yakni bagaimana rencana pembangunan PLTN di Kalbar ini masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Baca Juga :  Peringatan Hari Buruh 2023, Disnakertrans Pontianak Gelar Diskusi di Warung Kopi

“Dia harus masuk dalam RPJMN, nah itu yang harus diperjuangkan,” ucapnya.

Di kesempatan itu, Midji juga mengungkapkan bahwa pada pertemuan itu pihak dari Jepang memaparkan berbagai hal mengenai PLTN.

“Mereka memaparkan berbagai hal terkait PLTN ini, termasuk meminimalisir dari dampak terburuk yang ada. Buktinya mereka bisa membangun PLTN terapung dan sejauh ini sangat aman meski daerah Fukushima pernah diterjang tsunami, namun pembangkit nuklir mereka masih aman sampai sekarang. Itu kalau bicara dari sisi keamanan,” tukasnya.

“Jadi ini bicara soal kebutuhan akan energi yang murah. Kalau tidak, kita tidak bisa mengolah sumber daya alam kita, kalau diolah orang terus nanti kita jadi penonton, lalu marah. Kita mau mengolah sumber energi tapi infrastrukturnya tidak ada, ketika mau bangun tidak bisa. Itu yang harus kita selesaikan,” timpalnya.

Menurut Midji, sudah saatnya Indonesia mengikuti teknologi terkini. Seperti salah satunya pembangkit listrik tenaga nuklir.

“Kita harus ikuti teknologi terkini, PLTN yang terapung sudah ada. Artinya, jangan belum apa-apa sudah bilang bahaya dan sebagainya. Di dunia kedokteran saja sudah menggunakan teknik nuklir, pertanian juga sudah. Makanya hasil pertanian di negara-negara lain bagus dibandingkan kita,” tandasnya.

Baca Juga :  Jaga Stok Pangan untuk Kendalikan Inflasi, Bahasan: Ini yang Paling Urgen

Sementara Nakayama selaku Kedutaan Besar Jepang di Jakarta yang didampingi Toba dan Takimoto dari JICC mengungkapkan bahwa yang pertama kali melakukan pendekatan dengan pihaknya adalah Kalbar dalam rangka membahas mengenai pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir.

“Sebenarnya yang pertama kali meng-approach kami adalah dari pihak Kalbar, karena ada ketertarikan untuk rencana pembangunan PLTN. Jadi, kami masih menunggu keputusan Pemerintah Indonesia apakah benar mau membangun PLTN atau tidak,” ujarnya.

Pihaknya menilai, Kalbar memiliki keseriusan yang sangat tinggi dalam rangka pembangunan PLTN.

“Kami melihat keseriusan yang begitu tinggi di Kalbar untuk membangun PLTN. Kami juga belum pernah bekerjasama dengan pihak lain atau provinsi lain di Indonesia, sejauh ini baru Kalbar saja. Kalau kami lihat di Kantor Gubernur ini tadi diberi kesempatan melihat ke sistem database yang begitu canggih. Artinya dari segi SDM ada, hanya lokasi yang tepat untuk membangun itu tentu harus disurvei lebih lanjut,” tukasnya.

Dijelaskannya pula, untuk lokasi sendiri, diperlukan daerah yang dekat dengan sumber air. Pasalnya, kata dia, reaktor nulir memerlukan air sebagai pendingin.

“Pastinya perlu di dekat air. Kalau di Jepang sendiri kebanyakan PLTN pasti di pinggir laut. Kalau dilihat secara bangunan, tentu pemilihan lokasi yang aman sangat diperlukan. Tentunya itu akan dilakukan studi, pada umumnya Kalbar relatif tempat yang stabil, tsunami juga tidak ada, jadi cocok, bagus di Kalbar ini,” tandasnya. (Fai)

Comment