Porprov Kalbar XII, Perserosi Pontianak Duga Ada Upaya Politisasi

Tuding panitia penyelenggara dan Pengprov cabor sepatu roda diskriminatif

KalbarOnline, Pontianak – Pengurus Cabang Persatuan Olahraga Sepatu Roda Seluruh Indonesia (Perserosi) Kota Pontianak menilai ada upaya politisasi yang dilakukan Pengprov dan panitia penyelenggara cabang olahraga sepatu roda di ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) XII Kalimantan Barat tahun 2018.

Tak hanya itu, Perserosi Pontianak juga menilai ada perlakuan diskriminatif yang diterima Perserosi Pontianak selama even akbar itu berlangsung.

Hal ini diungkapkan Ketua Pengcab Perserosi Pontianak, Edy Zaidar saat ditemui KalbarOnline menyusul dibatalkannya kelas PTP 10 ribu putra dan putri dari lima kelas yang dipertandingkan pada cabor sepatu roda di ajang Porprov XII Kalimantan Barat tahun 2018, Minggu (25/11/2018).

“Pertama kita merasa dirugikan, kenapa PTP 10 ribu dibatalkan. Kalau alasan cuaca, lintasan sudah kering artinya tidak memungkinkan untuk dibatalkan. Padahal ini salah satu kelas favorit kita untuk jadi juara. Ini jelas salah panitia, dari pertama sudah banyak salahnya,” tegasnya.

“Diawal panitia buat peraturan hanya boleh dua orang yang boleh tanding, tiba-tiba mendadak dirubah, lalu tidak boleh tanding. Saya kecewa sekali, ini bukan kelas Porprov, tingkat kecamatan kali yang buat acara ini,” keluhnya.

Edy menuturkan bahwa sejak awal menyarankan agar KONI mengambil alih penyelenggaraan cabor sepatu roda, sebab ia menilai Pengprov cabor sepatu roda masih bermasalah dan tidak profesional.

“Terbukti kan akhirnya, ribut-ribut masing-masing kontingen kabupaten dan kota. Kasihan anak-anak atlet latihan berbulan-bulan, tinggalkan sekolah, kami nih gunakan seleksi bukan main comot-comot atlet. Kami minta KONI audit panitia penyelenggara ini, audit semuanya. Apalagi mereka gunakan istilah mufakat-mufakat di pertandingan, bayangkan tujuh kabupaten lawan satu kontingen. Kalau mufakat-mufakat itu di teknikal meeting bukan di pertandingan, kalau seperti itu terus kita tidak bisa tanding dan tak bisa maju,” tegasnya.

Baca Juga :  Edi Kamtono Sebut Pembangunan RS Pontianak Utara Sudah 57 Persen

Edy menuding pihak-pihak terkait dalam penyelenggaraan cabor sepatu roda di Porprov sengaja mempersulit Perserosi Pontianak yang menjadi calon kuat juara umum di cabor ini.

“Dirugikan sekali kami, atlet kita ini berharap sekali bisa bertanding. Ini ajang empat tahun sekali, bayangkan berapa banyak ruginya waktu atlet, rusak. Bahkan kami ada bukti kuat kalau kami memang dipolitisir dan sengaja dirugikan,” tegasnya.

Sebaiknya, kata dia, untuk mengobati sakit hati atlet, digelar pertandingan ulang, KONI Provinsi, kata dia harus menggelar ulang pertandingan.

“Tanding ulang, tak ada lain. KONI Provinsi buat acara sendiri, kita gelar secara fair. Jangan Pengcab yang lain mengalah dan takut, itu bukan ksatria. Sebenarnya kita tahu kalau kita diminta mengalah hanya saja pengcab kabupaten lain malu mengakui,” tegasnya lagi.

“Kami optimis di setiap nomor kami mampu meraih setiap emas dan perak, kami borong habis, optimis kami,” sambungnya.

Diakui Edy, keoptimisan tersebut lantaran pihaknya sudah mempersiapkan atlet jauh hari sebelum Porprov digelar.

“Kami persiapan jauh hari, berbulan-bulan kami siapkan atlet ini. Mulai dari seleksi atlet, latihan dan sebagainya. Makanya kami optimis, tidak sembarangan. Anak-anak ini sudah korbankan sekolahnya dan sekolah mendukung, mereka juga tidak dapat uang dari sini, hanya cari kebanggaan bisa bertanding,” tegasnya lagi.

Edy juga menuturkan upaya hukum yang akan dilakukan Pengcab Perserosi Pontianak yakni meminta KONI Kota Pontianak untuk melakukan follow up langsung ke KONI Provinsi Kalbar untuk mengambil tindakan kepada pengurus provinsi cabor sepatu roda dan panitia penyelenggara.

“Kami serahkan kepada KONI Pontianak yang mengurus, karena kita menghormati KONI Pontianak sebagai induk pengurus kita dan sebagai yang mendaftarkan kita. Yang pasti kami minta Pengprov cabor sepatu roda dan panitia penyelenggara cabor sepatu roda di Porprov dilakukan audit, mulai dari administrasi atlet seperti mutasi atlet dimana banyak atlet Kota Pontianak ini dibeli kontingen kabupaten lain. Kami juga menilai banyak kejanggalan-kejanggalan, sedari awal kontingen Pontianak ini diusahakan supaya tidak ikut serta, karena kami kuat,” tegasnya lagi.

Baca Juga :  Cabor Anggar Sabel Beregu Putra Sabet Medali Emas

Sementara salah seorang official Pengcab Perserosi Pontianak, Indra Putra menyesalkan dan mengaku kecewa berat lantaran dibatalkannya kelas PTP 10 ribu.

“Kemarin pagi memang hujan, lalu kita musyawarah dengan Pengcab kabupaten lain dan seluruh panitia. Awalnya semuanya sepakat pertandingan akan dilaksanakan kalau keadaan sudah aman, lintasan sudah kering. Kita dari kontingen Pontianak juga bantu bersih-bersih lintasan,” tukasnya.

Indra Putra menilai ada kesepahaman antara kontingen-kontingen lainnya agar kelas PTP 10 ribu tidak terlaksana.

“Kita kan hanya satu suara melawan tujuh suara dari Pengcab lain. Jadi kalaupun Pontianak siap sementara yang Pengcab kabupaten lain tidak siap bertanding, akhirnya kalaupun dipertandingkan jadi eksibisi percuma, tentu atlet kita kecewa,” ujarnya.

“Karena atlet kita ini latihan sudah bertahun-tahun bukan sehari dua hari, mempersiapkan Porprov, mereka ikut seleksi bahkan mengorbankan sekolah tapi karena sudah seperti itu, kami dari official terima tapi orang tua dan atlet itu sendiri tentu kecewa, karena tidak selayaknya dibatalkan apalagi kita lihat kondisi lintasan sekarang sudah kembali normal lagi. Tapi memang keikutsertaan kami dari kontingen Pontianak sedari awal sudah dicoba untuk dihalang-halangi,” tuturnya.

Menurutnya hal ini menjadi tamparan keras bagi Pengprov cabor sepatu roda yang sebenarnya sudah berjalan lama. Menurutnya sepatu roda merupakan olahraga yang sangat terukur.

“Potensinya besar, bahkan hanya potensi prestasi, potensi industrinya juga sangat besar. Sayang kalau olahraga ini terbengkalai karena pengurusnya,” tandasnya.

Senada dengan Edy Zaidar, Indra Putra turut menyampaikan optimismenya bahwa kelas pertandingan yang dibatalkan tersebut jika dilanjutkan akan menjadi milik Perserosi Pontianak.

“Kami bukannya sombong, tapi kalau kelas ini dilanjutkan, kami yakin dua emas putra dan putri jadi milik kami. Kami dari Kota Pontianak tetap kecewa dengan keputusan panitia dan kesepahaman Pengcab kabupaten lain,” tegasnya.

Sementara salah seorang atlet sepatu roda Pontianak, Rangga Pratama turut mengaku kecewa dengan keputusan panitia lantaran Rangga merasa sudah sangat banyak mengorbankan waktu.

“Sangat kecewa, waktu sekolah saya korbankan, tahunya di hari pelaksanaan malah seperti ini. Tapi kembali lagi, kami tetap menghormati apa yang diinstruksikan oleh pelatih kami,” pungkasnya. (Fat)

Comment