Penjelasan Lengkap Wiranto Terkait Berakhirnya Kerusuhan dan Penyanderaan di Mako Brimob

KalbarOnline, Nasional – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Wiranto mengingatkan bahwa kejadian kerusuhan yang terjadi di Rutan Mako Brimob merupakan suatu pelajaran bagi kepolisian dan seluruh masyarakat Indonesia, agar tidak boleh lengah dan hilang kewaspadaan menghadapi aksi terorisme dan radikalisme.

Menurutnya, negeri ini butuh ketenangan dan stabilitas.

“Apalagi kita sedang akan menghadapi tahun-tahun yang sangat kritis, yang sangat penting bagi kehidupan demokrasi di Indonesia yaitu Pemilukada serentak, lalu tahun depan kita akan menghadapi pemilihan legislatif maupun pemilihan Presiden dan Wakil Presiden,” ujar Menko Polhukam Wiranto saat memberikan keterangan pers tentang situasi terkini di Rutan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Kamis (10/5).

Selain itu, tahun ini juga Indonesia akan menghadapi event-event penting dunia, ada pertemuan penting di Bali, ada Asian Games, dan event-event lain di Indonesia. Hal ini tentu membutuhkan stabilitas, ketenangan, rasa aman dan damai.

“Oleh karena itu, kembali lagi, hikmah dari kejadian ini tidak perlu saling menyalahkan tapi menjadikan pelajaran bagi kita untuk kita waspada lagi, lebih bersatu padu lagi untuk melawan aksi terorisme dan radikalisme yang barangkali masih berusaha untuk mengganggu kehidupan kita sebagai bangsa dan negara,” kata Menko Polhukam, Wiranto.

Baca Juga :  Sinergi BPJS Kesehatan dan UIN Syarif Hidayatullah, Edukasi JKN-KIS

Menurutnya, sesuai dengan sikap pemerintah Indonesia yang telah berkali-kali disampaikan oleh Presiden Joko Widodo, bahwa dalam menghadapi terorisme selalu bersikap tegas, tidak pandang bulu, maka melalui rapat koordinasi dari seluruh pemangku kepentingan, telah dilaksanakan serbuan untuk melucuti dan melumpuhkan para teroris yang telah diisolasi pada lokasi tertentu.

Sesuai dengan standar prosedur operasional yang berlaku secara universal, aparat keamanan telah memberikan ultimatum kepada mereka “menyerah atau menghadapi resiko serbuan” dengan batasan waktu tertentu.

“Jadi bukan negosiasi, memberikan ultimatum. Jadi jangan disalah artikan bahwa kita bernegosiasi. Tapi kita memberikan ultimatum bahwa kita akan melaksanakan serbuan,” tegas Menko Polhukam Wiranto.

Kemudian, hari ini sebelum fajar, mereka menyatakan menyerah tanpa syarat. Satu per satu keluar dari posisi mereka menyerahkan diri kepada petugas dengan tanpa senjata sebanyak 145 orang.

“Dari 155 keluar satu per satu, mereka juga sudah merampas senjata kurang lebih 30 pucuk. Bukan senjata organik militer atau organik dari kepolisian, tapi senjata hasil sitaan dari aparat keamanan, aparat kepolisian saat melaksanakan operasi-operasi melawan terorisme sebelumnya,” kata Menko Polhukam Wiranto.

Baca Juga :  Letakan Batu Pertama Pembangunan Relokasi Masjid Al-Amin Sintang, Bupati Jarot: Kerinduan Umat

Bagi sisa teroris yang tidak menyerah dilakukan penyerbuan oleh aparat keamanan di lokasi bertahan mereka. Dalam kontak tembak yang berlangsung singkat tersebut, 10 orang teroris menyerah.

“10 orang, sisa dari 155 tadi menyerah. Tadi kita saksikan bunyi tembakan, bunyi bom, granat asap, granat air mata, dan penyisiran aparat keamanan dengan cara-cara yang telah ditentukan. Dari penyerbuan tersebut, 10 sisa teroris menyerah. Jadi demikian lengkap 155 tahanan teroris telah menyerah kepada aparat kepolisian Indonesia,” papar Menko Polhukam Wiranto.

Dalam kesempatan tersebut, Menko Polhukam mengapresiasi aparat keamanan yang menyelesaikan kasua ini dengan tenang, tanpa emosional dan tetap berlandaskan hukum yang berlaku.

“Mendoakan agar arwah petugas keamanan dalam syuhada dalam melaksanakan tugas dan mendapat tempat yang mulia di sisi Tuhan,” tandas Wiranto. (Rock)

Comment