Kalbar Tertinggi Perkawinan Muda, Pemkab KKR Harapkan Program Lintas Sektor Sejalan

KalbarOnline, Kubu Raya – Wakil Bupati Kubu Raya, Hermanus mengatakan Pemerintah Kabupaten Kubu Raya komitmen mendukung Program Kampung KB. Ia mengungkapkan hingga kini Kabupaten Kubu Raya telah memiliki 10 kampung KB dan di tahun 2018 ini bertambah 10 kampung KB lagi di 9 kecamatan.

Hermanus menyatakan pemilihan Desa Radak Baru sebagai lokasi kampung KB telah didasarkan atas kajian-kajian. Karena itu, Hermanus meminta semua pihak mendukung kampung KB sebagai program pemerintah.

“Penetapan ini harus disambut dengan baik. Jangan dijadikan beban. Karena itu supaya betul-betul membuahkan hasil, program pemerintah ini harus didukung. Jangan sampai bertepuk sebelah tangan,” pesannya, baru-baru ini.

Sementara Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3KB) Kabupaten Kubu Raya, Titus Nursiwan memaparkan bahwa Kalimantan Barat menjadi provinsi teratas di Indonesia dalam angka perkawinan muda.

Begitu pula untuk perceraian usia dini, Kalbar menjadi penyumbang tertinggi di tingkat nasional. Hal ini ditambah data statistik yang menunjukkan waktu usia sekolah di Kalbar hanya 6,7 tahun.

“Bagaimana kita mau mengentaskan kemiskinan kalau anak-anak remaja kita banyak yang tidak bersekolah dan di usia belia sudah memiliki anak,” jelasnya.

Baca Juga :  Gerebek Judi Sabung Ayam, Kapolres Kubu Raya Tantang Pelaku Datang

Titus mengatakan laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak berbanding lurus dengan laju pertumbuhan penduduk, termasuk di Kabupaten Kubu Raya. Menurut dia, pertumbuhan penduduk yang pesat saat ini tidak diikuti keberadaan lahan yang cukup.

Bahkan lahan yang ada semakin berkurang akibat maraknya pembangunan. Selain itu, isu-isu kependudukan seperti angka kelahiran di usia 15-19 tahun juga sangat tinggi, di mana pada usia sekolah kaum muda justru banyak yang sudah menikah.

“Ini dibuktikan dengan angka statistik bahwa waktu sekolah Kalimantan Barat hanya 6,7 tahun saja. Artinya, anak-anak kita hanya sekolah sampai tamat Sekolah Dasar. Tujuh bulannya itu kelas satu SMP yang tidak sampai naik kelas dua sudah berhenti sekolah,” ujarnya.

Fakta memprihatinkan lainnya, Titus melanjutkan, yakni angka kematian ibu melahirkan dan anak yang terbilang tinggi. Seharusnya, kata dia, di era kemajuan teknologi dan informasi saat ini sudah tidak ada lagi kasus kematian ibu melahirkan dan anak. Bahkan satu saja kasus kematian ibu melahirkan dan anak sudah bisa menjadikan status Kondisi Luar Biasa (KLB) pada daerah bersangkutan. Karena itu, Titus menyebut pentingnya pembentukan kampung KB di setiap kecamatan.

Baca Juga :  Panen Perdana, Desa Sungai Kerawang Hasilkan 4 Ton Perhektar

Tujuan kampung KB, kata Titus adalah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya perencanaan kehidupan keluarga sehingga akan terwujud keluarga dan masyarakat yang berkualitas. Salah satu upaya pengentasan kemiskinan tadi.

Titus mengungkapkan saat ini jumlah anak dan remaja sangat tingi. Mendominasi 40 persen dari jumlah penduduk. Karena itu, ia menyebut pentingnya menyiapkan anak dan remaja untuk ke depannya.

Karena, kata dia, tahun 2025-2030 mendatang Indonesia termasuk Kalimantan Barat akan mendapatkan tahun bonus demografi. Artinya, bonus atau hadiah demografi untuk penduduk dari anak remaja yang di tahun 2025-2030 nanti dewasa dan berkualitas.

“Itu menjadi bonus untuk daerahnya masing-masing, kalau berkualitas. Tapi jika kalau melihat data tadi, bagaimana mau berkualitas,” keluhnya.

Karena itu, Titus menyebut pentingnya melaksanakan instruksi Presiden Joko Widodo untuk menerapkan kampung KB di setiap Kecamatan. Melalui kampung KB, kualitas kualitas keluarga dan masyarakat diharapkan dapat ditingkatkan.

Meski demikian, Titus menegaskan program KB tidak dapat berjalan sendiri. Harus diikuti dengan program lintas sektor lainnya seperti pendidikan, kesehatan dan lain-lain. “Punya anak dua belum tentu berkualitas kalau tidak dibarengi dengan program lintas sektor lainnya. Jadi ini harus seiring sejalan. Kampung KB tidak bicara hanya program KB saja. Kita harus tahu mengapa anak-anak hanya sekolah sampai kelas enam saja. Ini harus dicari sumber permasalahannya,” tuturnya. (ian/rio)

Comment