Usia Boleh Tua, Inilah Kisah Kakek 82 Tahun Penjual Parang di Sekadau

KalbarOnline, Sekadau – Usia boleh tua, namun soal semangat jangan dikata. Inilah kisah kakek berusia 82 tahun dari Sekadau yang setiap harinya berkeliling Pasar Sekadau berjualan parang, wangkil dan pisau untuk menyadap karet.

Meski di usia yang tak lagi muda ditambah pendengaran yang sudah kurang baik, tak menyurutkan semangat kakek yang karib disapa Mbah Darmo itu untuk mencari rezeki.

Sejak pagi, Mbah Darmo yang sudah bungkuk itu sudah mulai berkeliling dengan menggendong tasnya yang berisikan barang-barang dagangannya di kawasan Pasar Sekadau. Padahal jarak tempat tinggalnya dengan pasar terbilang lumayan jauh.

Diketahui, Mbah Darmo tinggal bersama anaknya di Jalan Syarif Kusno-Merah Air (Surya Deli), Desa Peniti, Kecamatan Sekadau Hilir, Kabupaten Sekadau. Dari rumahnya, Mbah Darmo biasanya menumpang truk sawit kemudian naik bus menuju ke pasar. Jikalau pulang, Mbah Darmo biasanya menggunakan jasa ojek hingga diantar ke rumahnya. 

Baca Juga :  BPS Gelar Rakor Sensus di Nanga Taman : Sukseskan Sensus Penduduk 2020

Darmo sudah sejak lama berjualan parang dan lainnya. Barang dagangannya itu, ia beli di Pontianak melalui sang anak yang tinggal di Pontianak. Biasanya, ia membeli 40 barang yang terdiri dari parang, wangkil dan pisau penyadap karet.

“Ini (barang dagangan) beli di Pontianak. Kalau gagangnya buat sendiri,” ujar Mbah Darmo.

Barang-barang yang dijual oleh Mbah Darmo, harganya bervariasi. Mulai dari harga Rp50 ribu, Rp60 ribu hingga Rp 70 ribu. Mbah Darmo mengungkapkan alasannya berjualan meski sudah berusia senja. Hasil jerih payahnya itu, dia simpan dan biasanya diberikan untuk jajan buyut-buyutnya.

Baca Juga :  Tekan Angka Lakalantas, Pospol Simpang Empat Kayu Lapis Pasang Plang Himbauan

“Ingin jualan. Duduk terus ndak tahan. Uangnya, ya disimpan saja. Kalau makan ada yang tanggung (anaknya). Kan kalau ada uang sendiri, andainya mau beli jajan enak bisa pakai uang sendiri,” ungkapnya.

Mbah Darmo mengaku sudah lama berjualan barang-barang tersebut. Bahkan, ia juga pernah berjualan di Sintang dan Sanggau.

“Ndak capek. Kalau rahasianya juga ndak ada. Pengen jualan saja,” ucapnya.

Mbah Darmo mengakui bahwa anak-anaknya memang melarang dirinya untuk jualan. Namun, dirinya bersikeras untuk tetap berjualan.

“Paling anak bilang silahkan bapak jualan, yang penting selamat,” tandasnya. (Mus)

Comment